Epidemiologi Syok Hemoragik
Data epidemiologi menunjukkan bahwa syok hemoragik sebagian besar disebabkan oleh trauma. Sebanyak 50% kasus trauma berupa perdarahan akut sehingga meningkatkan mortalitas. Di Amerika Serikat, trauma merupakan penyebab kematian ketiga terbesar pada individu berusia antara 1 sampai 44 tahun. [1,6]
Global
Insidensi syok dari semua jenisnya adalah 0,3-0,4 per 1.000 pasien yang dirawat secara intensif per tahun. Syok hipovolemik adalah syok yang paling umum ditemui di unit perawatan intensif. [8]
Secara global, sebagian besar kasus syok hemoragik disebabkan oleh trauma. Pada salah satu pusat trauma di Amerika Serikat selama 1 tahun, dilaporkan sebanyak 62,2% dari transfusi darah masif dilakukan pada kasus cedera traumatik dengan perdarahan akut, sisanya terjadi pada kasus pembedahan kardiovaskular, critical care, obstetri, dan bedah umum. Kejadian trauma menggunakan lebih dari 75% produk darah yang tersedia. [1]
Indonesia
Data epidemiologi syok hemoragik di Indonesia sulit ditemukan. Penyebab terbanyak dari syok hemoragik adalah cedera traumatik. [1,8] Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, persentase terjadinya cedera meningkat dari tahun 2007 sebesar 7,5% menjadi 9,2% pada tahun 2018. Cedera yang dimaksud di sini adalah yang terjadi dalam 1 tahun dan mengakibatkan kegiatan sehari-hari terganggu. Laki-laki lebih sering mengalami cedera dibanding perempuan dengan prevalensi 11:7,4. Usia yang terbanyak mengalami cedera adalah 15-24 tahun (12,2%) serta bagian tubuh yang paling sering terkena anggota gerak bawah (67,2%). [9]
Mortalitas
Tingginya tingkat mortalitas akibat syok hemoragik menjadi masalah global yang substansial. Di Amerika Serikat, didapatkan lebih dari 60.000 kematian per tahun terjadi akibat syok hemoragik dengan sebagian besar kasus disebabkan oleh trauma fisik. [10] Hal tersebut dapat dipengaruhi oleh durasi resusitasi serta penatalaksanaan yang diberikan. [5]