Kaitan Volume dan Intensitas Aktivitas Fisik Terhadap Kalsifikasi Arteri Koroner – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Sofie A. Mandasari

Exercise Volume Versus Intensity and the Progression of Coronary Atherosclerosis in Middle-Aged and Older Athletes: Findings From the MARC-2 Study.

Aengevaeren VL, Mosterd A, Bakker EA, Braber TL, Nathoe HM, Sharma S, Thompson PD, Velthuis BK, Eijsvogels TMH. Circulation. 2023 Mar 28;147(13):993-1003. doi: 10.1161/CIRCULATIONAHA.122.061173. Epub 2023 Jan 4. PMID: 36597865.

layak

Abstrak

Latar Belakang: Aktivitas fisik dan olahraga berhubungan dengan risiko yang lebih rendah untuk terkena penyakit jantung koroner. Namun, studi potong lintang pada atlet laki-laki paruh baya dan lebih tua mengungkapkan peningkatan kalsifikasi arteri koroner (CAC) dan plak aterosklerotik, yang terkait dengan jumlah dan intensitas latihan olahraga seumur hidup. Studi ini meneliti hubungan longitudinal antara karakteristik latihan olahraga dan aterosklerosis koroner.

Metode: Laki-laki paruh baya dan lebih tua (≥45 tahun) dari studi MARC-1 (Measuring Athlete’s Risk of Cardiovascular Events 1) diundang untuk pemantauan lanjutan dalam studi MARC-2 (Measuring Athlete’s Risk of Cardiovascular Events 2). Prevalensi dan keparahan kalsifikasi arteri koroner dan plak ditentukan dengan angiografi tomografi koroner.

Volume (metabolic equivalent of task/MET dalam jam/minggu) dan intensitas dari pelatihan olahraga diukur selama pemantauan lanjutan. Intensitas dikatakan sedang jika terukur 3 hingga 6 MET jam/minggu, dan dikatakan intensitas berat jika terukur 6 hingga 9 MET jam/minggu, serta dikatakan intensitas sangat berat jika terukur ≥9 MET jam/minggu. Analisis regresi linier dan logistik dilakukan untuk menentukan hubungan antara volume/intensitas latihan dan penanda aterosklerosis koroner.

Hasil: Sebanyak 289 dari 318 partisipan MARC-1 awal diikutsertakan dalam penelitian MARC-2 dengan waktu pengamatan selama 6,3±0,5 tahun. Partisipan berolahraga selama 41 (25-57) MET jam/minggu selama pengamatan, di mana 0% (0-19%) dilakukan pada intensitas sedang. Selain itu, 44% (0-84%) pada intensitas berat, dan 34% (0-80%) pada intensitas sangat berat.

Prevalensi kalsifikasi arteri koroner meningkat dari 52% menjadi 71%, dan median skor kalsifikasi arteri koroner meningkat dari 1 menjadi 31. Volume latihan selama pengamatan tidak terkait dengan perubahan kalsifikasi arteri koroner atau plak. Latihan intensitas berat (per kenaikan 10%) terkait dengan peningkatan skor kalsifikasi arteri koroner yang lebih sedikit, sedangkan latihan intensitas sangat berat terkait dengan peningkatan skor yang lebih besar.

Latihan sangat berat juga terkait dengan peningkatan kemungkinan dikotomi progresi plak, dan khususnya dengan peningkatan plak yang terkalsifikasi.

Kesimpulan: Intensitas latihan tetapi bukan volume dikaitkan dengan progresivitas aterosklerosis koroner selama 6 tahun pemantauan lanjutan. Sangat menarik bahwa latihan  intensitas sangat tinggi dikaitkan dengan peningkatan kalsifikasi arteri koroner dan progresivitas plak terkalsifikasi, sementara latihan intensitas tinggi dikaitkan dengan penurunan progresivitas kalsifikasi arteri koroner.

AktivitasFisikTerhadapKalsifikasiArteriKoroner

Ulasan Alomedika

Lebih dari 90% henti jantung akibat olahraga terjadi pada laki-laki, terutama pada usia 45 tahun ke atas dengan penyakit jantung koroner sebagai penyebab utama. Penelitian Measuring Athlete’s Risk of Cardiovascular events (MARC) bertujuan untuk mengetahui pengaruh volume dan intensitas olahraga terhadap pembentukan plak aterosklerosis pada pembuluh koroner.

Ulasan Metode Penelitian

Studi MARC-2 (Measuring Athletes' Risk of Cardiovascular Events 2), merupakan penelitian lanjutan dari studi MARC-1 (Measuring Athletes' Risk of Cardiovascular Events 1) yang menyelidiki adanya aterosklerosis koroner subklinis pada atlet amatir laki-laki sehat usia ≥45 tahun, dengan menggunakan CT angiografi koroner (CCTA)

Subjek penelitian merupakan laki-laki sehat asimptomatik usia ≥45 tahun yang telah menjalani evaluasi medis olahraga tanpa kelainan, direkrut pada tahun 2012 hingga 2014 (n = 318). Kriteria eksklusi berupa adanya kelainan medis saat evaluasi, adanya riwayat penyakit jantung koroner yang sudah diketahui, alergi kontras, dan adanya gangguan fungsi ginjal.

Penelitian ini merupakan studi observasional. Prevalensi dan keparahan kalsifikasi arteri koroner dan plak diukur dengan CCTA. Volume aktivitas fisik dinyatakan dalam metabolic equivalent of task (MET) jam/minggu. Intensitas olahraga dikuantifikasi selama pemantauan dan diklasifikasikan sebagai intensitas sedang (3-6 MET jam/minggu); berat (6-9 MET  jam/minggu), serta sangat berat (≥9 MET jam/minggu).

Ulasan Hasil Penelitian

Partisipan dari MARC-1 yang diikutkan dalam MARC-2 adalah sebanyak 287 orang. Pemantauan rata-rata antara CT scan adalah 6,3 tahun, dan selama waktu ini rerata tekanan darah dan penggunaan obat antihipertensi dan statin meningkat. Kadar kolesterol total ditemukan tetap stabil selama pemantauan.

Partisipan berolahraga selama 41 MET jam/minggu, dimana 44% dilakukan dengan intensitas berat dan 34% dilakukan dengan intensitas sangat berat. Pada baseline, kalsifikasi arteri koroner ditemukan pada 52% subjek, yang kemudian meningkat menjadi 71% saat pemantauan. Median skor CAC ditemukan meningkat dari 1 menjadi 31. Persentase skor CAC ≥ 100 meningkat dari 15% menjadi 31%, sedangkan skor ≥ 400 meningkat dari 6% menjadi 13%. Persentase skor CAC ≥ 1000 juga meningkat dari 1% ke 6%.

Sekitar ¾ subjek mengalami peningkatan plak aterosklerosis, termasuk 52% yang mengalami peningkatan plak kalsifikasi. Selain itu, sekitar separuh mengalami peningkatan plak campuran dan 36% mengalami peningkatan plak non-kalsifikasi.

Hasil studi ini mengindikasikan bahwa intensitas aktivitas fisik dan olahraga berkaitan dengan progresi aterosklerosis koroner, tetapi tidak demikian dengan volume aktivitas. Selain itu, studi ini mengindikasikan bahwa aktivitas intensitas sangat berat menghasilkan progresi kalsifikasi plak yang lebih besar.

Kelebihan Penelitian

Salah satu kelebihan penelitian ini adalah keragaman subjek yang diikutkan dalam studi. Atlet dalam studi ini sangat bervariasi, mulai dari atlet hoki, pelari, hingga pengendara sepeda. Hal ini memungkinkan peneliti untuk mengevaluasi berbagai intensitas dan volume olahraga agar bisa mengetahui kaitannya dengan pembentukan plak aterosklerosis.

Limitasi Penelitian

Salah satu keterbatasan studi ini adalah risiko bias karena peserta mengetahui hasil studi MARC-1 mereka dan dapat mengubah gaya hidup, rutinitas olahraga, maupun regimen pengobatan. Selain itu, studi ini tidak menilai luaran yang penting secara klinis, seperti kejadian infark miokard atau mortalitas kardiovaskular.

Hasil studi ini juga tidak menghasilkan rekomendasi tingkat intensitas olahraga, baik pada populasi umum maupun atlet. Pembentukan plak yang diukur dalam studi ini juga tidak dievaluasi sebagai marker risiko kardiovaskular, sehingga studi lebih lanjut masih diperlukan untuk menarik kesimpulan yang lebih bermakna secara klinis.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Secara keseluruhan, studi ini memberikan wawasan penting tentang efek volume dan intensitas latihan olahraga pada perkembangan aterosklerosis koroner. Meski begitu, studi ini menilai luaran akhir yang kurang tepat karena tidak jelas apakah peningkatan skor kalsifikasi arteri koroner pada subjek studi memiliki korelasi dengan luaran klinis penting, seperti kejadian infark miokard ataupun mortalitas. Hasil studi ini mengindikasikan bahwa meskipun aktivitas fisik membawa manfaat terhadap kesehatan kardiovaskular, olahraga yang berlebihan dan intensitas yang tinggi bisa menyebabkan hasil merugikan pada kesehatan.

Referensi