Intervensi Aktivitas dan Latihan Fisik untuk Pasien Obesitas

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO

Intervensi aktivitas dan latihan fisik untuk pasien obesitas bertujuan untuk menurunkan berat badan, serta untuk memelihara berat badan setelah penurunan berat badan awal. Peningkatan aktivitas dan latihan fisik berbanding terbalik dengan pertambahan berat badan dan prevalensi obesitas.[1]

Aktivitas fisik merupakan setiap gerakan yang melibatkan otot rangka yang akan menghasilkan pembakaran kalori, seperti berjalan, menyapu, atau naik tangga. Sedangkan latihan fisik merupakan aktivitas fisik yang terukur dan teratur, contohnya jogging dengan kecepatan 4 km/jam selama 60 menit sebanyak 3 kali/minggu.[2]

Intervensi Aktivitas dan Latihan Fisik untuk Pasien Obesitas-min (1)

Peningkatan aktivitas dan latihan fisik berkontribusi terhadap penurunan berat badan yang signifikan bila digabungkan dengan modifikasi diet. Namun, tetap memiliki efek penurunan berat badan walaupun dilakukan tanpa modifikasi diet. Obesitas didefinisikan oleh WHO sebagai akumulasi lemak abnormal atau berlebihan yang dapat menimbulkan risiko kesehatan.[1,3]

Kaitan Perilaku Sedenter dan Obesitas

Secara global, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas hampir sepertiga dari populasi dunia. Studi menunjukkan bahwa obesitas meningkat di antara orang dewasa dan anak-anak dari segala usia, terlepas dari lokasi geografis, asal etnis, atau status sosial ekonomi.[3]

Obesitas merupakan penyakit yang memiliki tantangan cukup besar karena dipengaruhi oleh multifaktor. Salah satu faktor adalah perilaku sedenter, yaitu setiap perilaku atau aktivitas yang hanya membutuhkan pengeluaran energi ≤ 1,5 ekuivalen metabolik (METs). Perilaku sedenter termasuk duduk atau berbaring, misalnya menonton televisi dan menggunakan komputer.[4]

Gaya hidup modern dan kemajuan teknologi cenderung mendorong orang menghabiskan lebih banyak waktu berperilaku sedenter. Meta analisis dari 27 studi menyimpulkan bahwa terdapat bukti kuat hubungan positif antara perilaku sedenter dengan kondisi kesehatan kronis, dan semua penyebab kematian pada populasi umum.[5]

Beberapa studi membuktikan bahwa aktivitas fisik yang tidak memadai dan perilaku sedenter yang berlebihan berhubungan dengan kelebihan berat badan atau obesitas pada masa kanak-kanak dan remaja. Studi survei pada 11.142 remaja Indonesia menilai hubungan perilaku sedenter dan aktivitas fisik dengan kelebihan berat badan dan obesitas. Hasil studi menunjukkan 18,9% remaja dengan perilaku sedenter mengalami obesitas. Uji multivariat pada penelitian ini menunjukkan 33% remaja dengan perilaku sedenter memiliki kecenderungan kelebihan berat badan (OR 1,33).[6]

Studi lain pada populasi dewasa juga menunjukkan hal yang selaras. Studi pada 2.284 populasi dewasa di Korea menilai asosiasi perilaku sedenter dan kejadian obesitas yang dinilai secara objektif. Hasil studi menunjukkan asosiasi positif antara perilaku sedenter dengan kejadian obesitas. Uji multivariat studi tersebut juga menunjukkan perilaku sedenter sebagai faktor risiko terbesar kejadian obesitas.[7]

Intervensi Aktivitas dan Latihan Fisik Sebagai Tata Laksana Pasien Obesitas

Tata laksana obesitas dapat berupa terapi farmakologi, nonfarmakologi, bahkan tindakan operasi. Tata laksana nonfarmakologi yang paling utama adalah perubahan perilaku, yang terdiri dari modifikasi aktivitas fisik dan pola makan. Kepatuhan pasien dalam perubahan perilaku menjadi penentu dalam keberhasilan penurunan berat badan.[8]

Namun, intervensi aktivitas dan latihan fisik tidak dapat disamaratakan pada semua pasien obesitas. Perlu pertimbangan-pertimbangan khusus sebelum memberikan intervensi aktivitas fisik pada pasien obesitas, karena  umumnya pasien obesitas memiliki faktor komorbid.  Keselamatan pasien obesitas dalam melakukan aktivitas fisik menjadi hal prioritas.[9]

Pasien obesitas yang perlu mendapatkan perhatian khusus saat diberikan intervensi aktivitas dan latihan fisik adalah pasien dengan komorbid muskuloskeletal, kardiovaskuler, paru, dan penyakit metabolik. Pemeriksaan prepartisipasi sangat diperlukan sebelum menentukan jenis dan level dari intervensi aktivitas dan latihan fisik.[9]

Intervensi Aktivitas Fisik untuk Pasien Obesitas

Aktivitas fisik didefinisikan sebagai segala bentuk gerak oleh otot rangka yang menghasilkan pengeluaran energi. Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seseorang digolongkan menjadi aktif, inaktif, atau sedenter. Intervensi aktivitas fisik pada pasien obesitas adalah mendorong perubahan perilaku pasien menjadi lebih aktif, selain itu juga mendorong pasien menekan perilaku sedenter seminimal mungkin.[10]

Saat ini, ada banyak rekomendasi untuk memenuhi kebutuhan minimum aktivitas fisik. Sebagian besar rekomendasi menyatakan bahwa individu harus melakukan aktivitas fisik sedang hingga berat untuk jumlah waktu tertentu setiap minggu. Aktivitas fisik yang dianjurkan adalah 30 menit intensitas sedang sebanyak 5 hari/minggu, atau 20 menit intensitas berat sebanyak 3 hari/minggu.[11]

Sedangkan WHO merekomendasikan orang dewasa usia 18−64 tahun setidaknya harus melakukan aktivitas 150 menit aerobik intensitas sedang per minggu, 75 menit aerobik intensitas tinggi per minggu, atau kombinasi keduanya.[11]

Peningkatan Aktivitas Fisik dan Modifikasi Diet

Suatu tinjauan sistematis menunjukkan bahwa aktivitas fisik yang dikombinasikan dengan modifikasi diet akan memberikan hasil penurunan berat badan yang lebih besar daripada modifikasi diet saja (penurunan berat badan rata-rata 8,8% vs 6,9% dari berat badan awal). Studi lain juga menemukan bahwa penggabungan aktivitas fisik dan modifikasi diet memberikan hasil 20% lebih besar dalam penurunan berat badan daripada modifikasi diet saja.[3]

Sedangkan studi yang melihat efek aktivitas fisik tanpa modifikasi diet masih tetap menunjukkan penurunan berat badan pada level intensitas tertentu, tetapi menunjukkan perbedaan waktu untuk mencapai target yang diinginkan jika dibandingkan dengan kombinasi modifikasi diet.[1]

Peningkatan Aktivitas Fisik dan Penurunan Perilaku Sedenter

Pentingnya meningkatkan aktivitas fisik pasien obesitas harus sejalan dengan usaha penurunan waktu sedenter mereka. Walaupun pasien sudah memenuhi rekomendasi durasi aktivitas fisik, tetapi jika perilaku sedenter masih tetap panjang atau lama maka pasien tetap memiliki risiko kesehatan. WHO sangat merekomendasikan untuk pembatasan  sedenter seseorang demi kesehatan yang lebih baik. Studi meta analisis dari 34 penelitian merekomendasikan untuk menurunkan waktu sedenter paling sedikit 22 menit/hari pada pasien obesitas.[12]

Intervensi Latihan Fisik pada Pasien Obesitas

Latihan fisik merupakan bagian dari aktivitas fisik, tetapi latihan fisik dilakukan secara terukur dan teratur. Latihan fisik yang direkomendasikan pada pasien obesitas harus sesuai dengan kondisi pasien, terutama kondisi komorbid. Pemeriksaan pre-partisipasi dilakukan untuk mendapatkan intensitas, durasi, dan tipe latihan fisik yang layak dan aman untuk pasien obesitas.[9]

Beberapa pemeriksaan yang perlu dilakukan sebelum memberikan rekomendasi latihan fisik pada pasien obesitas adalah:

  • Exercise testing: tes untuk menentukan kapasitas fisik seseorang, agar dapat menentukan dosis awal intensitas latihan fisik pasien

  • Ergometer: tes untuk menilai fungsi muskuloskeletal pada lengan dan tungkai, terutama pada pasien dengan kelainan muskuloskeletal
  • Pemeriksaan labor: tes untuk memastikan kemungkinan komorbid pada pasien obesitas, antara lain pemeriksaan elektrokardiogramtreadmill test, serta laboratorium profil lipid dan gula darah [2]

Komponen Latihan Fisik untuk Pasien Obesitas

Tiga komponen latihan fisik yang dianjurkan pasien obesitas adalah latihan aerobik, latihan kekuatan, dan latihan fleksibilitas.[1,2,13]

Latihan Aerobik:

Latihan aerobik dapat dipilih jalan cepat, sepeda, atau berenang. Frekuensi yang dianjurkan adalah 5 hari/minggu, selama minimal 30 menit, dan dengan intensitas sedang yaitu sekitar 70‒80% nadi maksimal.[1,2,13]

Latihan Beban:

Latihan beban bisa menggunakan mesin atau beban tubuh. Frekuensi minimal 2 hari/minggu, dengan intensitas 70% beban maksimal (repetition maximum / RM). Setiap gerakan dilakukan delapan kali pengulangan sebanyak dua set.[1,2,13]

Latihan Fleksibilitas:

Latihan fleksibilitas adalah meregangkan seluruh bagian sendi hingga mencapai rasa tidak nyaman saat peregangan, kemudian dilanjutkan dengan menahan gerakan tersebut selama 15−30 detik. Latihan ini bisa dilakukan sesering mungkin.[1,2,13]

Kesimpulan

Obesitas dapat menyerang siapa saja pada usia berapa pun, dan dapat dikaitkan dengan risiko kesehatan seperti osteoartritis, hipertensi, diabetes melitus, penyakit kardiovaskuler, serta penyakit kanker. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang multifaktorial, tetapi salah satu faktor yang dapat dimodifikasi adalah aktivitas fisik yang kurang. Oleh karena itu, peningkatan aktivitas fisik adalah perilaku gaya hidup yang penting untuk menjaga berat badan yang sehat.

Aktivitas fisik merupakan semua gerakan yang melibatkan otot rangka yang menghasilkan pembakaran kalori, sedangkan latihan fisik adalah aktifitas fisik yang terukur dan teratur.  Walaupun latihan fisik sangat membantu penurunan berat badan dan peningkatan kapasitas fisik pasien obesitas, tetapi harus dilakukan pemeriksaan pre-partisipasi untuk mendapatkan intensitas, durasi, dan tipe latihan fisik yang layak dan aman untuk pasien obesitas.

Selain itu, intervensi aktivitas dan latihan fisik untuk pasien obesitas akan lebih berhasil jika dikerjakan bersama modifikasi diet dan pengurangan perilaku sedenter. Berbagai studi merekomendasikan aktivitas fisik intensitas sedang selama 30 menit sebanyak 5 hari/minggu, atau intensitas berat selama 20 menit sebanyak 3 hari/minggu. Disertai penurunan waktu sedenter paling sedikit 22 menit/hari pada pasien obesitas.

Referensi