Efektivitas Vonoprazan untuk Eradikasi Helicobacter pylori – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Jocelyn Prima Utami

Vonoprazan, a Novel Potassium-Competitive Acid Blocker, Should Be Used for the Helicobacter pylori Eradication Therapy as First Choice: A Large Sample Study of Vonoprazan in Real World Compared with Our Randomized Control Trial Using Second-Generation Proton Pump Inhibitors for Helicobacter pylori Eradication Therapy

Ozaki H, Harada S, Takeuchi T, et al. Vonoprazan, a novel potassium-competitive acid blocker, should be used for the Helicobacter pylori eradication therapy as first choice: a large sample study of vonoprazan in real world compared with our randomized control trial using second-generation proton pump inhibitors for Helicobacter pylori eradication therapy. Digestion. 2018;97(3):212-8. PMID: 29393194.

Abstrak        

Latar belakang: studi fase III mendemonstrasikan bahwa terapi eradikasi Helicobacter pylori menggunakan vonoprazan memiliki tingkat eradikasi yang lebih tinggi daripada lansoprazole. Akan tetapi, belum ada studi yang mengevaluasi efektivitas vonoprazan pada sampel berskala besar. Studi ini menginvestigasi tingkat eradikasi dan keamanan terapi vonoprazan dibandingkan dengan uji acak terkontrol yang menggunakan proton pump inhibitors (PPIs) generasi kedua.

Metode: pada studi pertama, sebanyak 147 pasien dengan infeksi H.pylori diacak ke grup esomeprazole (EPZ) atau grup rabeprazole (RPZ). Pada studi kedua, sebanyak 1.688 pasien dengan infeksi H.pylori menjalani eradikasi primer dengan tiga terapi yang mencakup vonoprazan. Pada kedua studi, tiga terapi dengan amoxicillin, clarithromycin, dan PPI atau vonoprazan dilakukan, lalu efek eradikasi dinilai dengan urea breath test. 

Hasil: pada studi pertama, tingkat eradikasi mencapai 77,5% pada kelompok EPZ dan 68,4% pada kelompok RPZ (tidak ada perbedaan signifikan antara kedua kelompok). Pada studi yang kedua, tingkat eradikasi primer mencapai 90,8%. Tidak terdapat efek samping serius.

Kesimpulan: tingkat eradikasi H.pylori dengan menggunakan tiga terapi yang mencakup vonoprazan lebih tinggi daripada tiga terapi yang mencakup PPI generasi kedua. Vonoprazan sangat mungkin menjadi pilihan pertama untuk terapi eradikasi H.pylori di masa mendatang.

Efektivitas Vonoprazan untuk Eradikasi Helicobacter pylori-min (1)

Ulasan Alomedika

Studi ini membandingkan dua uji klinis yang berbeda, yaitu uji klinis pertama yang menilai tingkat eradikasi H.pylori oleh terapi berbasis PPI dan uji klinis kedua yang menilai tingkat eradikasi H.pylori oleh terapi berbasis vonoprazan.

Tujuan studi ini adalah untuk mengevaluasi efektivitas vonoprazan sebagai terapi eradikasi H.pylori dalam sampel berskala besar, terutama bila dibandingkan dengan PPI. Studi ini dianggap menarik untuk ditelaah karena studi-studi sebelumnya yang mengevaluasi efektivitas vonoprazan hanya memiliki jumlah sampel yang kecil.

Ulasan Metode Penelitian

Uji klinis pertama merupakan uji prospektif dan acak yang dilakukan dengan mengambil sampel pasien-pasien yang telah terkonfirmasi terinfeksi H.pylori dari bulan Maret 2013 hingga Oktober 2015 di Rumah Sakit Osaka Medical College.

Sampel pasien dibagi menjadi dua kelompok secara acak untuk mendapatkan terapi EPZ atau terapi RPZ. Grup EPZ mendapatkan terapi eradikasi primer yang meliputi EPZ 40 mg + CAM (clarithromycin) 400 mg + AMX (amoxicillin) 1.500 mg, sedangkan grup RPZ mendapatkan terapi eradikasi primer yang meliputi RPZ 20 mg +CAM 400 mg  + AMX 1.500 mg. Terapi dilakukan selama 7 hari.

Pada uji klinis kedua, pasien yang terkonfirmasi terinfeksi H.pylori antara bulan Maret 2015 hingga Desember 2015 di Rumah Sakit Osaka Medical College mendapatkan terapi eradikasi primer yang meliputi vonoprazan 40 mg + CAM 400 mg atau 800 mg + AMX 1.500mg. Pasien yang gagal menjalani terapi eradikasi primer akan menjalani terapi eradikasi sekunder berupa vonoprazan 40 mg + MTZ (metronidazole) 500 mg + AMX 1.500 mg.

Kriteria infeksi H. pylori dikonfirmasi melalui hasil positif dari salah satu tes, yaitu: (1) tes antibodi darah H.pylori; (2) urea breath test; (3) rapid urease test; (4) urinary antigen test; atau (5) pemeriksaan mikroskopis.

Kriteria eksklusi adalah usia <20 tahun, adanya minimal dua riwayat kegagalan terapi eradikasi H.pylori, alergi terhadap obat-obatan yang digunakan dalam studi, gangguan ginjal dan hati berat, disfungsi kardiopulmonal berat, ibu hamil atau menyusui, serta tidak adanya informed consent.

Efek eradikasi dinilai melalui pemeriksaan urea breath test yang dilakukan minimal 4 minggu setelah terapi eradikasi berakhir. Hasil negatif menandakan eradikasi berhasil.

Ulasan Hasil Penelitian

Luaran utama dari studi ini adalah efektivitas terapi yang dinilai berdasarkan tingkat eradikasi infeksi H.pylori. Tingkat keberhasilan eradikasi mencapai 77,5% pada grup EPZ dan 68,4% pada grup RPZ. Sementara itu, pada uji klinis yang kedua, tingkat keberhasilan eradikasi primer dengan vonoprazan mencapai 90,8%. Pelaku studi ini berkesimpulan bahwa tingkat eradikasi EPZ dan RPZ tidak berbeda signifikan, tetapi tingkat eradikasi vonoprazan jauh lebih baik.

Pada uji klinis kedua yang mempelajari tiga terapi dengan vonoprazan, pasien yang mendapatkan terapi eradikasi primer dengan dosis CAM 800 mg memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi daripada dosis CAM 400 mg. Namun, perbedaan ini dinilai tidak signifikan.

Peserta dalam kedua uji klinis tersebut sama-sama tidak mengalami efek samping berat yang menyebabkan penghentian terapi.

Kelebihan Penelitian

Studi ini merupakan studi pertama tentang efektivitas vonoprazan untuk mengeradikasi H.pylori yang memiliki jumlah sampel >1.600 pasien. Sebelumnya, data-data yang ada hanya berasal dari studi fase III yang melibatkan jumlah sampel yang kecil. Tingkat eradikasi H.pylori oleh vonoprazan dalam studi yang bersampel lebih besar ini juga serupa dengan studi terdahulu, sehingga hasil keduanya dianggap saling mendukung.

Selain itu, untuk meminimalkan risiko bias yang mungkin terjadi akibat perbedaan rasio individu yang memiliki resistensi CAM (resistensi ini bervariasi antar daerah), kedua uji klinis dalam studi ini sama-sama mengambil sampel pasien dari Osaka Medical College dan rumah sakit afiliasinya di wilayah yang sama. Oleh karena itu, studi ini mampu membandingkan efektivitas vonoprazan dan PPI setelah mengeliminasi faktor perancu berupa resistensi CAM.

Limitasi Penelitian

Limitasi studi ini adalah studi ini bukan merupakan uji klinis acak terkontrol yang secara langsung membandingkan efektivitas vonoprazan dan PPI untuk eradikasi H.pylori. Studi ini hanya membandingkan dua uji klinis terpisah yang dilakukan pada waktu yang berbeda, yang tentu saja menyebabkan sampel pasien berbeda meskipun para pasien berasal dari daerah yang sama.

Studi ini tidak dapat menunjukkan perbandingan tingkat eradikasi vonoprazan dan PPI secara langsung. Selain itu, uji klinis pertama yang menilai efektivitas PPI memiliki jumlah sampel yang jauh lebih sedikit daripada uji klinis kedua yang menilai efektivitas vonoprazan. Uji klinis acak terkontrol yang membandingkan populasi pasien yang sama masih diperlukan di masa depan.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini mungkin dapat diaplikasikan di Indonesia. Selama ini, obat PPI menjadi pilihan pertama dalam triple therapy eradikasi H.pylori bersama antibiotik. Namun, hasil studi ini menunjukkan bahwa vonoprazan juga bisa dijadikan opsi pengganti PPI dalam triple therapy bersama antibiotik .

Bila memungkinkan, uji klinis acak double-blinded perlu dilakukan di Indonesia dan dimasukkan ke dalam panduan PGI-PEGI (Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia dan Perhimpunan Endoskopi Gastrointestinal Indonesia) untuk Konsensus Nasional.

Pelaku studi juga memperkirakan bahwa vonoprazan bisa dijadikan terapi pilihan pertama untuk eradikasi H.pylori. Namun, anjuran ini masih memerlukan uji klinis acak terkontrol lebih lanjut, yang secara langsung membandingkan efektivitas vonoprazan dan PPI pada populasi pasien yang sama, dengan jumlah sampel yang adekuat.

Selain itu, penggunaan vonoprazan sebagai obat pilihan pertama untuk terapi eradikasi H.pylori di Indonesia juga mungkin masih terkendala dengan harganya yang lebih tinggi daripada PPI dan distribusinya yang lebih terbatas di wilayah-wilayah terpencil.

Untuk di Indonesia bila memungkinkan dilakukan uji klinis tersamar ganda ( double blind randomized clinical trial ) dan dimasukan dalam panduan PGI- PEGI untuk Konsensus Nasional.

Referensi