Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Ruptur Hepar general_alomedika 2023-03-07T09:53:18+07:00 2023-03-07T09:53:18+07:00
Ruptur Hepar
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Ruptur Hepar

Oleh :
dr. Rifan Eka Putra Nasution
Share To Social Media:

Diagnosis ruptur hepar mengutamakan identifikasi instabilitas hemodinamik, mekanisme cedera hepar, serta penunjang diagnosis misalnya dengan focused assessment with sonography for trauma (FAST) untuk identifikasi adanya darah intraabdomen. Gold standard diagnosis untuk ruptur hepar adalah CT scan abdomen.[22]

Diagnosis ruptur hepar harus segera ditegakkan dan mendapatkan penatalaksanaan optimal karena bersifat mengancam jiwa. Pasien dengan trauma hepar dapat  mengeluhkan nyeri abdomen kanan atas, hipotensi, dan syok. Diagnosis ruptur hepar tidak dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik saja. Pemeriksaan penunjang, seperti pencitraan, membantu memberikan informasi tingkat kerusakan hepar.[1,4]

Anamnesis

Pasien dengan ruptur hepar umumnya mengeluhkan nyeri pada area epigastrium atau kuadran kanan atas, mual, muntah, distensi abdomen, gejala anemia, dan syok hipovolemik.

Anamnesis juga perlu mengarahkan penyebab dari ruptur hepar, misalnya trauma, preeklampsia, eklampsia, sindrom HELLP (haemolysis, elevated liver enzymes, low platelet count), atau karsinoma hepar.[1,4]

Pada trauma tumpul atau trauma penetrasi dengan energi kinetik tinggi, seperti kecelakaan lalu lintas atau luka tembak, terdapat peluang tinggi kerusakan organ intraabdomen. Jika pasien sadar, maka dokter perlu mendapatkan informasi seperti:

  • Bagaimana mekanisme cedera?
  • Apakah trauma merupakan trauma kinetik tinggi?
  • Apakah pasien yang mengalami kecelakaan lalu lintas menggunakan sabuk pengaman?
  • Perlu pula ditanyakan terkait senjata dan estimasi kehilangan darah bila yang terjadi adalah trauma penetrasi[4]

Mekanisme cedera perlu ditanyakan, karena trauma area thoracoabdominal area anterior atau lateral dapat berhubungan dengan ruptur hepar. Pada anamnesis perlu pula ditanyakan penggunaan obat antikoagulan, seperti warfarin dan heparin.[1,4,22]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada trauma hepar diawali dengan survei primer untuk mengidentifikasi adanya tanda syok hipovolemik akibat perdarahan hepar yang ditandai dengan hipotensi, takikardia, dan narrow pulse pressure.

Selanjutnya, pada pemeriksaan fisik umum ruptur hepar dapat menunjukkan adanya nyeri tekan pada kuadran kanan atas abdomen. Selain itu, dapat pula ditemukan distensi abdomen yang dapat berhubungan dengan adanya hemoperitoneum.

Pada ruptur hepar sekunder dari trauma, pemeriksaan fisik untuk identifikasi trauma multipel pada organ lainnya juga perlu dilakukan.[4,22]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding ruptur hepar dapat dibedakan menjadi penyebab nyeri abdomen setelah trauma lainnya dan penyebab ekstraabdomen.[4,6]

Penyebab Nyeri Abdomen setelah Trauma Lainnya

Beberapa cedera dapat menyebabkan nyeri abdomen seperti pada ruptur hepar, terutama cedera pada:

  • Lien
  • Pankreas
  • Duodenum
  • Gaster
  • Ginjal
  • Pembuluh darah intraabdomen

Untuk dapat membedakan penyebab nyeri abdomen lain dengan ruptur hepar, perhatikan  lokasi cedera. Cedera organ berongga seperti duodenum, gaster, dan usus jarang menimbulkan kondisi hipotensi yang berujung pada syok. Sementara itu, pada trauma ginjal nyeri akan muncul pada punggung atau daerah flank, disertai dengan hematuria atau gangguan berkemih.[4]

Penyebab Ekstraabdomen

Diagnosis banding ruptur hepar untuk penyebab ekstraabdomen dengan tanda syok hemoragik, antara lain hemothorax, fraktur pelvis, dan fraktur tulang panjang multipel. Seluruh kondisi ini dapat dibedakan dengan ruptur hepar melalui lokasi anatomi jejas dan ditunjang dengan pemeriksaan radiologi.[6]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada kasus ruptur hepar adalah focused assessment with sonography for trauma (FAST), CT scan abdomen dan pelvis, serta pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan darah lengkap dan enzim transaminase.

Pemeriksaan Radiologi

Pemeriksaan radiologi dapat berupa focused assessment of sonography for trauma (FAST) maupun CT scan abdomen dengan kontras. Pemeriksaan radiologi dengan FAST di unit gawat darurat dapat menjadi pilihan awal untuk pencitraan, terutama pada keadaan di mana stabilisasi hemodinamik belum tercapai.[1,4,5,22]

Pencitraan dengan FAST dilakukan untuk identifikasi adanya darah intraabdomen. Hasil negatif pada pemeriksaan FAST dapat dilanjutkan dengan CT scan abdomen, terutama untuk pasien dengan hipotensi setelah cedera abdomen atau pasien dengan hemodinamik stabil setelah cedera penetrasi.

Pada pasien dengan kondisi hemodinamik stabil, pemeriksaan penunjang yang dapat direkomendasikan adalah CT scan abdomen dengan kontras intravena. Pemeriksaan ini memberikan hasil evaluasi cepat, termasuk derajat ruptur hepar dan membantu mendeteksi perdarahan aktif.[1,4,5]

USG abdomen mampu mengidentifikasi adanya hematoma, kontusio, biloma, hingga hemoperitoneum. Hematoma subkapsular biasanya tampak sebagai akumulasi cairan kurvilinear. Awalnya, hematoma bersifat anekoik, dan akan secara progresif menjadi semakin ekogenik.

Pemeriksaan dengan MRI tidak lebih superior dibandingkan CT scan dalam evaluasi ruptur hepar. Secara teori, MRI bermanfaat untuk pemantauan pasien, serta dapat menjadi alternatif pada pasien hamil atau anak dimana dosis radiasi menjadi perhatian. Pencitraan MRI dapat dipertimbangkan pada pasien yang stabil secara hemodinamik, karena waktu pengerjaannya yang panjang dan juga aksesnya yang terbatas.[14]

Pemeriksaan Laboratorium

Pada pasien dengan dengan kecurigaan perdarahan, pertimbangkan untuk pemeriksaan serial kadar hemoglobin, serum laktat, dan defisit basa untuk memantau perkembangan perdarahan, upaya resusitasi, dan kebutuhan transfusi.[4]

Semakin tinggi kadar laktat, semakin buruk kondisi pasien. Laktat adalah penanda indirek untuk kebutuhan oksigen, perfusi jaringan, dan tingkat keparahan syok hemoragik. Sementara defisit basa adalah penanda indirek untuk asidosis jaringan karena gangguan perfusi.[15]

Pada pasien dengan trauma tumpul abdomen, kadar serum aminotransferase dapat menjadi bagian dalam pemeriksaan laboratorium awal. Pemeriksaan kadar aminotransferase bermanfaat terutama bagi pasien yang tidak segera menjalani tindakan pembedahan atau pemeriksaan radiologi.

Pada pasien dengan cedera hepar, dapat ditemukan peningkatan kadar alanine aminotransferase (ALT), aspartate aminotransferase (AST), laktat dehidrogenase (LDH), dan gamma-glutamil transferase (GGT).[1,4]

Peritoneal Lavage

Peritoneal lavage diagnostik tidak secara rutin digunakan. Akan tetapi, tindakan ini dapat membantu untuk mendiagnostik hemoperitoneum pada pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan riwayat trauma tumpul abdomen. Pemeriksaan peritoneal lavage diagnostik dapat dipertimbangkan jika USG dan CT scan tidak tersedia.[4,5]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Srinivasa S, Lee WG, Aldameh A, Koea JB. Spontaneous hepatic haemorrhage: a review of pathogenesis, aetiology and treatment. HPB (Oxford) 2015;17:872–80. doi:10.1111/hpb.12474.
4. Prachalias AA, Kontis E. Isolated abdominal trauma: diagnosis and clinical management considerations. Curr Opin Crit Care 2014;20:218–25. doi:10.1097/MCC.0000000000000074.
5. Coccolini F, Coimbra R, Ordonez C, Kluger Y, Vega F, Moore EE, et al. Liver trauma: WSES 2020 guidelines. World J Emerg Surg 2020;15:24. doi:10.1186/s13017-020-00302-7.
6. Jiang H, Wang J. Emergency strategies and trends in the management of liver trauma. Front Med 2012;6:225–33. doi:10.1007/s11684-012-0186-6.
14. Khan AN. Liver Trauma Imaging. Medscape, 2017. https://emedicine.medscape.com/article/370508-overview#a1
15. Rossaint R, Bouillon B, Cerny V, Coats TJ, Duranteau J, Fernández-Mondéjar E, et al. The European guideline on management of major bleeding and coagulopathy following trauma: fourth edition. Crit Care 2016;20:100. doi:10.1186/s13054-016-1265-x.
22. Taghavi S, Askari R. Liver Trauma. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK513236/

Epidemiologi Ruptur Hepar
Penatalaksanaan Ruptur Hepar
Diskusi Terkait
dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
18 Maret 2019
Trauma tumpul liver dengan terapi konservatif
Oleh: dr. Ni Luh Putu Wulan Budyawati
8 Balasan
Selamat sore dok, ijin bertanya pertanyaan dari user, anak 14 thn mengalami trauma tumpul di perut sehingga menyebabkan robekan di liver, namun tidak...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.