Kontraindikasi dan Peringatan Anti Bisa Ular
Kontraindikasi Serum Anti Bisa Ular (ABU) jika terdapat riwayat hipersensitivitas, atau serum sickness dengan antidot ini, atau riwayat alergi terhadap komponen ABU, seperti terhadap fenol, sebagai zat aditif. [4, 18, 21] Peringatan terutama bagi yang pernah mengalami reaksi alergi terhadap serum anti toksin lainnya, yang berasal dari plasma kuda, seperti serum anti tetanus, atau serum anti difteri.
Disamping itu, hindari pemberian ABU secara intra muskular, atau injeksi sekitar luka gigitan ular berbisa , karena pemberian cara ini tidak efektif. Bioavailabilitas menjadi buruk, karena komponen ABU berupa molekul besar dari IgG, atau fragmen-fragmen, diabsorpsi secara perlahan oleh jaringan limfatik. [2, 19, 21]
Rute pemberian intramuskular diasosiasikan dengan risiko yang signifikan, seperti:
- Menimbulkan rasa sangat nyeri pada tempat suntikan, atau timbul hematom
- Dapat meningkatkan tekanan intra kompartemen sekitar luka
- Pada pasien yang menderita abnormalitas hemostatik, dapat mudah mengalami pembentukan hematoma pada daerah sekitar luka bekas suntikan
- Kerusakan saraf skiatika, apabila diberikan pada regio gluteus secara tidak benar
Pengecualian pemberian ABU dengan rute intramuskular adalah apabila akses intravena tidak ada, dan/atau korban gigitan ular berbisa tidak dapat dirujuk ke rumah sakit dengan segera.
Karena tidak ada reaksi netralisasi silang, maka ABU Bio Farma tidak dapat menetralkan venom ular jenis berikut dan telah dilaporkan menyebabkan kematian para korbannya:
-
Bungarus candidus (Jawa)
-
Daboia siamensis (Jawa, Flores, Komodo)
-
Acanthophis (Papua Barat) [2, 3, 21]
ABU Bio Farma juga tidak dapat menetralkan venom ular spesies penting lainnya, seperti:
-
Trimeresurus sp
Australasian Elapidae, yang hidup pada letak geografis Indonesia bagian Timur