Pendahuluan Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis adalah protrusi isi kavum abdomen atau lemak preperitoneal melalui defek hernia melewati dinding abdomen pada area umbilikal. Penyakit ini terjadi akibat kerusakan dinding abdomen dan didefinisikan oleh The European Hernia Society sebagai hernia yang terletak pada garis tengah / midline abdomen pada area 3 cm di atas sampai 3 cm di bawah umbilikus. Hernia umbilikalis merupakan salah satu tanda yang didapatkan pada neonatus yang mengalami Down syndrome. [1,2]
Hernia umbilikalis terbagi menjadi dua tipe, yakni hernia umbilikalis kongenital dan akuisata (acquired). Hernia umbilikalis kongenital ditemukan pada bayi baru lahir atau anak-anak dengan lokasi penonjolan pada cincin umbilikus. Sedangkan, hernia umbilikalis akuisata ditemukan pada orang dewasa terutama pada wanita dengan lokasi penonjolan yakni di atas atau di bawah umbilikus. [2]
Gambar 1. Hernia Umbilikalis. Sumber: Saltanat Ebli, Wikimedia Commons, 2013
Pasien dengan kondisi hernia umbilikalis kongenital maupun akuisata pada umumnya tidak mengeluhkan gejala. Walau demikian, penampakan secara klinis berupa benjolan yang muncul di sekitar umbilikal yang sangat jelas dapat membuat pasien merasa tidak nyaman, terutama dari segi kosmetik.
Bila terjadi inkarserasi atau strangulasi pada hernia, akan timbul gejala seperti nyeri pada benjolan, perubahan warna pada benjolan menjadi kemerahan, hingga bengkak, mual dan muntah. [2]
Pada sebagian besar kasus hernia umbilikalis kongenital, hanya perlu dilakukan observasi atau tata laksana konservatif karena defek umumnya akan menutup dengan sendirinya sebelum anak menginjak usia 5 tahun. Tata laksana pada hernia umbilikalis akuisata yang terjadi pada orang dewasa adalah tindakan operatif, karena jika dibiarkan memiliki risiko tinggi untuk terjadi komplikasi. [3,4]