pasien dengan hepatitis B kronis yang ingin hamil - Diskusi Dokter

general_alomedika

selama sore Docs, ijin bertanya. Jadi kapan hari saya ada mendapatkan pertanyaan dr user, intinya bahwa ia menderita hep B kronis (yg pasti HBsAg + selama...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • pasien dengan hepatitis B kronis yang ingin hamil

    Dibalas 23 Mei 2018, 14:49
    dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
    dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
    Dokter Spesialis Patologi Anatomi

    selama sore Docs, ijin bertanya. Jadi kapan hari saya ada mendapatkan pertanyaan dr user, intinya bahwa ia menderita hep B kronis (yg pasti HBsAg + selama lebih dr 6 bulan). Selama ini tdk diberikan terapi apa2 oleh SpPD krn mengingat tiap kali kontrol, SGOT/PT nya selalu normal. Tapi belum pernah diperiksakan HBV DNA, dan menurut dokter pasien bahwa pasien menderita Hep B kronis inaktif. Untuk HBeAg saya lupa tanyakan.



    yang jadi pertanyaan saya, utk pasien spt ini bagaimana prognosis ke depannya ya dok, apakah memungkinkan utk hamil, punya anak, atau bahkan berhubungan intim tanpa pengaman? trims sebelumnya dok

07 Mei 2018, 16:28
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
Dokter Spesialis Patologi Anatomi
maksud saya, lebih tepatnya apakah pada orang ini masih memungkinkan utk dianjurkan hamil, atau dicegah jangan sampai hamil? meski bisa disuntikkan HBIG setelah bayi lahir. terima kasih docs
07 Mei 2018, 17:32
alo dok!
sebetulnya saya belum pernah baca guideline pasti tentang perencanaan kehamilan pada hep B kronis. mungkin akan ada teman2 dari obgyn atau interna yang bisa lebih menjelaskan mengenai pedoman pastinya..

yang saya tau, kehamilan akan membuat beberapa perubahan di sistem imun kita, yang alasan utamanya adalah supaya sistem imun ibu tidak anggap bayi sebagai benda asing.
nah pada keadaan seorang ibu hamil terinfeksi hep B, bisa terjadi peningkatan virulensi relatif karena hal ini, dok. dan itu bisa meningkatkan risiko hep B nya menjadi aktif kembali. maka sebaiknya kehamilan dipertimbangkan betul-betul risk and benefitnya.

Karena pasien syukur alhamdulillah sudah tau sakit hepB sebelum kehamilan dimulai, maka kehamilan bisa lebih dipersiapkan dan direncanakan. Misalnya dengan memastikan kondisi kroniknya replikatif atau non-replikatif (bisa priksa HBV DNA dan HBeAg).

Yang perlu dipikirkan kalau ibunya tetap memutuskan hamil, imho, adalah risiko mother-newborn transmission, dok.. Juga kalau tiba2 di tengah kehamilan hepB nya jadi aktif dan ibunya harus minum antivirus..
07 Mei 2018, 18:45
dr. Andre
dr. Andre
Dokter Umum

dr. Jessica Prisscila
May 07, 2018 at 04:28 PM

maksud saya, lebih tepatnya apakah pada orang ini masih memungkinkan utk dianjurkan hamil, atau dicegah jangan sampai hamil? meski bisa disuntikkan HBIG setelah bayi lahir. terima kasih docs

Benar sekali, untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal hepatitis B maka langkah yang tepat adalah dengan memberikan HBIg pada bayi dalam 12 jam pasca kelahiran. Ibu hamil juga perlu meminum analog nukleosida seperti lamivudin, telbivudin, atau tenofovir pada trimester ketiga kehamilan.

Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai terapi hepatitis B pada kehamilan serta populasi khusus lainnya, silahkan melihat link berikut ini:

Hepatitis B pada Kelompok Populasi Khusus

Anda juga dapat membaca mengenai penyakit Hepatitis B pada link berikut ini:

Hepatitis B

07 Mei 2018, 22:09
dr. Julfreser Sinurat, Sp.PD
dr. Julfreser Sinurat, Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
Selamat malam..
Pasien usia subur dengan hepatitis B kronik harus diberikan konseling mengenai kontrasepsi dan juga perencanaan memiliki bayi. Pasien hepatitis B tidak dilarang untuk hamil, namun sebelum hamil harus dievaluasi apakah terdapat indikasi pengobatan berdasarkan Nilai HBV DNA, HBeAg, SGPT dan gambaran histologis hati (derajat fibrosis yang dinilai dengan fibroscan atau bila perlu biopsi hati. Jika terdapat indikasi pengobatan, dilakukan pengobatan terlebih dahulu dan pasien tidak boleh hamil selama pengobatan. untuk mengurangi transmisi perinatal maka
pada pasien yang hamil dengan HBV DNA >2 x 10 ^6 IU/ml dan atau HBeAg positif dapat diberikan terapi Tenofovir (pilihan utama) atau telbivudin ( alternatif) pada trimester ke 3 hingga 3 bulan pasca melahirkan, serta bayi diberikan HBIg dan vaksinasi.

Untuk masalah hubungan seksual : Kondom harus digunakan selama berhubungan dengan pasangan seksual yang negatif hepatitis B dan belum divaksinasi. Pasangan seksual perlu diperiksa status hepatitis B nya dan dilakukan vaksinasi.
Semoga dapat membantu.

Sumber : Konsensus nasional penatalaksaan hepatitis B tahun 2017 yang dikeluarkan Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)
07 Mei 2018, 22:41
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
Dokter Spesialis Patologi Anatomi

dr. Andre
May 07, 2018 at 18:45 pm


Benar sekali, untuk mencegah terjadinya transmisi vertikal hepatitis B maka langkah yang tepat adalah dengan memberikan HBIg pada bayi dalam 12 jam pasca kelahiran. Ibu hamil juga perlu meminum analog nukleosida seperti lamivudin, telbivudin, atau tenofovir pada trimester ketiga kehamilan.


Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut mengenai terapi hepatitis B pada kehamilan serta populasi khusus lainnya, silahkan melihat link berikut ini:


Hepatitis B pada Kelompok Populasi Khusus


Anda juga dapat membaca mengenai penyakit Hepatitis B pada link berikut ini:


Hepatitis B

terima kasih atas jawabannya dok :)

07 Mei 2018, 22:46
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
Dokter Spesialis Patologi Anatomi

dr. Julfreser Sinurat, Sp.PD
May 07, 2018 at 22:09 pm

Selamat malam..
Pasien usia subur dengan hepatitis B kronik harus diberikan konseling mengenai kontrasepsi dan juga perencanaan memiliki bayi. Pasien hepatitis B tidak dilarang untuk hamil, namun sebelum hamil harus dievaluasi apakah terdapat indikasi pengobatan berdasarkan Nilai HBV DNA, HBeAg, SGPT dan gambaran histologis hati (derajat fibrosis yang dinilai dengan fibroscan atau bila perlu biopsi hati. Jika terdapat indikasi pengobatan, dilakukan pengobatan terlebih dahulu dan pasien tidak boleh hamil selama pengobatan. untuk mengurangi transmisi perinatal maka
pada pasien yang hamil dengan HBV DNA >2 x 10 ^6 IU/ml dan atau HBeAg positif dapat diberikan terapi Tenofovir (pilihan utama) atau telbivudin ( alternatif) pada trimester ke 3 hingga 3 bulan pasca melahirkan, serta bayi diberikan HBIg dan vaksinasi.

Untuk masalah hubungan seksual : Kondom harus digunakan selama berhubungan dengan pasangan seksual yang negatif hepatitis B dan belum divaksinasi. Pasangan seksual perlu diperiksa status hepatitis B nya dan dilakukan vaksinasi.
Semoga dapat membantu.

Sumber : Konsensus nasional penatalaksaan hepatitis B tahun 2017 yang dikeluarkan Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI)

Terima kasih atas jawabannya Dok :) Dan memang kekurangan saya disini, saya tidak menanyakan status HBeAg nya, sedangkan untuk HBV DNA memang belum diperiksakan oleh dokter SpPD nya user, dengan alasan yang tidak saya ketahui. Namun jikalau seandainya memang betul2 pasien menderita Hep B kronik inaktif dengan HBV DNA dengan kadar yang sangat rendah dan HBeAg negatif, maka apakah memungkinkan untuk hamil dan berhubungan intim tanpa pelindung, ataukah sampai seterusnya sebaiknya tidak dianjurkan hamil dan berhubungan intim tanpa pelindung, seperti yang sempat dijelaskan oleh dr Bedry Qintha sebelumnya?

Btw kepada dr Bedry Qintha saya ucapkan terima kasih atas jawabannya :)

08 Mei 2018, 15:58
dr. Baringin De Samakto Sitompul Sp.PD
dr. Baringin De Samakto Sitompul Sp.PD
Dokter Spesialis Penyakit Dalam
halo dr Jessica,
Saya mencoba membantu menambahkan, jika memang betul pasien wanita ini dalam fase inactive CHB, dengan HbeAg negatif dan HBV DNA rendah, perlu juga dievaluasi Kadar ALT nya atau derajat kerusakan liver dari fibroscan atau histologis (invasif dengan biopsi hati), jika kadar ALT rendah, dan dari pemeriksaan struktur parenkim hati belum ada kerusakan, maka pasien ini tentu saja bisa program kehamilan, sesuai guideline AASLD ( Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH, et al. AASLD guidelines for treatment of chronic hepatitis B. Hepatology. 2016;63:261–283. doi:10.1002/hep.28156.)

Dan untuk berhubungan intim, tentu saja kita harus mengetahui status imun partner seksualnya, jika HbsAg negatif, disarankan untuk imunisasi terlebih dahulu. Memang dalam fase inactive CHB ini HbeAg negatif sehingga resiko penularan sangat rendah, jadi untuk berhubungan intim tanpa pengaman pun memang resiko penularan juga rendah, tapi bukan berarti kita menyarankan untuk tidak pakai pengaman karena kita harus menyarankan yang terbaik dan yang aman untuk pasien.
Demikian, semoga bermanfaat 😊
23 Mei 2018, 14:49
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
dr. Jessica Prisscila, Sp.PA
Dokter Spesialis Patologi Anatomi

dr. Baringin De Samakto Sitompul Sp.PD
May 08, 2018 at 03:58 PM

halo dr Jessica,
Saya mencoba membantu menambahkan, jika memang betul pasien wanita ini dalam fase inactive CHB, dengan HbeAg negatif dan HBV DNA rendah, perlu juga dievaluasi Kadar ALT nya atau derajat kerusakan liver dari fibroscan atau histologis (invasif dengan biopsi hati), jika kadar ALT rendah, dan dari pemeriksaan struktur parenkim hati belum ada kerusakan, maka pasien ini tentu saja bisa program kehamilan, sesuai guideline AASLD ( Terrault NA, Bzowej NH, Chang KM, Hwang JP, Jonas MM, Murad MH, et al. AASLD guidelines for treatment of chronic hepatitis B. Hepatology. 2016;63:261–283. doi:10.1002/hep.28156.)

Dan untuk berhubungan intim, tentu saja kita harus mengetahui status imun partner seksualnya, jika HbsAg negatif, disarankan untuk imunisasi terlebih dahulu. Memang dalam fase inactive CHB ini HbeAg negatif sehingga resiko penularan sangat rendah, jadi untuk berhubungan intim tanpa pengaman pun memang resiko penularan juga rendah, tapi bukan berarti kita menyarankan untuk tidak pakai pengaman karena kita harus menyarankan yang terbaik dan yang aman untuk pasien.
Demikian, semoga bermanfaat 😊

Baik dok, terima kasih banyak atas jawabannya, sangat bermanfaat :)