Tes Dipstick untuk Skrining Infeksi Saluran Kemih Anak

Oleh :
dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.A

Tes dipstick urine sering dilakukan untuk skrining infeksi saluran kemih (ISK) pada anak karena prosedurnya relatif mudah, murah, dan cepat. Tes membantu identifikasi leukosituria, nitrituria, proteinuria, dan hematuria, serta bersifat lebih praktis untuk dilakukan di fasilitas kesehatan primer bila dibandingkan dengan pemeriksaan mikroskopis urine. Akan tetapi, akurasi tes dipstick untuk skrining ISK sering dipertanyakan karena angka sensitivitasnya yang tidak terlalu baik.[1–3]

Infeksi saluran kemih adalah salah satu kasus infeksi bakteri yang tersering pada anak. Gejala infeksi saluran kemih atas dapat berupa demam, nafsu makan menurun, mual, muntah, dan nyeri perut, sementara gejala infeksi saluran kemih bawah dapat berupa nyeri suprapubik, nyeri saat berkemih, dan peningkatan frekuensi berkemih. Akan tetapi, sekitar 1–2% anak mengalami bakteriuria asimtomatis.[4,5]

shutterstock_146356910-min

Adanya bakteriuria asimtomatis dan gejala ISK yang kadang tidak spesifik pada anak menyebabkan peran pemeriksaan urine sebagai modalitas skrining menjadi sangat penting. Kultur urine untuk konfirmasi diagnosis tidak selalu tersedia di semua daerah dan memerlukan waktu yang lama, sehingga metode skrining awal seperti tes dipstick sering dilakukan.[4,5]

Akurasi Tes Dipstick untuk Skrining Infeksi Saluran Kemih Anak

Adanya nitrit dan leukosit esterase pada tes dipstick merupakan parameter yang sering digunakan untuk mendeteksi ISK. Akan tetapi, beberapa bakteri seperti Enterococcus dan Klebsiella jarang menimbulkan piuria bila dibandingkan dengan agen ISK yang umum seperti E. coli. Selain itu, kadang terjadi juga piuria steril atau kegagalan deteksi nitrit karena anak sering urinasi (nitrit terbuang oleh aliran urine).[4,15]

Nilai sensitivitas dan spesifisitas nitrit maupun leukosit esterase yang dilaporkan sangat bervariasi antar studi. Sensitivitas nitrit dari literatur-literatur dalam tinjauan ini bervariasi antara 28–73,8%, sedangkan spesifisitasnya berkisar antara 60,7–99%. Sementara itu, sensitivitas leukosit esterase bervariasi antara 79–90,5% dan spesifisitasnya bervariasi antara 39,3–84%.[2,6,7]

Nilai prediksi positif dan negatif nitrit adalah 73,8–89% dan 60,7–87%, sedangkan nilai prediksi positif dan negatif leukosit esterase adalah 51–69,1% dan 73,3–95%. Nilai prediksi negatif yang kuat menandakan bahwa tes dipstick dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis ISK, terutama pada pasien yang gejala klinisnya tidak khas ISK.[2,4,6,7]

Leukosit esterase dan nitrit dapat digunakan untuk skrining awal infeksi saluran kemih sambil menunggu hasil kultur. Hasil negatif pada tes dipstick dapat menjadi prediktor yang cukup baik untuk hasil kultur urine yang juga negatif.[6,8,14]

Kombinasi Hasil Nitrit dan Leukosit Esterase pada Tes Dipstick

Sebuah studi di Ghana mengumpulkan dan mempelajari 429 sampel urine dari pasien yang dicurigai mengalami ISK. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa akurasi tes dipstick tampak lebih baik bila interpretasi hasil tes nitrit dan tes leukosit esterase dilakukan bersamaan daripada diinterpretasikan secara terpisah.[9]

Di Indonesia, uji diagnostik tes dipstick juga pernah dilakukan di Medan. Studi ini melibatkan 70 anak berusia 2–14 tahun. Hasil studi ini menunjukan bahwa sensitivitas leukosit esterase adalah 90,5%, sedangkan nitrit 73,8%. Namun, sensitivitasnya meningkat jika keduanya positif, yaitu menjadi sebesar 96,4%.

Pada studi tersebut, dilaporkan bahwa spesifisitas nitrit adalah 60,7%, sedangkan leukosit esterase 39,3%. Akan tetapi, spesifisitas meningkat menjadi 64,3% bila hasil dikombinasikan. Nilai prediksi negatif juga meningkat menjadi 96,4% bila keduanya dikombinasikan.[7,14]

Meta analisis oleh Williams et al terhadap 95 studi yang melibatkan total 95.703 anak juga memberikan hasil yang sejalan. Studi ini menyatakan bahwa bila hasil positif nitrit dan positif leukosit esterase dikombinasikan, tingkat positif palsu adalah 2% atau lebih rendah dari hasil terpisah. Studi oleh Marques et al juga melaporkan tingginya nilai prediksi negatif tes dipstick, terutama saat dikombinasikan.[2,6]

Penggunaan Tes Dipstick untuk Skrining Infeksi Saluran Kemih Anak

Berdasarkan rekomendasi American Academy of Pediatrics (AAP), skrining infeksi saluran kemih harus dilakukan pada setiap anak dengan demam, khususnya untuk anak usia <2 tahun. Metode pengambilan sampel urine yang invasif (misalnya aspirasi suprapubik) dapat menghindari kontaminasi urine untuk kultur, tetapi lebih sulit dilakukan dan berisiko pada anak.

Oleh karena itu, pada kasus anak dengan demam, tes dipstick yang noninvasif, mudah, dan cepat dapat digunakan untuk skrining awal. Skrining ini terbukti menurunkan angka rawat inap dan menurunkan kejadian ISK yang tidak terdiagnosis saat anak datang ke ruang gawat darurat.[10,13–15]

Studi yang melibatkan anak dengan demam pada usia 3 bulan pertama menunjukan nilai sensitivitas dipstick sebesar 90,4–91,7% dan nilai spesifisitas 90,4–95,1%. Nilai prediksi positifnya adalah 57,4–71,4% dan nilai prediksi negatifnya adalah 98,7% bila dibandingkan dengan kultur urine. Oleh karena itu, tes dipstick urine dapat menjadi alat skrining yang cukup baik pada anak suspek ISK.[11,12]

Kesimpulan

Meskipun memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang tidak sempurna, tes dipstick urine dapat digunakan sebagai metode skrining infeksi saluran kemih (ISK) pada anak karena prosedurnya yang mudah, murah, dan cepat. Tes dipstick urine terutama bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis ISK karena memiliki nilai prediksi negatif yang tinggi.  Kombinasi hasil nitrit dan leukosit esterase dipstick juga dilaporkan memberikan akurasi yang lebih baik daripada hasil nitrit atau leukosit esterase saja secara terpisah.

Berdasarkan hasil studi, bila hasil nitrit dan leukosit esterase negatif, pasien tersebut kemungkinan besar tidak mengalami ISK. Namun, karena nilai prediksi positif tes dipstick tidak terlalu tinggi, bila pasien mengalami positif nitrit, positif leukosit esterase, atau positif keduanya, konfirmasi diagnosis ISK dengan kultur urine masih dibutuhkan.

Studi saat ini juga masih terus mempelajari apakah antibiotik tertentu perlu diberikan untuk profilaksis ISK berulang pada anak-anak.

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi