I-FiBH Trial: Cairan Intravena untuk Sakit Kepala Ringan – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

I-iFiBH Trial: Intravenous Fluids in Benign Headaches – A Randomized, Single-blinded Clinical Trial

Zitek T, Sigal T, Sun G, et al. Emerg Med J. 2020;37:469-473. PMID: 32620543

 Abstrak

Latar Belakang: Banyak tenaga kesehatan di bidang gawat darurat memberikan bolus cairan intravena sebagai bagian dari manajemen pasien dengan sakit kepala meskipun efektivitasnya sampai saat ini belum dipastikan. Studi ini bertujuan untuk menentukan apakah bolus cairan intravena dapat mengurangi nyeri atau memperbaiki luaran lain pada pasien yang datang ke unit gawat darurat dengan sakit kepala ringan.

Metode: Studi ini merupakan studi acak single-blinded yang menyertakan pasien usia 10–65 tahun dengan sakit kepala ringan yang datang ke unit gawat darurat di Las Vegas, Nevada, dari Mei 2017 sampai Februari 2019. Semua pasien diberikan prochlorperazine dan diphenhydramine. Lalu, pasien diacak menjadi grup yang mendapat bolus cairan normal saline (20 ml/kg sampai 1000 ml) dan grup kontrol yang mendapat cairan normal saline 5 ml.

Luaran primer yang diteliti adalah perbedaan rerata penurunan nyeri antara kedua grup 60 menit setelah terapi. Luaran sekunder adalah perbandingan pengurangan nyeri pada menit ke-30 (menggunakan sistem skor nyeri numerik berdasarkan garis 100 mm), skor nausea, penggunaan “obat penyelamat”, dan disposisi.

Hasil: Peneliti melakukan skrining terhadap 67 pasien untuk didaftarkan dan 58 pasien bersedia. Sebanyak 35 pasien masuk ke dalam grup bolus cairan dan sebanyak 23 masuk ke dalam grup kontrol. Rerata skor nyeri menurun sebanyak 48,3 mm setelah 60 menit pada grup bolus cairan, dibandingkan dengan 48,7 mm pada grup kontrol. Perbedaan antara kedua grup sebesar 0,4 mm (95% CI – 16,5 sampai 17,3) dinilai tidak signifikan (p=0,96). Selain itu, perbedaan luaran sekunder antara kedua grup juga tidak signifikan.

Kesimpulan: Meskipun penelitian ini memiliki kekurangan kekuatan statistik untuk mendeteksi perbedaan antara kedua grup, pasien yang berkunjung ke unit gawat darurat dan menerima bolus cairan intravena untuk keluhan sakit kepala disimpulkan mengalami perbaikan nyeri dan luaran lain yang serupa dengan grup kontrol.

shutterstock_1077459287-min

Ulasan Alomedika

Pasien nyeri kepala yang berkunjung ke unit gawat darurat sering diberikan cairan bolus intravena sebagai salah satu terapi. Hal ini diduga berlandaskan pada teori bahwa dehidrasi dapat memicu atau memperburuk sakit kepala. Namun, bukti ilmiah yang mendukung praktik ini masih terbatas, sehingga studi ini bertujuan untuk menyelidiki efektivitas bolus cairan intravena pada sakit kepala ringan, yakni sakit kepala primer seperti migraine yang tidak disertai komplikasi lain.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan uji acak klinis single-blinded pada pasien dengan nyeri kepala yang datang ke unit gawat darurat. Kriteria inklusi adalah pasien berusia 10–65 tahun yang memiliki keluhan utama sakit kepala dan memiliki pemeriksaan neurologis normal.

Kriteria eksklusi adalah ibu hamil, pasien dengan tanda meningeal, pasien demam, pasien suspek glaukoma sudut tertutup, pasien dengan trauma kepala atau pungsi lumbal dalam 2 minggu terakhir, pasien dengan nyeri kepala thunderclap, pasien dengan alergi terhadap obat yang diberikan dalam penelitian, pasien dengan riwayat hipertensi intrakranial, pasien yang mendapatkan analgesik atau cairan intravena sebelum penelitian, dan pasien yang memiliki kemungkinan dehidrasi berat.

Setelah mendapatkan pasien yang sesuai, pasien diacak menjadi grup bolus cairan dan grup kontrol. Pengobatan standar yang diberikan adalah prochlorperazine 0,15 mg/kg hingga 10 mg intravena dan diphenhydramine 1 mg/kg hingga 50 mg intravena. Namun, hasil penelitian mungkin berbeda jika obat yang digunakan adalah obat golongan lain.

Selain itu, metode single-blinded yang dilakukan mungkin masih menimbulkan bias pada tenaga kesehatan (dokter dan perawat) yang mengetahui randomisasi pasien. Uji klinis acak dengan metode double-blinded mungkin dapat menurunkan risiko bias ini. Pemilihan pasien hanya dari satu rumah sakit saja juga mungkin menimbulkan bias seleksi.

Ulasan Hasil Penelitian

Terdapat 58 pasien yang berpartisipasi dalam studi ini. Sebanyak 35 pasien masuk ke dalam grup bolus cairan dan 23 masuk ke grup kontrol. Hanya 56 pasien bersedia untuk menjalani penelitian dengan lengkap (hingga 60 menit) untuk penilaian luaran primer. Sebanyak 2 pasien tidak bersedia menunggu hingga 60 menit, sehingga hanya memiliki data luaran sekunder hingga menit ke-30.

Rerata skor nyeri pada grup bolus cairan menurun sebanyak 48,3mm, sementara rerata skor nyeri pada grup kontrol menurun sebanyak 48,7 mm. Perbedaan rerata penurunan skor nyeri selama 60 menit antara kedua grup sebesar 0,4 mm tidak signifikan secara statistik dan klinis (p=0,96).

Tidak terdapat perbedaan signifikan antara kedua grup dalam hal penurunan skor nyeri menit ke-30, rerata skor nausea menit ke-30 dan ke-60, persentase pasien yang mendapatkan obat tambahan, persentase pasien yang dirawat inap, maupun pasien yang mengalami keluhan nyeri kepala dalam waktu 24–48 jam setelah terapi.  Namun, ukuran sampel yang digunakan dalam studi ini sangat kecil dan pembagian pasien ke dalam kedua grup bersifat tidak merata sehingga hasil mungkin tidak memiliki kekuatan statistik yang sufisien.

Kelebihan Penelitian

Kelebihan penelitian ini adalah ukuran sampelnya yang meskipun terbilang kecil, sudah merupakan uji acak klinis dengan sampel terbesar pada topik penggunaan bolus cairan intravena untuk pasien sakit kepala. Penelitian dengan topik ini masih sangat terbatas dan untuk saat ini, penelitian ini memiliki sampel terbesar dibandingkan dengan dua penelitian terdahulu.

Kekurangan Penelitian

Keterbatasan pada penelitian ini adalah jumlah sampel yang sedikit. Peneliti tidak berhasil mendapatkan target partisipan yang direncanakan (yaitu 90 orang) sehingga pembagian pasien ke dalam grup bolus dan grup kontrol tidak merata. Selain itu, penggunaan convenience sample yang hanya berasal dari satu rumah sakit saja dapat menimbulkan bias seleksi sehingga hasil mungkin tidak dapat digeneralisasikan ke populasi lain.

Studi ini juga hanya bersifat single-blinded (bukan double-blinded), sehingga ada kemungkinan pengetahuan perawat atau dokter pada proses pengacakan pasien dapat menyebabkan bias. Studi ini juga hanya mempelajari pasien yang menerima prochlorperazine dan diphenhydramine. Hasil mungkin dapat berbeda pada pasien yang menerima golongan obat lain atau yang tidak menerima obat.

Aplikasi Penelitian di Indonesia

Penelitian ini sebenarnya memiliki kekuatan statistik yang lemah untuk mendeteksi perbedaan antara kedua grup. Namun, mengingat hasil penelitian ini sejalan dengan hasil dua penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa pemberian bolus cairan normal saline tidak bermanfaat dalam menurunkan skor nyeri kepala, maka pemberian cairan intravena sebaiknya tidak menjadi praktik rutin untuk tata laksana nyeri kepala ringan.

Pemberian cairan intravena yang tidak diperlukan dapat memberikan beban biaya yang seharusnya tidak ada kepada pasien dan dapat menimbulkan risiko bila pasien ternyata memiliki komorbiditas lain seperti gagal jantung.

 

Referensi