Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Fibroma general_alomedika 2019-05-13T11:02:26+07:00 2019-05-13T11:02:26+07:00
Fibroma
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Fibroma

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Diagnosis fibroma dimulai dengan anamnesis yang meliputi karakteristik lesi dari tumor berupa morfologi, lokasi, bentuk, ukuran, gejala tambahan, onset, dan faktor-faktor pencetus. Sedangkan pada pemeriksaan fisik, dapat dilakukan dengan inspeksi karakteristik morfologi dari tumor dimulai dari jenis lesi, warna, ukuran dan lokasi muncul tumor. Pemeriksaan fisik dapat dibantu dengan menggunakan alat dermaskopi. Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi yang berguna untuk menegakkan diagnosis pasti dari fibroma. [18]

Anamnesis

Anamnesis pada tumor fibroma pada prinsipnya sama dengan anamnesis pada penyakit tumor jinak kulit lainnya, yaitu anamnesis mengenai karakteristik lesi tumor dan faktor penyebab.

Karakteristik Lesi dari Tumor

Karakteristik tumor yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut:

  • Morfologi serta lokasi lesi
  • Bentuk dan ukuran lesi
  • Ukuran lesi bertambah besar
  • Gejala seperti gatal, nyeri, merah, perih, rasa terbakar
  • Sejak kapan lesi muncul
  • Riwayat keluhan serupa di masa lalu

Faktor-Faktor Penyebab

Faktor penyebab yang perlu ditanya berbeda antara akrokordon dan dermatofibroma:

  • Akrokordon: proses penuaan, obesitas, ketidakseimbangan hormon, resistensi insulin pada penderita diabetes melitus dan berkaitan dengan sindroma Birt-Hogg-Dube (BHD)

  • Dermatofibroma: trauma minor, gigitan serangga, tato, tes tuberkulin kulit, infeksi virus, kista yang ruptur, atau folikulitis[18]

Pemeriksaan Fisik

Lakukan penilaian karakteristik morfologi dari tumor tersebut, apakah tumor memiliki lesi makula, papula atau subepidermal. Selain itu, nilai warna pada tumor apakah berwarna coklat, merah muda keunguan atau justru berwarna seperti kulit, ukuran tumor, dan lokasi munculnya tumor. Pemeriksaan fisik juga dapat dibantu dengan menggunakan dermaskopi.

Dermaskopi

Pemeriksaan dermaskopi dilakukan menggunakan lensa yang dipegang dengan menggunakan tangan. Pemeriksaan ini digunakan untuk membantu pemeriksa melihat lesi yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata telanjang (pembesaran dapat mencapai 6 kali hingga 100 kali). Berikut ini adalah perbedaan hasil pemeriksaan fisik pada akrokordon dan dermatofibroma. [18,19]

Tabel 1. Perbedaan Akrokordon dan Dermatofibroma.

Karakteristik Akrokordon Dermatofibroma
Jenis lesi

Papula (Bertangkai atau sessile)

Makula, papula, nodul, plak
Warna Menyerupai warna kulit, coklat Coklat, ungu, kuning, merah muda, merah
Ukuran 2–5 mm atau lebih besar 3 mm - 10 mm
Lokasi Ketiak, leher, sekitar lipat paha atau area inguinal Seluruh tubuh, namun terutama tungkai bawah
Ciri khas - Fitzpatrick sign (Dimple sign)

Sumber : dr. Novita, 2019.[18]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding pada penyakit fibroma baik pada soft maupun hard masing-masing sebenarnya bisa dibedakan melalui anamnesis serta pemeriksaan fisik, yang meliputi karakteristik dari lesi seperti morfologi, lokasi, bentuk, ukuran, gejala lainnya. Untuk diagnosis definitif hanya dapat dibedakan berdasarkan hasil pemeriksaan histopatologi, tetapi konfirmasi dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak akan memberikan dampak atau perbedaan terhadap penatalaksanaan dari masing-masing penyakit. [20]

Diagnosis Banding Akrokordon

Penyakit yang menjadi diagnosis banding akrokordon adalah benign melanocytic nevi, neurofibroma, dan keratosis seboroik.[21-23]

Benign Melanocytic Nevi

Benign melanocytic nevi adalah tumor jinak atau hamartoma yang terdiri dari melanosit, dimana melanosit mengalami proliferasi sehingga membentuk sekumpulan sel-sel yang disebut sebagai nests. Proses ini disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet dan faktor genetik. Lesi dari benign melanocytic nevi memiliki variasi ukuran mulai dari kurang 1 cm hingga 3 cm, pada umumnya tidak memberikan gejala dan berwarna coklat atau coklat kehitaman tergantung dari warna kulit seseorang. Lokasi lesi tersebut muncul pada permukaan kulit di seluruh sistem integumen.

Neurofibroma

Neurofibroma adalah tumor jinak jenis neurofibromatosis tipe 1 yang paling sering ditemukan. Neurofibroma memiliki lesi berupa nodul berwarna coklat, merah muda, atau warna seperti kulit, sirkumskripta, dengan konsistensi kenyal atau lembut.

Keratosis Seboroik

Keratosis seboroik adalah jenis tumor jinak yang paling sering ditemukan pada orang tua (usia diatas 50 tahun), akibat proliferasi atau ekspansi dari keratinosit epidermal yang bermutasi. Lesi pada keratosis seboroik berupa makula dengan batas tegas, berwarna coklat muda, seiring dengan berjalannya waktu ukurannya dapat bertambah besar dan permukaannya dapat berubah seperti veruka atau seperti kutil.

Diagnosis Banding Dermatofibroma

Diagnosis banding dermatofibroma adalah dermatofibrosarkoma protuberans, sarkoma Kaposi, dan karsinoma sel basal.[24-26]

Dermatofibrosarkoma Protuberans

Dermatofibrosarkoma protuberans adalah tumor fibrohistiositik yang pada umumnya muncul pada pasien dewasa muda atau paruh baya. Lesi berupa plak atau nodul berwarna merah muda keunguan, atau kecokelatan, terdapat indurasi. Pada umumnya tidak menunjukkan gejala, dan paling sering muncul pada bagian batang tubuh, ekstremitas proksimal hingga kepala dan leher. [24]

Sarkoma Kaposi

Sarkoma kaposi adalah tumor angioproliferatif yang dapat muncul pada kulit hingga pada organ viseral. Tumor ini sering ditemukan pada penderita HIV-AIDS. [25]

Karsinoma Sel Basal

Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit nonmelanoma yang disebabkan oleh paparan sinar matahari dan sering ditemukan pada kaum ras kaukasia. Karsinoma sel basal memiliki subtipe sesuai dengan jenis lesi yakni berupa nodular, kistik, sklerosis, keratotik, pigmentasi, dan mikronodular. Jenis nodular adalah jenis yang paling sering ditemukan.

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan pada fibroma baik pada tipe soft maupun hard adalah pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi adalah pemeriksaan jaringan tumor yang digunakan untuk menegakkan diagnosis pasti pada fibroma. Akan tetapi pemeriksaan histopatologi sebenarnya tidak perlu dilakukan apabila dokter yakin terhadap diagnosis yang ditegakkan hanya berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hal ini dikarenakan, konfirmasi dari hasil pemeriksaan histopatologi tidak akan memberikan perbedaan terhadap penatalaksanaan dari masing-masing penyakit. [11, 20]

Pemeriksaan Histopatologi untuk Akrokordon

Hasil dari pemeriksaan histopatologi pada akrokordon yakni berupa lapisan papiler dermis yang terdiri dari proliferasi serabut-serabut kolagen dengan beberapa fibroblas, pembuluh darah kapiler yang terdilatasi, pembuluh limfatik, tanpa struktur tambahan seperti folikel rambut dan kelenjar keringat dapat disertai atau tanpa sel lemak.

Pemeriksaan Histopatologi untuk Dermatofibroma

Hasil pemeriksaan histopatologi pada dermatofibroma yakni berupa proliferasi lokal dari sel-sel fibrosa yang berbentuk spindle, sel histiosit dan serabut-serabut kolagen di dalam dermis. Berdasarkan hasil histopatologi dermatofibroma terbagi menjadi dua yakni, dermatofibroma selular dan dermatofibroma fibrosa. Apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi dari sel histiosit maka disebut sebagai dermatofibroma selular, sedangkan apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi sel fibrosa dan serabut kolagen maka disebut sebagai dermatofibroma fibrosa.

Referensi

11. Myers DJ, Fillman EP. Dermatofibroma. StatPearls NCBI. 2019
18. Higgins JC, Maher MH, Douglas MK. Diagnosing common benign skin tumors. Am Fam Physician. 2015; 92(7): 601-7.
19. Khandpur S, Ramam M. Skin tumours. J Cutan Aesthet Surg. 2012;5(3):159–162. doi:10.4103/0974-2077.101368
20. Lipoff JB, Chatterjee K. Acrochordon. StatPearls NCBI. 2019
21. Medscape. Melanocytic Nevi. 2016. Diunduh dari: https://emedicine.medscape.com/article/1058445-clinical#b1
22. Hivelin M, Wolkenstein P, Lepage C, Valeyrie-Allanore L, Meningaud JP, Lantieri L. Facial aesthetic unit remodeling procedure for neurofibromatosis type 1 hemifacial hypertrophy: report on 33 consecutive adult patients. Plast Reconstr Surg. 2010; 125(4):1197-207.
23. Phulari RG, Buddhdev K, Rathore R, Patel S. Seborrheic keratosis. J Oral Maxillofacl Patho. 2014; 18(2): 327-330
24. Bhambri S, Desai A, Rosso JQ, Mobini N. Dermatofibrosarcoma protuberans. J Clin Aesthet Dermato. 2008; 1(1): 34-36.
25. Curtiss P, Strazzulla LC, Friedman-Kien AE. An update kaposi’s sarcoma: epidemiology, pathogenesi and treatment. Dermatol Ther. 2016; 6(4): 465-70
Samarasinghe V, Madan V, Lear JT. Focus on basal cell carcinoma. J Skin Cancer. 2011; 328615
26. Taylor JE, Osmun WE. Just a pinch: Technique for skin tag removal in sensitive areas. Can Fam Physician. 2016;62(12):998–999.

Epidemiologi Fibroma
Penatalaksanaan Fibroma
Diskusi Terbaru
Anonymous
1 jam yang lalu
Tatalaksana epistaksis pada pasien dengan polip hidung - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Indra, Sp. THT. Saya ingin bertanya, pada pasien epistaksis anterior yang memiliki polip nasal, bagaimana penanganannya ya dok? apakah pemberian...
Anonymous
Hari ini, 10:53
Tinnitus yang berbahaya - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, ijin bertanya, tinnitus yang seperti apa ya Dok, yang harus dokter umum segera rujuk ke Spesialis THT untuk evaluasi lebih lanjut? Lalu adakah...
Anonymous
Hari ini, 10:49
Cuci Hidung untuk pasien rhinosinusitis - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dok, ijin tanya, frekuensi cuci hidung pada tatalaksana rhinosinusitis kronis yang direkomendasikan berapa ya Dok ? Lalu adakah tanda-tanda pada...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.