Infeksi kulit dan saluran napas bisa memengaruhi ginjal anak? - Diskusi Dokter

general_alomedika

Kasus hari ini:An. perempuan 8 tahun  dengan berat badan 21 kg datang dengan keluhan bengkak  kedua tungkai bawah sejak 1 minggu. Bengkak tidak terutama pagi...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Infeksi kulit dan saluran napas bisa memengaruhi ginjal anak?

    Dibalas 28 Desember 2018, 10:07
    dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
    dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
    Dokter Spesialis Anak

    Kasus hari ini:

    An. perempuan 8 tahun  dengan berat badan 21 kg datang dengan keluhan bengkak  kedua tungkai bawah sejak 1 minggu. Bengkak tidak terutama pagi hari. Pasien sebelumnya batuk pilek berulang dan terdapat luka pada tungkai bawah yang diobati dengan obat-obatan tradisional sejak 1 bulan. Sakit kepala, kejang tidak ada. BAK warna agak coklat belakangan. Demam ada subfebris. 

    Pemeriksaan fisis:

    Tanda vital dalam batas normal (dbn)

    Tekanan darah di persentil 50-90 sesuai usia dan jenis kelamin

    Edema pada tungkai ( )

    Tonsil T3-T3 dengan faring hiperemis dan detritus ( )

    Jantung/paru dan sistem organ lain dbn

    Luka pada tungkai bawah ( ) dengan terinfeksi

    Nyeri ketok CVA tidak ada, asites/edema anasarka tidak ada.

    Pemeriksaan lab:

    DPL dan fungsi ginjal dalam batas normal

    Albumin, kolesterol dalam batas normal

    Urinalisis: hematuria, eritrosit 20/LPB, leukosit 15/LPB, protein 2

    ASTO cukup tinggi dan C3 menurun

    Diagnosis pasien: sindrom nefritik ec GNAPS

    Diagnosis banding: sindrom nefrotik, ISK, pielonefritis

    Pasien dilakukan terapi dengan:

    Istirahat tirah baring

    Diet rendah garam

    Amoksisilin selama 7-10 hari

    Minum 1500 mL tiap 24 jam

    salep mupirosin 3x sehari pada bagian luka ditungkai dan edukasi kebersihan

    Kontrol 1 minggu


    ---------------------------------------------------------------------------------------------------

    Glomerulonefritis akut pasca-streptokokus (GNAPS) adalah suatu sindrom nefritik yang ditandai dengan timbulnya hematuria, edema, hipertensi, dan penurunan fungsi ginjal. Gejala-gejala ini timbul setelah infeksi, umumnya oleh kuman Streptococcus beta hemolyticus group A di saluran napas bagian atas atau di kulit. GNAPS merupakan glomerulonefritis akut pasca-infeksi yang paling sering ditemukan. 

    Kelainan ginjal terjadi akibat deposisi kompleks imun pada membran basalis glomerulus dan / atau mesangium sehingga terjadi reaksi inflamasi. Komplikasi yang dapat terjadi adalah ensefalopati hipertensif, gagal jantung, edema paru, dan gagal ginjal. 

    Diagnosis

    1.Ada masa laten, yaitu masa antara saat masuknya streptokokus sampai timbulnya gejala/tanda GNAPS,  berkisar 10-21 hari 

    2.Hematuria tanpa disertai rasa sakit 

    3.Edema 

    4.Oliguria/anuria 

    5.Hipertensi, dapat disertai kejang, kesadaran menurun 

    6.Tanda gagal jantung kongestif 

    (Catatan: Dalam menegakkan diagnosis, tidak semua manifestasi klinis ini harus ada) 

    Pemeriksaan penunjang 

    1.Urinalisis: ditemukan proteinuria sampai dengan , hematuria, leukosituria, silinder eritrosit 

    2.Darah: 

     Darah tepi: dapat ditemukan anemia ringan 

     Kreatinin dan ureum umumnya meningkat 

     Kadar komplemen C 3 akan menurun, dan kembali normal 8 – 10 minggu kemudian 

     Kadar antibodi terhadap streptokokus seperti ASTO, antihialuronidase, anti-DNase B umumnya meningkat 

    3.Klirens kreatinin dan klirens ureum umumnya menurun 

    4.Kultur dari spesimen apus tenggorok atau kulit 

    5. Pemeriksaan penunjang lain atas indikasi 

    Tata laksana 

    Umum 

    1.Penjelasan kepada pasien atau orangtua mengenai penyakit pasien dan tindakan yang akan dilakukan untuk    tata laksana pasien. 

     Tirah baring sampai hipertensi dan edema membaik, hematuria nyata menghilang. 

     Diet rendah garam (< 1 g per hari) dan rendah protein 1 g/kg/hari 

     Balans cairan dan elektrolit (jumlah yang masuk sama dengan jumlah yang keluar). 

    Khusus 

    2.Antibiotik golongan penisilin (amoksisilin 50 mg/kg/hari dibagi 3) atau eritromisin 30 mg/kg/hari dibagi 3, selama 10 hari. 

     Diuretik: furosemid 1 mg/kg/kali, 2-3 kali per hari, per oral atau IV, bila perlu. 

     Mengatasi hipertensi. 

     Mengatasi gagal ginjal akut, bila anuria berkepanjangan dilakukan dialisis. 

     Mengatasi komplikasi lain yang terjadi seperti ensefalopati, gagal jantung, edema paru.

    Sumber:

    Niaudet P, Bruder FS, Melanie SK. Poststreptococcal glomerulonephritis. Upatodate, Aug 29,2018

    Pedoman pelayanan klinis. RSCM. 2015 

28 Desember 2018, 09:15
dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
Dokter Spesialis Anak
sama sama ya semoga bermanfaat🙏
27 Desember 2018, 21:38
Thanks for sharing dok
27 Desember 2018, 21:55
Terima kasih utk sharing nya dok 😇
28 Desember 2018, 09:15
dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
dr.Achmad Rafli, Sp.A(K)
Dokter Spesialis Anak
sama sama ya semoga bermanfaat🙏
28 Desember 2018, 10:07
Terimakasih sharing kasusnya Dok,  sangat menarik.