Farmakologi Anti Bisa Ular
Aspek penting dari farmakologi Serum Anti Bisa Ular (ABU) adalah mekanisme kerja yang menetralkan racun akibat gigitan ular berbisa.
Farmakodinamik
Serum Anti Bisa Ular (ABU) produksi Bio Farma mengandung F(ab’) atau antigen-binding fragment dalam jumlah yang signifikan, serta agregat protein dan albumin sebagai kontaminan. [3]
Bila dibandingkan dengan NPAV, neuro antivenom bisa ular polivalen, buatan Thailand, maka aktivitas ikatan imunologis ABU terhadap antigen dari 3 venom, lemah terhadap N. sputatrix, sebanding menetralkan bisa ular B. fasciatus, dan efektif terhadap C. rhodsotoma
Bisa ular yang telah masuk kedalam darah korbannya, akan memblokade tempat reseptor jaringan tubuh, sehingga akan menghalangi dan mengganggu proses biokimiawi dan fisiologis tubuh, seperti pernapasan, hemodinamik, dan pergerakan otot.
ABU bekerja dengan menetralkan bisa ular, menyebabkan racun tersebut terlepas dari tempat reseptor sehingga jaringan tubuh dapat bebas untuk berinteraksi dengan molekul asetilkolin.
Komposisi anti venom dapat diklasifikasikan menjadi:
- IgG utuh : Produk antibodi keseluruhannya mengandung molekul antibodi
-
IgG fragmen : Berasal dari proses cerna IgG utuh menjadi Fab (monomeric binding), atau F(ab’)2 (dimeric binding). Fragment antigen binding, atau Fab, adalah regio selektif dari antigen binding. Fragmen Fab adalah suatu regio pada suatu antibodi yang terikat dengan antigen, contohnya venom-venom. Ukuran molekuler Fab adalah sekitar 50kDa, dimana ukuran tersebut lebih kecil daripada F(ab’)2, yang ukurannya 110kDa. Karenanya, perbedaan ukuran tersebut berdampak besar pada distribusi jaringan dan kecepatan eliminasi
Anti venom memiliki kemampuan netralisasi silang, hal ini sebagai kemampuan proteksi silang terhadap berbagai bisa ular dari family, atau genera yang sama. Sebagai contohnya adalah Antivipmyn, yang terbuat dari bisa ular Crotalus durissus dan bisa ular Bothrops asper [15]. Antivipmyn telah terbukti mampu menetralkan venom-venom ular berbisa jenis pit vipers yang hidup di alam benua Amerika Utara. Dengan adanya netralisasi silang ini, maka memungkinkan bagi beberapa manufaktur, untuk melakukan hiperimunisasi dengan tipe-tipe venom yang jauh lebih sedikit jumlahnya, untuk memproduksi anti venom-anti venom yang sesuai secara geografis.
Farmakokinetik
Venom dari C.rhodostoma bersifat prokoagulan dan hemotoksik, sedangkan venom dari Naja sp dan Bungarus sp bersifat neurotoksik, yang menyebabkan paralisis neuromuskular, gagal napas dan kematian dalam hitungan menit hingga jam [2, 16, 17]
Dalam waktu 15‒30 menit setelah pemberian ABU ini, biasanya perdarahan akan terhenti, namun proses normalisasi gangguan koagulasi memerlukan waktu hingga 6 jam. Dalam waktu 30 menit, pasien akan mengalami perbaikan terhadap efek neurotoksik racun ular, dimana untuk pemulihan secara total perlu waktu sekitar 24 hingga 48 jam.
Ekskresi kedalam air susu ibu belum ada cukup bukti ilmiah, hanya diperkirakan bahwa tidak ada degradasi produk toksin kedalam air susu ibu.
Eliminasi ABU jenis fragmen Fab adalah cepat, karenanya, pasien perlu diberikan injeksi ABU untuk dosis berikutnya. Rute primer eliminasi venom dan antivenom, serta produk degradasinya adalah melalui urine.