Depresi dan Kecemasan saat COVID - Jiwa Ask The Expert - Diskusi Dokter

general_alomedika

Selamat pagi dr. Irwan, Sp.KJ, PhD. Izin bertanya dok, dalam ranah telekonsultasi ada kalanya ditemukan pasien dengan kecenderungan takut dan merasa khawatir...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Depresi dan Kecemasan saat COVID - Jiwa Ask The Expert

    Dibalas 13 Agustus 2021, 10:03

    Selamat pagi dr. Irwan, Sp.KJ, PhD. Izin bertanya dok, dalam ranah telekonsultasi ada kalanya ditemukan pasien dengan kecenderungan takut dan merasa khawatir terhadap kondisi sekitar yang sedang dilanda COVID-19. Kemudian, kebanyakan mengaku sampai minum obat tidur dan ada juga yang diresepkan golongan benzodiazepin dari klinik dokter umum. Setelahnya pasien meminta untuk resep yang sama, tetapi dalam ranah telekonsultasi online, hal tersebut tidak dapat dilakukan karena cenderung terjadi penyalahgunaan. Yang jadi pertanyaan, apakah ada kompetensi dokter umum untuk meresepkan golongan benzodiazepin terhadap kasus seperti ini? Bagaimana penanggulangan yang tepat, apakah bisa dirujuk langsung bertemu SpKJ? Terima kasih dok.

13 Agustus 2021, 10:03
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa

Penggunaan benzodiazepine, terutama golongan short acting (misalnya alprazolam) berisiko tinggi menimbulkan adiksi. Karena itu aturan BPJS yang dikeluarkan kemenkes membatasi kewenangan dokter umum dalam meresepkan obat golongan benzodiazepine.

Karena itu sebaiknya benzodiazepine tidak digunakan sebagai lini pertama gangguan cemas akibat COVID, kalaupun terpaksa digunakan, maka sebaiknya gunakan golongan long acting (misalnya diazepam atau clobazam) yang mempunyai potensi adiksi lebih rendah. Penggunaannya harus didampingi dengan modalitas farmakoterapi lainnya (misalnya SSRI). Setelah terjadi perbaikan, benzodiazepine sebaiknya ditappering off, sementara SSRI dilanjutkan sebagai farmakoterapi utama. Penggunaan banzodiazepine sebaiknya tidak lebih dari 2 minggu.

penggunaan farmakoterapi harus didamping dengan edukasi mengenai risiko dan tatalaksana nonfarmakoterapi.

Semoga bisa membantu,

Irwan