Jangan Tunda Cabut Gigi pada Pasien Hipertensi

Oleh :
drg.Dewi Hestiara Safitri

Hipertensi sering menjadi alasan menunda tindakan cabut gigi atau ekstraksi gigi. Hal ini karena tekanan darah tinggi dianggap dapat meningkatkan risiko perdarahan dan komplikasi kardiovaskular. Meski begitu, tidak ada bukti yang kuat untuk mendukung penundaan cabut gigi pada pasien dengan peningkatan tekanan darah.[1,2]

Terdapat beberapa ahli yang berpendapat bahwa ambang batas tekanan darah yang masih dapat diterima adalah 180/110 mmHg untuk kasus pencabutan pada kegawatdaruratan dental, dan 160/100 mmHg untuk kasus biasa. Jika tekanan darah berada di atas ambang tersebut, lebih baik dilakukan penundaan perawatan gigi dan hipertensi diterapi terlebih dulu.[1-4]

Asian,Young,Dentist,Wearing,Face,Mask,,Using,Medical,Instruments,For

Meski begitu, pendapat tersebut masih menuai perdebatan. Hal ini didasari fakta bahwa prosedur perawatan gigi itu sendiri dapat menjadi penyebab peningkatan tekanan darah (elevated hypertension) karena kecemasan dan ketakutan terhadap prosedur dental dan anggapan bahwa prosedur ini merupakan prosedur yang menyakitkan. Selain itu, teknik pengukuran tekanan darah yang digunakan tidak selalu menggunakan protokol yang tepat, sehingga mungkin didapat hasil tekanan darah tinggi palsu.[1,5-8]

Kontroversi Tindakan Ekstraksi Gigi pada Pasien Hipertensi

Kaitan tekanan darah tinggi dengan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) atau adverse event dari ekstraksi gigi, serta ambang batas yang diperbolehkan untuk tetap melakukan perawatan gigi sebenarnya masih belum terlalu jelas. Banyak teori dan penelitian yang saling bertentangan satu sama lain.[1]

Pedoman terdahulu menyarankan bahwa perawatan dental harus ditunda pada semua pasien yang memiliki hipertensi. Meski begitu, American Dental Association (ADA) pada tahun 2016 justru mengeluarkan batasan perawatan dental dapat dilakukan adalah tekanan darah di bawah 160/100 mmHg.[1,5,9]

Pada kenyataannya, tidak ada data yang secara kuat mengindikasikan bahwa peningkatan tekanan darah akan menghasilkan efek buruk pada pasien yang menjalani ekstraksi gigi. Berbagai studi justru menunjukkan bahwa peningkatan tekanan darah hanya memberi risiko rendah kejadian KTD, bahkan pada hipertensi tidak terkontrol.[1,8]

Selain itu, anggapan terdahulu bahwa penggunaan anestesi lokal pada pasien hipertensi akan menyebabkan iskemia jaringan gigi juga tidak terbukti. Terdapat data yang menunjukkan bahwa pemberian lidocaine 2% dengan campuran epinefrin (1:100.000) tidak memiliki efek substansial pada tekanan darah ketika penggunaannya dibatasi sebanyak maksimal 3 cartridge.[7,10]

Penerapan Klinis Tindakan Ekstraksi Gigi pada Pasien dengan Peningkatan Tekanan Darah

Sebelum memutuskan melakukan tindakan gigi pada pasien dengan hipertensi, dokter harus menilai apakah prosedur pengukuran tekanan darah yang dilakukan di praktiknya sudah sesuai protokol atau belum. Tentukan apakah pasien memiliki hipertensi sejati atau hanya elevated hypertension karena rasa cemas atau aktivitas fisik. Lakukan juga penilaian mengenai manfaat dan risiko pada pasien tersebut jika tetap dilakukan tindakan dental.[1,2]

Protokol Pengukuran Tekanan Darah Harus Benar

Hal pertama yang harus dipastikan oleh dokter gigi adalah apakah pengukuran tekanan darah yang dilakukan sudah tepat atau belum. Pastikan bahwa tensimeter terkalibrasi dengan baik. Evaluasi juga apa yang pasien konsumsi atau lakukan dalam 30-60 menit sebelum pengukuran tekanan darah. Jika pasien merokok, mengonsumi alkohol, kafein, atau olahraga dalam rentang waktu tersebut, mungkin hasil pengukuran akan cenderung lebih tinggi.

Posisi pasien harus ideal, yaitu duduk di kursi yang nyaman dengan sandaran kursi, letakkan kedua kaki secara rata di atas lantai dan pastikan kaki pasien tidak disilangkan. Letakkan lengan pasien di atas meja setinggi dada pasien dan pastikan manset memiliki ukuran yang tepat dan terpasang dengan benar.[1,6]

Memastikan Hipertensi Sejati Atau Elevated Hypertension

Hal kedua yang harus dipastikan oleh dokter gigi adalah kondisi hipertensi pasien tersebut adalah hipertensi sejati atau hanya elevated blood pressure atau white coat syndrome. Untuk memastikan hal ini, lihat kondisi fisik pasien apakah ada nyeri serta gejala takut atau tidak. Selain itu, tanyakan pada pasien terkait riwayat medis, terutama apakah pernah memiliki pengalaman hipertensi dan pernah dirawat karena keluhan tersebut atau tidak.[8,9]

Menilai Risiko Perawatan Dental

Jika pasien dipastikan memiliki hipertensi, bukan karena elevated blood pressure atau white coat syndrome, maka daftar pertanyaan berikut dapat ditanyakan untuk menilai risiko pasien terhadap perawatan dental.

Kategori A:

  • Apakah pasien rutin mengonsumsi obat antihipertensi?
  • Apakah pasien rutin datang ke tempat pelayanan kesehatan karena keluhan ini dalam 6 bulan terakhir?
  • Apakah pasien terlihat pucat, cemas, mengaku takut terhadap prosedur dental yang akan dilakukan, dan denyut nadi >100 per menit?

Kategori B:

  • Apakah pasien datang ke klinik menggunakan transportasi publik, menyetir, atau jalan?
  • Apakah pasien dapat merawat dan membersihkan rumahnya sendiri?
  • Apakah pasien dapat naik turun tangga tanpa masalah berarti?

Jika jawaban pasien negatif, yang berarti memiliki risiko tinggi mengalami KTD jika prosedur tetap dilakukan, maka dapat dilakukan penundaan terlebih dahulu dan dilakukan penanganan hipertensi.

Sementara itu, jika jawaban pasien positif dan peningkatan tekanan darah mengarah pada kondisi white coat syndrome, maka dapat dilakukan perawatan dental saat itu juga dengan terlebih dahulu memberikan sedasi dan menunggu beberapa waktu untuk melakukan pengukuran tekanan darah ulang.[1,6,8-10]

Kesimpulan

Belum ada basis bukti yang kuat yang menunjukkan manfaat dari penundaan cabut gigi atau ekstraksi gigi pada pasien dengan peningkatan tekanan darah. Di sisi lain, bukti mengenai bahaya pencabutan gigi pada pasien dengan hipertensi juga belum jelas.

Penilaian riwayat dahulu hipertensi yang tidak terkontrol atau penilaian fungsional frailty harus dilakukan, tidak hanya berpatokan pada pengukuran tekanan darah satu kali yang dikerjakan di klinik. Hal ini penting untuk mencegah pembatalan yang tidak perlu. Studi lebih lanjut masih diperlukan karena sampai saat ini tidak ada studi yang tersedia untuk menilai apakah hipertensi meningkatkan efek samping dari prosedur gigi.

Referensi