Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Perforasi Intestinal general_alomedika 2023-02-28T13:26:00+07:00 2023-02-28T13:26:00+07:00
Perforasi Intestinal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Perforasi Intestinal

Oleh :
dr. Pepi Nurapipah
Share To Social Media:

Diagnosis perforasi intestinal atau perforasi usus ditegakkan dari keluhan gangguan pencernaan, seperti nyeri perut, mual, muntah, dan sering disertai demam. Pada pemeriksaan fisik, seringkali ditemukan demam, distensi usus, penurunan bising usus, dan nyeri tekan abdomen di seluruh lapang perut bila terjadi peritonitis. Untuk menegakan diagnosis pasti, diperlukan pemeriksaan penunjang rontgen dan ultrasonografi abdomen untuk menilai tanda-tanda perforasi intestinal, juga disertai pemeriksaan laboratorium.[1-3,7]

Anamnesis

Keluhan utama pasien adalah nyeri perut, lokasi nyeri pada awalnya bergantung  pada lokasi terjadi perforasi, contohnya pada apendisitis nyeri terjadi di bagian perut kanan bawah. Penting untuk mengetahui karakteristik nyeri awal atau keluhan sebelumnya, seperti onset, durasi, lokasi, serta faktor yang meringankan dan memperberat nyeri. Penilaian gejala awal akan memberi petunjuk etiologi. Anamnesis juga dilakukan untuk menentukan kemungkinan penyebab terjadinya perforasi intestinal, diantaranya:

  • Keluhan mual dan/atau muntah yang seringkali timbul 3-4 jam sebelum munculnya nyeri perut kanan bawah pada pasien apendisitis

  • Pada pasien usia lanjut dengan nyeri hebat dirasakan pada perut bagian bawah, dapat dicurigai adanya apendisitis akut yang ruptur
  • Riwayat trauma tumpul atau tajam pada dada bagian bawah atau abdomen
  • Riwayat penggunaan obat-obatan seperti antiinflamasi atau steroid, terutama pada pasien usia lanjut
  • Riwayat demam, nyeri perut, distensi abdomen, diare, dan konstipasi untuk mengetahui keluhan demam tifoid

  • Riwayat prosedur endoskopi atau kolonoskopi[1,2,7]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda-tanda vital dapat ditemukan peningkatan tekanan darah dan takikardia karena nyeri yang dirasakan. Demam tinggi disertai penurunan kesadaran dapat mengarah pada gejala sepsis hingga syok sepsis. Pada inspeksi abdomen dapat ditemukan distensi, serta perlu dinilai adanya tanda bekas operasi, hernia, atau jejas. Palpasi dapat dinilai adanya nyeri tekan abdomen, atau tanda-tanda iritasi peritoneal yang biasanya muncul pada perforasi, peritonitis, atau abses intraperitoneal. Auskultasi akan ditemukan bising usus yang menurun. [1,2]

Nyeri tekan seluruh lapang perut disertai hilangnya bising usus merupakan indikasi adanya peritonitis. Perut yang teraba penuh dan keras dapat mengindikasikan perdarahan intra abdomen. Nyeri saat perkusi abdomen adalah indikasi adanya inflamasi peritoneal. Pemeriksaan rektal, pemeriksaan vaginal bimanual, dan pemeriksaan pelvis dapat membantu penilaian beberapa penyakit seperti apendisitis akut, ruptur tuba-ovarium, dan divertikulitis akut dengan perforasi.[1,2]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding perforasi intestinal adalah berbagai kondisi yang menyebabkan gejala nyeri perut hebat, seperti perforasi dan ulkus peptikum, endometriosis, ruptur kista ovarium, torsi ovarium, kolesistitis akut, kolik bilier, atau inflammatory bowel disease.

Perforasi dan Ulkus Peptikum

Nyeri hebat di perut bagian atas adalah salah satu tanda dari perforasi duodenum atau gaster karena ulkus peptikum. Kondisi ini dapat dibedakan dari adanya gejala kronik sebelumnya, seperti nyeri ulu hati. Pemeriksaan pencitraan dapat menunjukan udara bebas dalam rongga abdomen atas. Apabila diberikan kontras secara oral akan terlihat kontras yang ekstravasasi.[1,2]

Endometriosis

Keluhan endometriosis bisa adanya nyeri hebat pada perut terutama bagian bawah. Endometriosis dapat dibedakan dengan perforasi intestinal karena sifatnya yang berulang, dan terjadi sesuai dengan siklus menstruasi karena dipengaruhi hormon.[8.9]

Ruptur Kista Ovarium dan Torsi Ovarium

Ruptur kista ovarium dan torsi ovarium merupakan kondisi nyeri akut pada bagian perut bawah yang jarang terjadi pada wanita. Biasanya nyeri bersifat tajam dan disertai kram. Kondisi ini dapat dibedakan dengan perforasi intestinal dengan bantuan ultrasonografi abdomen.[8.10]

Kolesistitis Akut dan Kolik Bilier

Kolik bilier merupakan nyeri akibat adanya sumbatan pada saluran empedu, dan bila dibiarkan dapat menjadi kolesistitis. Nyeri kolesistitis dirasakan akut pada perut kanan atas, biasanya diawali dengan kolik bilier yang berulang. Diagnosis pasti dapat ditegakkan berdasarkan pemeriksaan ultrasonografi abdomen.[1,11]

Inflammatory Bowel Disease

Inflammatory bowel disease (IBD) ditandai dengan nyeri atau kram perut, disertai gangguan defekasi berdarah atau bernanah, dan demam yang tidak terlalu tinggi. IBD dapat dibedakan dengan perforasi intestinal karena sifatnya yang kronik. Selain itu, diagnosis IBD dapat ditegakan dengan pemeriksaan rontgen barium enema, dan kolonoskopi.[1,12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama yang dapat dilakukan yaitu pemeriksaan pencitraan, terutama CT scan abdomen untuk menilai adanya udara bebas dalam rongga abdomen, sedangkan pemeriksaan laboratorium dilakukan untuk menilai tanda infeksi.[1,3]

CT Scan Abdomen

Pemeriksaan CT scan abdomen dilakukan untuk mendapatkan informasi lain yang tidak terlihat pada pemeriksaan USG dan rontgen. Hal-hal yang dapat dinilai dari CT scan terdiri dari lokasi perforasi, kondisi inflamasi di sekitar perforasi, ada tidaknya udara bebas, serta abses pada organ.[1,3]

USG Abdomen

Pemeriksaan ultrasonografi (USG) Abdomen dilakukan untuk menilai adanya gas yang terkumpul akibat perforasi intestinal. Kelebihan dari pemeriksaan USG ini adalah dapat menilai abnormalitas lain, seperti penebalan usus dan lokasi perforasi. Selain itu, pemeriksaan USG juga dilakukan untuk dapat menilai kondisi liver, limpa, pankreas, ginjal, ovarium, dan uterus, sehingga dapat mendiagnosis secara tepat.[1,3,7]

Rontgen Abdomen

Pemeriksaan  foto polos abdomen pada pasien dengan keluhan utama nyeri perut dapat dilakukan minimal 2 posisi, yaitu foto supine dan posisi erect atau tegak, untuk menentukan adanya cairan atau udara bebas intraperitoneal. Beberapa gambaran radiologi yang ditemukan pada perforasi intestinal adalah:

  • Udara bebas di subdiafragma, jika udara cukup banyak dapat dilihat pada rontgen posisi supine

  • Udara bebas yang terlihat di samping ligamen falciform, yaitu ligamen yang dapat terlihat sebagai struktur oblik memanjang dari kuadran kanan atas ke arah umbilikus
  • Gambaran air-fluid level sebagai gambaran hydro-pneumoperitoneum atau pio-pneumoperitoneum pada rontgen posisi erect[1,3,7]

Laboratorium

Pada pemeriksaan darah lengkap akan ditemukan leukositosis yang menunjukan proses infeksi, serta meningkatnya volume sel darah yang menunjukan adanya perpindahan cairan dari intravaskular ke interstisial. Pemeriksaan kultur darah dilakukan untuk menentukan adanya organisme aerob dan anaerob yang akan mempengaruhi pemilihan terapi antibiotik. Pemeriksaan fungsi liver dan ginjal dapat abnormal akibat komplikasi sepsis.[1,3]

Referensi

1. Azer SA. Intestinal Perforation. 2018. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/195537-overview#a8
2. Hafner J. Tuma F. Marar O. Intestinal Perforation. 2019. Stat Pearls [Internet]. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538191/
3. John M. Gastrointestinal Perforation. 2019. Teach Me Surgery. Available from: https://teachmesurgery.com/general/presentations/perforation/
7. Kang O. Morgan MA. et al. Bowel perforation. 2019. Radiopaedia. Available from: https://radiopaedia.org/articles/bowel-perforation-1
8. Linder M. Endometriosis. 2019. VisualDx. Available from: https://www.visualdx.com/visualdx/diagnosis/bowel+perforation?diagnosisId=50560&moduleId=101
9. Davila GW. Endometriosis. 2018. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/271899-overview
10. Schraga ED. Ovarian Torsion. 2017. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/2026938-overview
11. Steel PAD. Acute Cholecystitis and Biliary Colic. 2017. Medscape. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1950020-overview#a5

Epidemiologi Perforasi Intestinal
Penatalaksanaan Perforasi Intest...
Diskusi Terbaru
Anonymous
Hari ini, 07:11
Apakah vaksin DPT boleh menggunakan merek yang berbeda?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya ingin konsul pasien 4 bulan, vaksin pertama dan kedua menggunakan hexaxim. Apakah vaksin ke 3 boleh menggunakan pentabio + polio ?...
Anonymous
Kemarin, 20:54
Detak jantung irreguler pada anak usia 19 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin bertanya dok.Apakah detak jantung anak usia 19 bulan yang irreguler normal terjadi?Dan apakah seiring berjalannya waktu bisa sembuh sendiri dok?Untuk...
Anonymous
Kemarin, 15:30
Timbul bula di kaki dan pecah menjadi luka
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.