Diagnosis Fibroma
Diagnosis fibroma dimulai dengan anamnesis yang meliputi karakteristik lesi dari tumor berupa morfologi, lokasi, bentuk, ukuran, gejala tambahan, onset, dan faktor-faktor pencetus. Sedangkan pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan dengan inspeksi karakteristik morfologi dari tumor dimulai dari jenis lesi, warna, ukuran dan lokasi muncul tumor. Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan menggunakan alat dermaskopi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi yang berguna untuk menegakkan diagnosis pasti dari fibroma. [18]
Anamnesis
Anamnesis pada tumor fibroma pada prinsipnya sama dengan anamnesis pada penyakit tumor jinak kulit lainnya, yaitu anamnesis mengenai karakteristik lesi tumor dan faktor penyebab.
Karakteristik Lesi dari Tumor
Karakteristik tumor yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut:
- Morfologi serta lokasi lesi
- Bentuk dan ukuran lesi
- Ukuran lesi bertambah besar
- Gejala seperti gatal, nyeri, merah, perih, rasa terbakar
- Sejak kapan lesi muncul
- Riwayat keluhan serupa di masa lalu
Faktor-Faktor Penyebab
Faktor penyebab yang perlu ditanya berbeda antara akrokordon dan dermatofibroma:
-
Akrokordon: proses penuaan, obesitas, ketidakseimbangan hormon, resistensi insulin pada penderita diabetes melitus dan berkaitan dengan sindroma Birt-Hogg-Dube (BHD)
- Dermatofibroma: trauma minor, gigitan serangga, tato, tes tuberkulin kulit, infeksi virus, kista yang ruptur, atau folikulitis[18]
Pemeriksaan Fisik
Lakukan penilaian karakteristik morfologi dari tumor tersebut, apakah tumor memiliki lesi makula, papula atau subepidermal. Selain itu, nilai warna pada tumor apakah berwarna coklat, merah muda keunguan atau justru berwarna seperti kulit, ukuran tumor, dan lokasi munculnya tumor. Pemeriksaan fisik juga dapat dibantu dengan menggunakan dermaskopi.
Dermaskopi
Pemeriksaan dermaskopi dilakukan menggunakan lensa yang dipegang dengan menggunakan tangan. Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu pemeriksa melihat lesi yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata telanjang (pembesaran dapat mencapai 6 kali hingga 100 kali). Berikut ini adalah perbedaan hasil pemeriksaan fisik pada akrokordon dan dermatofibroma. [18,19]
Tabel 1. Perbedaan Akrokordon dan Dermatofibroma.
Karakteristik | Akrokordon | Dermatofibroma |
Jenis lesi | Papula (Bertangkai atau sessile) | Makula, papula, nodul, plak |
Warna | Menyerupai warna kulit, coklat | Coklat, ungu, kuning, merah muda, merah |
Ukuran | 2–5 mm atau lebih besar | 3 mm - 10 mm |
Lokasi | Ketiak, leher, sekitar lipat paha atau area inguinal | Seluruh tubuh, namun terutama tungkai bawah |
Ciri khas | - | Fitzpatrick sign (Dimple sign) |
Sumber : dr. Novita, 2019.[18]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding pada penyakit fibroma baik pada soft maupun hard masing-masing sebenarnya bisa dibedakan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik, yang meliputi karakteristik dari lesi seperti morfologi, lokasi, bentuk, ukuran, gejala lainnya. Untuk diagnosis definitif hanya dapat dibedakan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi, tetapi konfirmasi dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak akan memberikan dampak atau perbedaan terhadap penatalaksanaan dari masing-masing penyakit. [20]
Diagnosis Banding Akrokordon
Penyakit yang menjadi diagnosis banding akrokordon adalah benign melanocytic nevi, neurofibroma, dan keratosis seboroik.[21-23]
Benign Melanocytic Nevi
Benign melanocytic nevi adalah tumor jinak atau hamartoma yang terdiri dari melanosit, dimana melanosit mengalami proliferasi sehingga membentuk sekumpulan sel-sel yang disebut sebagai nests. Proses ini disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet dan faktor genetik. Lesi dari benign melanocytic nevi memiliki variasi ukuran mulai dari kurang 1 cm hingga 3 cm, pada umumnya tidak memberikan gejala dan berwarna coklat atau coklat kehitaman tergantung dari warna kulit seseorang. Lokasi lesi tersebut muncul pada permukaan kulit di seluruh sistem integumen.
Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak jenis neurofibromatosis tipe 1 yang paling sering ditemukan. Neurofibroma memiliki lesi berupa nodul berwarna coklat, merah muda, atau warna seperti kulit, sirkumskripta, dengan konsistensi kenyal atau lembut.
Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah jenis tumor jinak yang paling sering ditemukan pada orang tua (usia diatas 50 tahun), akibat proliferasi atau ekspansi dari keratinosit epidermal yang bermutasi. Lesi pada keratosis seboroik berupa makula dengan batas tegas, berwarna coklat muda, seiring dengan berjalannya waktu ukurannya dapat bertambah besar dan permukaannya dapat berubah seperti veruka atau seperti kutil.
Diagnosis Banding Dermatofibroma
Diagnosis banding dermatofibroma adalah dermatofibrosarkoma protuberans, sarkoma Kaposi, dan karsinoma sel basal.[24-26]
Dermatofibrosarkoma Protuberans
Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor fibrohistiositik yang pada umumnya muncul pada pasien dewasa muda atau paruh baya. Lesi berupa plak atau nodul berwarna merah muda keunguan, atau kecokelatan, terdapat indurasi. Pada umumnya tidak menunjukkan gejala, dan paling sering muncul pada bagian batang tubuh, ekstremitas proksimal hingga kepala dan leher. [24]
Sarkoma Kaposi
Sarkoma kaposi adalah tumor angioproliferatif yang dapat muncul pada kulit hingga pada organ viseral. Tumor ini sering ditemukan pada penderita HIV-AIDS. [25]
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit nonmelanoma yang disebabkan oleh paparan sinar matahari dan sering ditemukan pada kaum ras kaukasia. Karsinoma sel basal memiliki subtipe sesuai dengan jenis lesi yakni berupa nodular, kistik, sklerosis, keratotik, pigmentasi, dan mikronodular. Jenis nodular adalah jenis yang paling sering ditemukan.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada fibroma baik pada tipe soft maupun hard adalah pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan jaringan tumor yang digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti pada fibroma. Akan tetapi pemeriksaan histopatologi sebenarnya tidak perlu dilakukan apabila dokter yakin terhadap diagnosis yang ditegakkan hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hal ini dikarenakan, konfirmasi dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak akan memberikan perbedaan terhadap penatalaksanaan dari masing-masing penyakit. [11, 20]
Pemeriksaan Histopatologi untuk Akrokordon
Hasil dari pemeriksaan histopatologi pada akrokordon yakni berupa lapisan papiler dermis yang terdiri dari proliferasi serabut-serabut kolagen dengan beberapa fibroblas, pembuluh darah kapiler yang terdilatasi, pembuluh limfatik, tanpa struktur tambahan seperti folikel rambut dan kelenjar keringat dapat disertai atau tanpa sel lemak.
Pemeriksaan Histopatologi untuk Dermatofibroma
Hasil pemeriksaan histopatologi pada dermatofibroma yakni berupa proliferasi lokal dari sel-sel fibrosa yang berbentuk spindle, sel histiosit dan serabut-serabut kolagen di dalam dermis. Berdasarkan hasil histopatologi dermatofibroma terbagi menjadi dua yakni, dermatofibroma selular dan dermatofibroma fibrosa. Apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi dari sel histiosit maka disebut sebagai dermatofibroma selular, sedangkan apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi sel fibrosa dan serabut kolagen maka disebut sebagai dermatofibroma fibrosa.