Pengaruh Screen Time Terhadap Gangguan Perilaku Anak

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Screen time diduga berhubungan dengan berbagai gangguan pada anak, termasuk gangguan perilaku.Penggunaan gadget telah dihubungkan dengan obesitas, iritabilitas, mood yang buruk, dan hambatan perkembangan kognitif ataupun sosioemosional.

Namun, tidak banyak dokter yang tahu apakah dugaan ini didukung oleh bukti ilmiah yang adekuat ataukah sekadar mitos belaka. Karena kekhawatiran inilah, American Academy of Pediatrics merekomendasikan pembatasan screen time pada anak berusia 2 hingga 5 tahun menjadi 1 jam per hari dengan program yang berkualitas.[1]

Boy,Asia,Play,Telephone,On,Bed,At,Night,.

Pengaruh Screen Time Anak Terhadap Gangguan Perilaku

Beberapa studi telah dilakukan untuk menilai pengaruh screen time terhadap anak seperti gangguan perilaku, gangguan tidur, dan masalah atensi.

Studi oleh Parent et al.

Sebuah studi oleh Parent et al. menunjukkan bahwa peningkatan waktu melihat layar (screen time) berhubungan dengan peningkatan risiko kualitas tidur yang buruk dan masalah perilaku. Studi ini membagi subjek dalam kelompok anak usia muda (usia 3–7 tahun, sebanyak 209 partisipan), anak usia menengah (usia 8–12 tahun, sebanyak 202 partisipan), dan remaja (usia 13–17 tahun, sebanyak 210 partisipan).

Terhadap seluruh kelompok usia, peningkatan screen time ditemukan berhubungan dengan gangguan tidur yang akan menyebabkan gangguan perilaku. Pada anak usia muda, gangguan tidur dialami mulai paparan gadget 6 jam dan meningkat signifikan pada paparan di atas 8 jam.[2]

Studi oleh Guerrero et al.

Studi oleh Guerrero et al. melibatkan 11.875 anak berusia 9–10 tahun di Amerika Serikat. Hasil analisis menunjukkan bahwa waktu yang dihabiskan melihat layar berhubungan signifikan dengan perilaku bermasalah. Waktu menonton televisi atau film berhubungan dengan meningkatnya perilaku melanggar aturan sebesar 5,9%; masalah sosial sebesar 5%; perilaku agresif sebesar 4%; dan masalah berpikir sebesar 3,7%.[3]

Selain itu, studi ini juga menemukan bahwa semakin banyak waktu bermain video games dewasa berhubungan dengan meningkatnya perilaku agresif dan berkurangnya durasi tidur. Semakin besar  durasi tidur anak, maka masalah perilaku anak semakin berkurang 8,8–16,6%.[3]

Studi oleh Tamana et al.

Studi lain terkait hal ini adalah studi yang dilakukan peneliti di Universitas Alberta menggunakan data Canadian Healthy Infant Longitudinal Development (CHILD).  Studi yang melibatkan 2.427 sampel anak prasekolah ini mengungkapkan bahwa screen time lebih dari 2 jam per hari meningkatkan kemungkinan masalah atensi hingga hampir 6 kali lipat dan kemungkinan memenuhi kriteria diagnosis attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) hingga hampir 8 kali lipat dibandingkan anak yang memiliki screen time ≤ 30 menit.[4]

Rekomendasi Screen Time Anak

World Health Organization (WHO) merekomendasikan 0 jam paparan screen time pada anak usia kurang dari 2 tahun dan maksimal 1 jam untuk anak usia 2-4 tahun.[5]

Sementara itu, Canadian 24-Hour Movement Guidelines for the Early Years (0-4 years) memberikan rekomendasi komprehensif terkait paparan screen time dan juga aktivitas fisik anak yang dibagi lebih lanjut berdasarkan usianya.

Rekomendasi untuk anak usia < 1 tahun:

  • Tidak direkomendasikan screen time sama sekali
  • Melakukan aktivitas fisik beberapa kali sehari dalam berbagai cara, terutama melalui interaksi dan permainan berbasis lantai. Bagi anak yang belum dapat bergerak, dapat dilakukan tummy time 30 menit per hari saat terjaga
  • Tidur, termasuk tidur siang, sebanyak total 14–17 jam untuk yang berusia 0–3 bulan; atau 12–16 jam untuk yang berusia 4-11 bulan
  • Jika anak tidak beraktivitas fisik, maka yang disarankan bukanlah menggunakan gadget, melainkan membaca buku atau bercerita

Rekomendasi untuk anak usia 1–2 tahun:

  • Screen time tidak direkomendasikan pada anak kurang dari 2 tahun

  • Untuk anak berusia 2 tahun, screen time dibatasi menjadi 1 jam atau kurang
  • Lebih disarankan melakukan aktivitas fisik selama setidaknya 180 menit sehari dengan berbagai intensitas.
  • Tidur, termasuk tidur siang, sebanyak total 11–14 jam sehari dengan waktu tidur yang konsisten

Rekomendasi untuk anak usia 3–4 tahun:

  • Screen time dibatasi menjadi 1 jam atau kurang

  • Lebih disarankan melakukan aktivitas fisik selama setidaknya 180 menit sehari, dimana 60 menit di antaranya adalah permainan yang energetik
  • Tidur, termasuk tidur siang, sebanyak total 10-13 jam sehari dengan waktu tidur yang konsisten[6]

Sementara itu, untuk anak usia di atas 5 tahun, screen time disarankan tidak lebih dari 2 jam sehari. Anak-anak yang mengikuti pedoman ini telah dilaporkan memiliki performa lebih baik dalam hal perkembangan sosiokognitif yang diukur dengan Test of Emotional Comprehension (TEC).[4,7]

Kualitas Screen Time:

Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), menilai kualitas interaksi anak-anak dan remaja dengan teknologi lebih penting daripada memberlakukan batasan waktu yang kaku pada penggunaan media digital. Sebagai gantinya, fokus sebaiknya ditempatkan pada kualitas interaksi dengan media digital daripada hanya memperhatikan jumlah atau durasinya.[8]

Dengan pendekatan ini, dampak positif dari konten yang mendidik dan menginspirasi dapat dihargai walau tetap memperhatikan keseimbangan dan keberagaman dalam penggunaan teknologi oleh anak-anak dan remaja.[8]

Kesimpulan

Bukti ilmiah yang tersedia telah menunjukkan bahwa screen time berkaitan dengan gangguan tidur yang kemudian dapat menyebabkan gangguan perilaku pada anak. Hal ini termasuk  perilaku agresif, masalah atensi, dan kemungkinan mengalami gejala attention deficit hyperactivity disorder (ADHD).

Secara umum, screen time direkomendasikan sesedikit mungkin pada anak dan sebaiknya digantikan dengan membaca buku, bercerita, atau aktivitas fisik. Anak yang berusia < 1 tahun tidak disarankan untuk terpapar layar sama sekali. Sementara itu, untuk anak yang lebih tua, paparan layar sebaiknya dibatasi kurang dari 1–2 jam sehari. Kualitas screen time juga penting untuk diperhatikan.

 

Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari

Referensi