Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Gigitan Ular general_alomedika 2018-12-11T08:36:15+07:00 2018-12-11T08:36:15+07:00
Gigitan Ular
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Gigitan Ular

Oleh :
Debtia Rahmah
Share To Social Media:

Diagnosis gigitan ular (snake bite) biasanya cukup jelas ditegakkan dari anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan penunjang jarang dibutuhkan.

Anamnesis

Pada anamnesis digali hal-hal berikut :

  • Identifikasi onset dan lokasi gigitan ular
  • Identifikasi jenis ular yang menggigit berdasarkan bentuk, warna, dan karakteristik ular
  • Penanganan dan pertolongan pertama yang sudah diberikan sebelum ke fasilitas kesehatan
  • Gejala umum pada pasien dengan gigitan kering misalnya sesak, flushing, palpitasi, pusing, rasa nyeri di dada, berkeringat dingin dan akroparastesia karena anxietas dan overaktivitas simpatis

  • Gejala awal gigitan ular jenis elapid adalah muntah, rasa berat pada kelopak mata, pandangan buram, hipersalivasi, dan sensasi merinding (gooseflesh)

  • Pada gigitan ular krait dapat muncul gejala nyeri perut seperti kram diikuti dengan diare dan pingsan
  • Pada gigitan ular laut gejala yang muncul adalah nyeri kepala, rasa tebal di lidah, kehausan, berkeringat, dan muntah.
  • Muntah darah adalah tanda gigitan basah yang berat.[3][5]

Pemeriksaan Fisik

Gigitan kering biasanya terjadi sekitar 20% akibat gigitan ular tanah dan presentase lebih besar pada gigitan ular kobra dan ular laut, dimana tidak ada bisa ular yang masuk ke tubuh.

Tanda Lokalis

  • Bekas gigitan (fang marks): biasanya ditandai dengan dua luka tusuk pada ular berbisa dan pada ular tidak berbisa luka tusuk kecil berbentuk seperti busur.

  • Nyeri: rasa nyeri seperti terbakar, ditusuk-tusuk, seperti akan meledak dapat muncul di bekas gigitan dan menyebar secara proksimal pada ekstremitas yang tergigit. Nodus limfatik terdekat akan terasa nyeri. Pada gigitan ular krait dan ular laut rasa nyeri mungkin tidak ada
  • Edema lokal: ular viper menimbulkan efek lokal paling intens dibandingkan ular lainnya.bengkak dapat terjadi dalam 15 menit, semakin masif selama 2-3 hari, dan dapat bertahan selama 3 minggu. Pada ekstremitas dengan kompartemen sempit, dapat terjadi sindrom kompartemen dan iskemik. Jika dalam 2 jam setelah gigitan ular viper tidak terdapat bengkak, dapat dipastikan gigitan tersebut adalah gigitan kering.
  • Nekrosis lokal: pada gigitan viper dapat terjadi memar, bula, dan nekrosis. Gigitan ular kobra dapat menimbulkan edema dan bula. Gigitan krait biasanya tidak menimbulkan reaksi lokal.
  • Tanda-tanda infeksi sekunder dapat muncul akibat adanya bakteri yang berasal dari mulut ular.

Gigitan ular ringan: fang marks dengan efek lokalis lokal edema, nyeri, eritema. (source: koleksi pribadi dr.debtia) Gambar 1. Gigitan ular ringan: fang marks dengan efek lokalis lokal edema, nyeri, eritema. (source: koleksi pribadi dr.debtia)

Gambar 2 Gigitan ular berat: fang marks, bula, perdarahan spontan dari luka, edema lokal dengan sindrom kompartemen. (source: koleksi pribadi dr.debtia) Gambar 2 Gigitan ular berat: fang marks, bula, perdarahan spontan dari luka, edema lokal dengan sindrom kompartemen. (source: koleksi pribadi dr.debtia)

Tanda Sistemik

  • Gangguan koagulasi: perdarahan persisten dari luka tusuk gigitan, sumber perdarahan baru dari luka lainnya. Perdarahan spontan muncul biasanya di sulcus gingiva. Epistaksis, perdarahan subkonjungtiva, perdarahan retroperitoneal dan intrakranial dapat terjadi.
  • Neurotoksisitas: paralisis dimulai dari ptosis dan oftalmoplegia eksternal yang muncul dalam 15 menit pertama sampai 10 jam atau lebih setelah gigitan. Paralisis berlanjut ke wajah, palatum, rahang bawah, lidah, pita suara, otot leher, dan otot menelan. Obstruksi jalan napas atau paralisis otot interkostal menyebabkan gagal napas.
  • Miotoksisitas: nyeri generalisata, kekakuan dan nyeri otot terjadi dalah 30 menit sampai 3,5 jam setelah gigitan ular. Trismus dapat ditemukan. Mioglobinuria akibat rhabdomiolisis terjadi dalam 3-8 jam setelah gigitan.
  • Kardiotoksisitas: aritmia, bradikardia, takikardia, atau hipotensi
  • Syok dapat terjadi karena hipovolemia atau depresi miokardial.[5]

Penilaian Derajat Keparahan Gigitan Ular

Derajat keparahan gigitan ular akan memengaruhi tatalaksana dan prognosis pasien.[7]

Tabel 1 Penilaian Derajat Keparahan Gigitan Ular

Derajat Karakteristik
Tidak ada bisa yang masuk (gigitan kering)

Tidak ada reaksi lokal dan sistemik, fang marks bisa ada ataupun tidak

Ringan

Fang marks (+), nyeri sedang, edema lokalis minimal, eritema, ekimosis, tidak ada reaksi sistemik

Sedang

Fang marks (+), nyeri hebat, edema lokal sedang (15-30 cm), eritema dan ekimosis, kelemahan sistemik, berkeringat, sinkop, mual, muntah, anemia, atau trombositopenia

Berat

Fang marks (+), nyeri hebat, edema lokal berat (>30 cm), eritema dan ekimosis, hipotensi, parestesia, koma, edema paru, gagal napas

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan untuk menegakkan diagnosis. Biasanya pemeriksaan penunjang dilakukan untuk mengidentifikasi kelainan dan komplikasi yang timbul akibat bisa ular.

Laboratorium Darah

  • 20 minute whole blood clotting test: pemeriksaan paling sensitif untuk mendeteksi gangguan koagulasi darah. Darah vena dimasukkan ke botol kaca murni yang belum pernah digunakan, diamkan selama 20 menit, jika darah tidak membeku berarti terjadi gangguan koagulasi darah akibat bisa ular

  • Pemeriksaan koagulasi darah lainnya: PT, aPPT dan INR dapat memanjang. Produk degradasi fibrinogen seperti D-dimer dapat meningkat.
  • Pemeriksaan darah lainnya: Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi akibat hipovolemia, trombositopenia, leukositosis.
  • Pemeriksaan kimia darah: ureum dan kreatinin serum meningkat pada gagal ginjal akut. Aminotransferase dan enzim otot (kreatin kinase, aldolase) meningkat pada rhabdomiolisis. Bilirubin dapat meningkat pada ekstravasasi vaskular masif. Hiperkalemia menunjukkan rhabdomiolisis. Penurunan bikarbonat pada asidosis metabolik.
  • Analisa gas darah: menunjukan gagal napas pada neurotoksisitas dan aseidemia akibat asidosis metabolik atau respiratorik.

Pemeriksaan Urin

Pada pemeriksaan urinalisisdapat ditemukan hematuria, red cell casts, proteinuria.

Radiologi

  • Rontgen toraks: mendeteksi edema pulmonal, perdarahan paru, efusi pleura, dan pneumonia sekunder
  • USG: menilai area lokalis ada tidaknya trombosis vena, mendeteksi efsi pleura dan perikardial, mendeteksi perdarahan pada rongga-rongga tubuh (intraabdominal, intratorakal, retroperitoneal)
  • Elektrokardiografi: perubahan dan abnormalitas EKG termasuk takiaritmia, bradkardia, perubahan segmen ST, blok AV, dan tanda hiperkalemia.
  • Echokardiografi: mendeteksi penurunan fraksi ejeksi pada pasien dengan hipotensi dan syok.[3]

Referensi

[3] WHO. Guidelines for Management of Snake-bites, 2nd Edition. World Health Organization, 2016
[5] Mehta CS dan Sashindran WC. Clinical Features and Management of Snake bite. MJAFI Vol 58 No. 3, 2002; p. 247-9
[7] Ahmed SM, Ahmed M, Nadeem A, Mahajan J, Choudhary A dan Pal J. Emergency Treatment of A Snake bite: Pearls from Literature. J Emerg Trauma Shock Vol 1 No. 2, 2008; p. 97-105

Epidemiologi Gigitan Ular
Penatalaksanaan Gigitan Ular
Diskusi Terkait
Anonymous
21 November 2021
Pasien wanita usia 50 tahun dengan luka bekas gigitan ular 7 bulan yang lalu di lutut kanan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter. Izin diskusi, pasien wanita 50 th digigit ular 7 bln lalu di lutut kanan dan hanya berobat tradisional. Keluhan dirasakan selama 7 bln ini nyeri...
dr.Intan Anferta Massebrina
09 Oktober 2021
Tatalaksana Snake Bite berdasarkan guidelines WHO 2019
Oleh: dr.Intan Anferta Massebrina
6 Balasan
Alo dokter, berdasarkan guidelines WHO 2019, penatalaksanaan untuk snake bite adalah dengan cara imobilisasi, dan sudah tidak dianjurkan lagi untuk di cross...
dr.Widjaja
09 Desember 2020
Penanganan seperti apa yang tepat pada pasien Anak usia 10 tahun dengan gigital ular
Oleh: dr.Widjaja
2 Balasan
Gigitan ular luwak ,,mohon petunjuk penatalaksannya dg ABU di daerah tidak adaBagaimana penatalaksanaannya? Sedang didaerah kami Anti Bisa Ular tidak ada dan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.