Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Kista Pilonidal annisa-meidina 2023-10-03T08:36:45+07:00 2023-10-03T08:36:45+07:00
Kista Pilonidal
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Kista Pilonidal

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kista pilonidal meliputi melakukan epilasi area lesi pilonidal, aplikasi fenol, serta tindakan insisi drainase maupun eksisi. Pada kista pilonidal asimtomatik, tidak diperlukan tata laksana definitif, tetapi tetap diberikan edukasi untuk menjaga kebersihan dan menghilangkan rambut pada area lesi.

Sedangkan pada kista pilonidal akut dengan abses, direkomendasikan untuk dilakukan insisi drainase abses. Pada kista pilonidal kronis yang memerlukan tindakan operasi, eksisi dapat dipertimbangkan, dengan pemasangan drain sesuai pertimbangan klinis.[1,2,6]

Tata Laksana Non-Operatif

Tata laksana non-operatif untuk kista pilonidal meliputi menghilangkan rambut, aplikasi fenol, dan fibrin glue. Pemberian antibiotik profilaksis sebelum operasi untuk kista pilonidal tidak direkomendasikan secara rutin karena studi mengenai keuntungan pemberiannya belum jelas.[6]

Menghilangkan Rambut

Menghilangkan rambut atau epilasi, dengan laser maupun dicukur direkomendasikan pada kista pilonidal. Epilasi direkomendasikan baik sebagai terapi utama maupun adjuvan pada kista pilonidal, terutama sebagai tindakan preventif untuk mencegah rekurensi. Hal ini karena adanya peran ingrown hair dalam patofisiologi kista pilonidal.

Tindakan menghilangkan rambut ini dapat diulang setiap 1–2 minggu sambil menjaga kebersihan diri terutama area dengan lesi pilonidal. Belum ada rekomendasi yang jelas mengenai frekuensi optimal untuk tindakan menghilangkan rambut dalam tata laksana kista pilonidal.[2,6]

Aplikasi Fenol

Fenol merupakan agen sclerosing yang digunakan dalam tata laksana kista pilonidal akut maupun kronis tanpa abses. Fenol digunakan dalam terapi nonoperatif atau adjuvan tata laksana operatif kista pilonidal.[1,2,6,7]

Penggunaan fenol pada umumnya diawali dengan epilasi dan kuretase kista. Kemudian, ke dalam kista dan traktus sinus diberikan sekitar 1–3 mL fenol terkristalisasi. Pasien mungkin memerlukan sekitar 1–4 kali pemberian dengan fenol untuk mencapai hasil yang diharapkan.[6]

Penggunaan fenol berhubungan dengan waktu penyembuhan luka yang lebih cepat, waktu untuk kembali beraktivitas yang lebih cepat, serta keluhan nyeri dan penggunaan analgesik yang lebih ringan. Walaupun jarang, komplikasi yang dilaporkan pada penggunaan fenol meliputi infeksi, luka bakar kulit, hematoma, dan wound dehiscence.[1,2,6,7,17,18]

Lem Fibrin

Lem fibrin dapat dipertimbangkan pada kista pilonidal kronis atau rekurens tanpa abses. Pemberian lem fibrin diharapkan dapat mengeliminasi jaringan granulasi dan debris sehingga sinus dapat menutup. Pemberian lem fibrin juga dapat dipertimbangkan setelah tindakan eksisi kista maupun sinus, serta kuretase lubang pilonidal.[2,6]

Penggunaan lem fibrin dalam tata laksana kista  pilonidal ini masih termasuk dalam rekomendasi lemah dengan kualitas bukti yang moderate. Berdasarkan meta-analisis Cochrane, belum didapatkan bukti yang jelas mengenai keuntungan yang pasti pemberian lem fibrin dalam tata laksana kista pilonidal.[2,6,8]

Antibiotik

Penggunaan antibiotik pada kista pilonidal akut maupun kronis tanpa tanda infeksi tidak direkomendasikan. Hal ini karena belum ada bukti yang kuat mengenai keuntungan pemberian antibiotik, dilihat dari waktu penyembuhan maupun rekurensi.

Penggunaan antibiotik dibatasi pada kista pilonidal dengan selulitis. Pasien imunosupresi yang berisiko tinggi untuk mengalami endokarditis, methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA), atau penyakit sistemik penyerta dapat dipertimbangkan untuk mendapat antibiotik profilaksis sebagai tambahan tata laksana bedah.[1,2,6]

Bakteri aerob sering teridentifikasi pada kista pilonidal kronis, sedangkan bakteri anaerob, seperti Bacteroides, sering ditemukan pada abses. Maka dari itu, bila diputuskan mendapat antibiotik, dapat dipertimbangkan cephalosporin generasi pertama, seperti cefazolin, ditambah metronidazol.[1]

Tata Laksana Operatif

Penatalaksanaan operatif kista pilonidal terdiri dari insisi dan drainase serta eksisi bedah. Eksisi bedah dapat diikuti dengan penutupan luka primer, maupun tertunda (secondary intention). Penutupan luka primer dengan flap dipertimbangkan pada kista pilonidal kronis yang tidak membaik dengan tata laksana lainnya.[6]

Insisi dan Drainase

Insisi dan drainase merupakan tata laksana utama kista pilonidal akut dengan abses. Tindakan dilakukan dengan insisi linier pada bagian tertinggi fluktuasi tanpa memperhatikan midline, dilakukan unroofing, drainase dan kuretase untuk mengangkat debris dan rambut dalam rongga abses.[1,2,6,7]

Studi kohort dilakukan pada 583 pasien anggota militer dengan kista pilonidal. Hasil studi menemukan bahwa perawatan insisi dan drainase yang dilakukan beberapa minggu sebelum operasi definitif memberikan hasil yang lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan operasi primer tanpa Insisi dan drainase. Persentase rekurensi dalam 20 tahun pada pasien yang dilakukan insisi drainase mencapai 24%, sedangkan pada mereka yang tidak menjalani insisi drainase mencapai 35%.[23]

Eksisi Bedah

Eksisi bedah merupakan tata laksana baku pada kista dan sinus pilonidal kronis. Tindakan eksisi umumnya dibedakan menjadi dua, yaitu eksisi dengan penutupan luka primer seperti teknik flap atau graft, atau penutupan luka tertunda atau secondary intention, termasuk marsupialisasi.

Prinsip penutupan primer dengan flap yang lebih dekat adalah untuk eksisi seluruh fisura yang terkena dan mengganti kontur kulit pada area ini untuk mengurangi risiko rekurensi.[2,6]

Penutupan Luka Primer:

Penutupan luka primer dapat dilakukan dengan teknik midline atau off-midline dengan/tanpa skin flap. Teknik off-midline memiliki waktu penyembuhan yang lebih cepat, tingkat morbiditas luka yang lebih rendah, dan tingkat kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan dengan teknik midline.[1,2,6,19]

Pada teknik midline, luka operasi dibuat pada midline pilonidal, sedangkan pada off-midline dilakukan insisi lateral dan flap. Pertimbangan dilakukannya flap adalah tindakan operasi yang memerlukan reseksi ekstensif, sehingga defek jaringan yang terbentuk lebih luas.

Teknik flap yang banyak digunakan meliputi Karydakis flap, Bascom cleft lift, dan Limberg flap. Teknik flap lainnya adalah Rhomboid, V-Y flap dan Z‐plasty. Prosedur berbasis flap terutama dipertimbangkan pada kista pilonidal kronis yang kompleks dan berulang ketika teknik lain tidak berhasil.[1,2,6,20]

Penutupan Luka Tertunda:

Pada penutupan luka tertunda (secondary intention) dilakukan dengan meninggalkan luka operasi tetap terbuka untuk membiarkan proses penyembuhan terjadi natural dari dasar luka. Termasuk dalam secondary intention adalah marsupialisasi, di mana luka dijahit terbuka membentuk kantung.

Dibandingkan penutupan luka primer, penutupan luka tertunda lebih jarang dipilih. Dari sudut pandang pasien dan caregiver, lebih tidak nyaman, karena penyembuhan yang lebih lama dan memerlukan perawatan luka yang lebih sering.[1,6,20,21]

Referensi

1. Johnson EK, Weiser M. Pilonidal Disease. UpToDate. 2023. https://www.uptodate.com/contents/pilonidal-disease#H12651838
2. Nixon AT, Garza RF. Pilonidal Cyst And Sinus. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2023 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557770/
6. Johnson, EK, Vogel JD, Cowan ML, et al.The American Society of Colon and Rectal Surgeons’ Clinical Practice Guidelines for the Management of Pilonidal Disease. Diseases of the Colon & Rectum. 2019. 62(2):p 146-157
7. de Parades V, Bouchard D, Janier M, Berger A. Pilonidal sinus disease. Journal of Visceral Surgery. 2013;150(4):237–47. doi:10.1016/j.jviscsurg.2013.05.006
8. Lund J, Tou S, Doleman B, Williams JP. Fibrin glue for pilonidal sinus disease. Cochrane Database Syst Rev. 2017;1(1):CD011923
17. Hagiga, A., Aly, M., Gultiaeva, M., & Murphy, H. Using phenol for treating pilonidal sinus: a systematic review and meta-analysis. European Journal of Plastic Surgery. (2019). doi:10.1007/s00238-019-1499-3
18. Calikoglu I, Gulpinar K, Oztuna D, Elhan AH, Dogru O, Akyol C, Erkek B, Kuzu MA. Phenol Injection Versus Excision With Open Healing in Pilonidal Disease: A Prospective Randomized Trial. Dis Colon Rectum. 2017 Feb;60(2):161-169. doi: 10.1097/DCR.0000000000000717. PMID: 28059912.
19. Stauffer VK, Luedi MM, Kauf P, Schmid M, Diekmann M, Wieferich K, Schnüriger B, Doll D. Common surgical procedures in pilonidal sinus disease: A meta-analysis, merged data analysis, and comprehensive study on recurrence. Sci Rep. 2018 Feb 15;8(1):3058. doi: 10.1038/s41598-018-20143-4. PMID: 29449548; PMCID: PMC5814421.
20. Cai, Zhaolun, et al. “Midline and Off-Midline Wound Closure Methods after Surgical Treatment for Pilonidal Sinus.” Cochrane Database of Systematic Reviews, vol. 2022, no. 5, 2022, https://doi.org/10.1002/14651858.cd015213.
21. Kraft CT, Khansa I, Janis JE. Practical Management of Pilonidal Disease. Plast Reconstr Surg Glob Open. 2020 Dec 22;8(12):e3270. doi: 10.1097/GOX.0000000000003270. PMID: 33425585; PMCID: PMC7787313.
23. Doll D, Matevossian E, Hoenemann C, Hoffmann S. Incision and drainage preceding definite surgery achieves lower 20-year long-term recurrence rate in 583 primary pilonidal sinus surgery patients. J Dtsch Dermatol Ges. 2013 Jan;11(1):60-4. doi: 10.1111/j.1610-0387.2012.08007.x. Epub 2012 Oct 19. PMID: 23078365.

Diagnosis Kista Pilonidal
Prognosis Kista Pilonidal
Diskusi Terkait
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 31 Januari 2024, 08:57
Pilihan Terapi Bedah pada Kista dan Sinus Pilonidal - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter!Kista dan sinus pilonidal terjadi akibat hiperkeratosis sehingga menyebabkan obstruksi folikel rambut. Saat ini, kondisi ini telah dianggap...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.