Kortikosteroid untuk Miringitis Bulosa: Apakah Perlu

Oleh :
dr. Ferdinand Sukher

Pemberian kortikosteroid pada kasus miringitis bulosa atau bullous myringitis sering dilakukan untuk menangani peradangan dan mencegah atau mengatasi kehilangan pendengaran sensorineural. Namun, bukti yang mendukung efektivitas kortikosteroid untuk terapi miringitis bulosa sebenarnya masih sangat terbatas.[1,2]

Miringitis bulosa adalah peradangan membran timpani yang ditandai dengan timbulnya vesikel atau bula pada membran timpani. Kondisi ini bisa terjadi dengan atau tanpa gangguan lain pada membran timpani dan telinga tengah, misalnya otitis media akut. Penyebab miringitis bulosa umumnya adalah infeksi, misalnya karena Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Mycoplasma pneumoniae, virus influenza dan parainfluenza, atau adenovirus.[2-4]

Asian,Woman,With,Sore,Ear,Suffering,From,Otitis,With,Red

Prinsip Terapi Miringitis Bulosa

Miringitis bulosa merupakan peradangan membran timpani yang umumnya disebabkan oleh infeksi, terutama infeksi bakteri. Patogen penyebab miringitis bulosa dilaporkan mirip dengan patogen penyebab otitis media meskipun otitis media merupakan kasus berbeda yang infeksinya terletak di telinga tengah. Terkadang, kedua kondisi ini dapat terjadi bersamaan.[1,3,5]

Pada miringitis bulosa akibat infeksi bakteri, terapi utama adalah pemberian antibiotik sistemik, misalnya amoxicillin-asam klavulanat. Pada pasien yang alergi antibiotik dari golongan penicillin, dokter dapat memberikan golongan makrolida seperti azithromycin. Analgesik juga umumnya diberikan bersama antibiotik untuk mengatasi nyeri. Pada kasus yang refrakter atau berisiko komplikasi, tindakan bedah dapat dilakukan.[3,6,7]

Miringitis bulosa yang tidak tertangani dapat menyebabkan gangguan pendengaran sensorineural maupun konduktif. Menurut suatu studi, >60% pasien miringitis bulosa mengalami gangguan pada komponen pendengaran sensorineural, termasuk yang tipe mixed. Gangguan pendengaran sensorineural ini umumnya akan mengalami resolusi komplit tetapi beberapa pasien bisa mengalami gangguan pendengaran residual atau permanen.[1,4]

Kortikosteroid sebagai agen antiinflamasi diharapkan mampu menangani peradangan pada miringitis bulosa dan mencegah ataupun mengatasi gangguan pendengaran sensorineural tersebut. Namun, bukti tentang efektivitasnya sebenarnya masih sangat terbatas, baik untuk sediaan kortikosteroid sistemik maupun topikal.[1,4,6,7]

Bukti tentang Efek Kortikosteroid pada Miringitis Bulosa

Jumlah studi klinis yang menguji efektivitas dan keamanan kortikosteroid pada miringitis bulosa masih tidak banyak. Menurut suatu studi klinis berskala kecil pada 23 pasien dengan kehilangan pendengaran sensorineural akibat miringitis bulosa, kortikosteroid sistemik tidak memberikan manfaat tambahan untuk luaran pasien.[2]

Dalam studi tersebut, pasien dibagi ke dalam grup A atau grup B. Pasien dalam grup A mendapatkan terapi antibiotik sistemik saja, sedangkan pasien dalam grup B mendapat terapi antibiotik sistemik bersama kortikosteroid sistemik. Antibiotik yang digunakan adalah amoxicillin 1 gram 2 kali/hari selama 8 hari, sedangkan kortikosteroidnya adalah prednisone. Prednisone diberikan 50 mg/hari selama 3 hari pertama lalu 25 mg/hari selama 3 hari berikutnya lalu 12,5 mg/hari selama 3 hari terakhir.[2]

Hasil studi tersebut menunjukkan tidak ada perbedaan bermakna pada angka recovery pendengaran sensorineural pasien di grup A maupun grup B. Terapi dengan antibiotik sistemik saja sudah dinilai efektif. Penambahan kortikosteroid dikatakan tidak memberi manfaat tambahan untuk recovery pendengaran sensorineural pasien.[2]

Terdapat case report yang melaporkan bahwa pemberian antibiotik sistemik dan topikal bersama kortikosteroid topikal efektif untuk pasien miringitis bulosa, tanpa terjadinya gangguan pendengaran. Namun, belum ada uji klinis yang dapat mendukung hal ini. Oleh sebab itu, penggunaan kortikosteroid yang topikal maupun sistemik saat ini belum termasuk dalam rekomendasi klinis penanganan miringitis bulosa.[1,4,8]

Kesimpulan

Miringitis bulosa merupakan peradangan pada membran timpani yang umumnya terjadi karena infeksi. Peradangan yang disertai vesikel atau bula pada membran timpani ini dapat berujung pada gangguan pendengaran. Pemberian kortikosteroid awalnya diduga dapat menangani inflamasi dan gangguan pendengaran. Namun, bukti klinis yang ada saat ini ternyata tidak mendukung efektivitas kortikosteroid pada miringitis bulosa.

Menurut bukti klinis saat ini, penambahan kortikosteroid sistemik pada terapi antibiotik sistemik tidak memberi manfaat tambahan untuk recovery pendengaran sensorineural pasien miringitis bulosa. Oleh sebab itu, studi tidak merekomendasikan penggunaan kortikosteroid sistemik. Penggunaan kortikosteroid topikal juga belum dapat disarankan karena sangat terbatasnya bukti. Ke depannya, studi klinis lebih lanjut, terutama yang melibatkan sampel lebih besar, masih diperlukan.

Referensi