Pemeriksaan Appendicogram untuk Diagnosis Appendisitis

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla

Saat ini, penggunaan appendicogram dalam diagnosis appendicitis mulai ditinggalkan karena semakin digantikan dengan modalitas pencitraan lain, seperti USG dan CT scan.[1] Appendicogram merupakan suatu jenis pemeriksaan radiografi menggunakan media kontras untuk menggambarkan abnormalitas pada apendiks. Appendicogram kurang disukai dibandingkan modalitas pencitraan lain karena potensi negatif palsu, risiko efek samping yang lebih tinggi, dan prosedur pemeriksaan yang lebih tidak praktis.[2-6]

Di Indonesia sendiri, beberapa pusat pelayanan kesehatan masih menggunakan appendicogram dalam penegakan diagnosis appendicitis. Hal ini karena tidak tersedianya modalitas pencitraan lain untuk penegakan diagnosis yang cepat, padahal penundaan diagnosis appendicitis berisiko menyebabkan komplikasi mengancam jiwa, seperti peritonitisabses apendiks, hingga sepsis.[2,6-9]

Depositphotos_41030947_m-2015_compressed

Appendicogram Sebagai Prosedur Diagnostik

Pemeriksaan appendicogram menggunakan BaSO(barium sulfat) yang telah diencerkan dengan air sehingga terbentuk suspensi barium yang diadministrasikan secara oral atau melalui anus. Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mengetahui kelainan anatomi dan fungsi dari apendiks, mendeteksi adanya abses, appendicolith, gas di dalam apendiks, air-fluid level pada appendiceal ileum, massa jaringan lunak di kuadran kanan bawah abdomen, deformitas dari batas caecum, ataupun hilangnya garis preperitoneal fat.[4-6,9]

Sebelum menjalani appendicogram, pasien perlu diminta untuk berpuasa selama 8-9 jam. Pemeriksaan ini dikontraindikasikan pada pasien dengan keadaan umum yang tidak stabil, adanya perdarahan pada abdomen, perforasi, dan diare akut.[6,9]

Interpretasi Pemeriksaan Appendicogram

Hasil pemeriksaan appendicogram diinterpretasikan berdasarkan terisi atau tidaknya kontras barium sulfat pada lumen apendiks. Interpretasi hasil pemeriksaan appendicogram terbagi menjadi tiga, yaitu positif, partial filling, dan negatif.

  • Appendicogram positif: menunjukkan gambaran filling, dimana keseluruhan lumen apendiks terisi penuh oleh barium sulfat. Gambaran filling menandakan bahwa tidak terdapat obstruksi pada pangkal apendiks sehingga suspensi barium sulfat dapat memenuhi lumen apendiks
  • Partial filling: menunjukkan gambaran suspensi barium sulfat yang hanya mengisi sebagian lumen apendiks dan tidak merata

  • Appendicogram negatif: menunjukkan gambaran non-filling, yang berarti barium sulfat tidak dapat mengisi lumen apendiks

Ada beberapa kemungkinan penyebab dari gambaran appendicogram negatif, yakni adanya obstruksi pada pangkal apendiks yang mengindikasikan appendicitis; ataupun negatif karena suspensi barium sulfat belum mencapai apendiks karena perhitungan waktu yang tidak tepat (false negative).[3,6,9]

Akurasi Appendicogram dalam Diagnosis Appendicitis

Penelitian terdahulu melaporkan bahwa pemeriksaan appendicogram memiliki tingkat sensitivitas sebesar 83% dan spesifisitas sebesar 96%. Meskipun begitu, pemeriksaan appendicogram memiliki berbagai keterbatasan, seperti kesulitan dalam mendeteksi appendicitis distal dan tingkat nonvisualisasi yang tinggi pada orang normal.

Hasil appendicogram positif juga tidak serta merta memastikan adanya appendicitis dan bisa ditemukan pada kondisi lain. Berbagai hal tersebut, ditambah dengan potensi risiko pemeriksaan yang cukup tinggi dibandingkan modalitas lain, membuat pemeriksaan ini tidak lagi digunakan di negara maju.[6,9]

Potensi Risiko Appendicogram dalam Diagnosis Appendicitis

Pemeriksaan appendicogram merupakan pemeriksaan yang bersifat invasif dan membutuhkan waktu yang lama dari persiapan hingga pemeriksaan dilakukan. Berbeda dengan USG yang saat ini telah banyak digunakan sebagai modalitas pencitraan lini pertama dalam diagnosis appendicitis, appendicogram memaparkan pasien terhadap radiasi. USG juga tidak memaparkan pasien pada kontras dan tidak memerlukan puasa sebelum pemeriksaan.

Beberapa potensi risiko dari pemeriksaan appendicogram yang perlu diwaspadai antara lain:

  • Reaksi alergi terhadap zat kontras
  • Inflamasi jaringan sekitar apendiks
  • Inflamasi jaringan sekitar kolon
  • Perforasi kolon atau kebocoran kontras yang menyebabkan peritonitis kimia
  • Meningkatkan risiko tindakan apendiktomi
  • Obstruksi pada traktus gastrointestinal[3,6,9]

Penggunaan Appendicogram dalam Diagnosis Appendicitis Menurut Pedoman Klinis

Pemeriksaan appendicogram sudah tidak lagi digunakan di negara maju seperti Amerika Serikat, negara-negara Eropa, maupun Australia. Kategori kesesuaian (appropriateness category) yang diberikan American College of Radiology (ACR) untuk pemeriksaan appendicogram pada kasus suspek appendicitis dan klinis nyeri abdomen pada kuadran kanan bawah adalah kategori pemeriksaan yang tidak sesuai (usually not appropriate).[4,10]

World Society of Emergency Surgery (WSES) juga tidak lagi menyarankan penggunaan appendicogram sebagai pemeriksaan penunjang appendicitis akut. WSES memberikan klasifikasi low-quality evidence - weak recommendation untuk pemeriksaan appendicogram.[6,11]

Akurasi Modalitas Pencitraan Lain dalam Diagnosis Appendicitis

Saat ini, USG merupakan pemeriksaan inisial yang direkomendasikan dalam mendiagnosis appendicitis. Jika USG tidak dapat menegakkan diagnosis, maka pemeriksaan CT scan abdomen menjadi pilihan berikutnya. Pada wanita hamil, pemeriksaan MRI dapat menjadi pengganti CT scan.[2,12,13]

Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dalam menegakkan diagnosis appendicitis bersifat noninvasif dan tidak melibatkan paparan radiasi, namun hasilnya sangat bergantung pada keahlian operator. Pemeriksaan USG tidak membutuhkan waktu yang lama sehingga menjadi pilihan metode diagnosis lini pertama pada kasus appendicitis, terutama dengan onset yang akut.[3,14,15]

Sebuah penelitian retrospektif pada pasien suspek appendicitis yang menjalani pemeriksaan penunjang USG melaporkan tingkat sensitivitas 98,5% dan spesifisitas 54,2%.[15]

Pemeriksaan CT Scan

Pemeriksaan CT scan disarankan pada kondisi klinis yang meragukan dengan hasil pemeriksaan klinis dan USG yang tidak konklusif. CT scan memiliki kekurangan karena memaparkan pasien terhadap radiasi dan biaya pemeriksaan yang cukup tinggi.[2-4,7,16]

Pemeriksaan CT scan untuk kasus appendicitis pada anak dilaporkan memiliki sensitivitas 96,2% dan spesifisitas 94,6%. Sementara itu, pada pasien dewasa sensitivitas dilaporkan sebesar 89,9% dan spesifisitas 93,6%.[16]

Pemeriksaan MRI

Pemeriksaan MRI merupakan pemeriksaan yang dapat menghasilkan citra tanpa menggunakan radiasi ionisasi sehingga meminimalisasi paparan radiasi pada pasien. Namun, pemeriksaan ini memiliki biaya yang tinggi dan ketersediaan alat yang terbatas khususnya di negara berkembang seperti Indonesia.[2-4,10,16]

Tingkat sensitivitas pemeriksaan MRI dalam mendiagnosis appendicitis pada pasien anak dilaporkan sebesar 97,4%dan spesifisitas sebesar 97,1%. Pada pasien dewasa, tingkat sensitivitas dilaporkan sebesar 89,9% dan spesifisitasnya 93,6%.[16]

Kesimpulan

Penggunaan appendicogram sebagai pemeriksaan penunjang dalam diagnosis appendicitis sudah ditinggalkan, terutama di negara maju. Saat ini telah ada pilihan modalitas pencitraan lain, seperti USG dan CT Scan abdomen, yang lebih mudah dilakukan, memberi hasil lebih cepat, dan lebih tidak invasif. Meski demikian, di Indonesia, pemeriksaan appendicogram merupakan pemeriksaan radiografi yang dapat menjadi pilihan pada area dimana modalitas pencitraan lain tidak tersedia. Dokter perlu memperhatikan keterbatasan dan potensi komplikasi dari appendicogram sebelum melakukan pemeriksaan ini untuk evaluasi appendicitis.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Hunied Kautsar

Referensi