Penatalaksanaan Divertikulum Meckel
Penatalaksanaan divertikulum Meckel meliputi terapi suportif dan persiapan pembedahan, prosedur pembedahan, serta manajemen setelah operatif.
Terapi Suportif dan Persiapan Pembedahan
Terapi suportif ditentukan oleh kondisi klinis pasien, dan dilakukan untuk menstabilkan tanda-tanda vital serta mempersiapkan pasien sebelum operasi. Tata laksana yang dilakukan adalah sebagai berikut:
- Pemasangan jalur intravena untuk pemberian cairan kristaloid, khususnya bagi kasus simptomatik dengan ileus obstruktif
- Pemasangan nasogastric tube untuk dekompresi pada kasus ileus obstruktif
- Puasa
- Pemeriksaan golongan darah dan cross match
- Transfusi darah jika diperlukan
- Pemberian antibiotik preoperatif[3,6]
Prosedur Pembedahan
Prosedur pembedahan ditentukan oleh kompleksitas kasus. Pada divertikulum Meckel asimptomatik, eksisi umumnya dilakukan jika divertikulum memiliki leher sempit atau terdapat stasis. Pada kasus simptomatik atau dengan komplikasi, dilakukan reseksi divertikulum. Indikasi absolut untuk pembedahan pada divertikulum Meckel adalah perdarahan, ileus obstruktif, dan fistula umbilokoileal.[3]
Prinsip pembedahan adalah memastikan batas-batas jaringan yang direseksi mendapat perdarahan adekuat, mengenali viabilitas usus, dan mewaspadai kemungkinan stenosis usus akibat penyempitan lumen.[3]
Terdapat empat metode pembedahan divertikulum Meckel, antara lain:
- Divertikulektomi dengan suture closure di dasar divertikulum
- Reseksi wedge dinding usus tempat predileksi divertikulum dengan suture closure
- Reseksi segmental usus dengan anastomosis end-to-end, biasanya dilakukan pada anak-anak dengan divertikulum berdasar lebar
- Pemisahan fibrous band, dengan atau tanpa divertikulektomi[3,5]
Seiring dengan kemajuan teknologi, reseksi usus dan divertikulektomi dapat dilakukan dengan prosedur minimal invasif seperti laparoskopi. Laparoskopi dapat dilakukan untuk divertikulum Meckel dengan gejala nyeri perut dan perdarahan saluran cerna, namun tidak disarankan pada ileus obstruktif.[3]
Penjahitan dapat dilakukan secara manual atau stapling. Stapling memudahkan operator untuk mereseksi dengan lebih cepat tanpa membuka lumen usus, sehingga menghindari potensi komplikasi sepsis dan setelah pembedahan.[3]
Manajemen Setelah Pembedahan
Perawatan setelah pembedahan ditentukan oleh jenis prosedur pembedahan. Prosedur relatif minor seperti divertikulektomi diperbolehkan untuk makan segera setelah pembedahan, namun pasien dengan ileus obstruktif atau kontaminasi peritoneum harus menunggu fungsi usus kembali normal sebelum makan seperti biasa.[4]
Follow up setelah pembedahan umumnya dilakukan 7-10 hari setelahnya. Jika tidak ditemukan masalah, tidak perlu dilakukan follow up lanjutan.[4]