Peran Anti-Mullerian Hormone (AMH) Sebagai Tes Kesuburan

Oleh :
dr. Anastasia Feliciana

Anti-mullerian hormone (AMH) diduga dapat dimanfaatkan untuk memperkirakan cadangan ovarium dan mengukur kesuburan seorang wanita. AMH dihasilkan oleh sel granulosa pada folikel-folikel ovarium yang sedang bertumbuh. Serum AMH dilaporkan berkorelasi dengan jumlah folikel ovarium, sehingga dianggap dapat dimanfaatkan dalam tes kesuburan seorang wanita.[1]

Potensi Kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH) Sebagai Prediktor Kesuburan

Anti-mullerian hormone (AMH) berpotensi untuk digunakan sebagai biomarker cadangan ovarium (ovarian reserve). AMH disekresi oleh folikel kecil segera setelah mereka meninggalkan fase diam sampai mereka mencapai stadium antral dini. Kadar AMH serum telah dilaporkan berkorelasi dengan jumlah folikel primordial, baik pada wanita maupun mencit.

Happy,Asian,Woman,Shows,A,Positive,Ovulation,Test.,The,Concept

Pengukuran kadar AMH serum menawarkan keuntungan dibandingkan penanda hormonal cadangan ovarium yang lebih konvensional, seperti follicle-stimulating hormone (FSH), estradiol, atau inhibin B. Salah satunya adalah karena kadar AMH dilaporkan relatif konstan selama siklus menstruasi.

Beberapa studi melaporkan bahwa kadar AMH rendah berkaitan dengan penurunan kesuburan yang signifikan. Selain itu, wanita dengan kadar AMH yang lebih tinggi dilaporkan cenderung memiliki respons yang lebih baik terhadap stimulasi ovarium untuk IVF (in vitro fertilization) dan memiliki lebih banyak sel telur sehingga memiliki kemungkinan keberhasilan yang lebih tinggi.[2,3]

Kontroversi Penggunaan Kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH) dalam Mengukur Kesuburan

Meski begitu, penerapan klinis pengukuran kadar anti-mullerian hormone (AMH) sebagai uji kesuburan wanita masih menjadi pertentangan. Dalam sebuah studi yang mengevaluasi sejauh mana biomarker cadangan ovarium berkaitan dengan potensi reproduksi seorang wanita, didapatkan bahwa wanita dengan kadar AMH rendah (<0,7 ng/mL) tidak memiliki perbedaan signifikan dalam kemungkinan pembuahan dibandingkan dengan wanita dengan kadar AMH normal. Wanita tanpa riwayat infertilitas yang mencoba untuk hamil tetapi menunjukkan kadar cadangan ovarium yang rendah juga ditemukan tidak mengalami penurunan kesuburan.

Kadar AMH memang telah dianggap sebagai penanda yang baik untuk mengukur cadangan ovarium. Meski demikian, hal ini tidak serta merta menentukan kesuburan seseorang. Penggunaan kadar AMH sebagai alat uji kesuburan pada wanita usia reproduksi masih memerlukan studi lebih lanjut.[4,7]

Faktor yang Mempengaruhi Kadar Anti-Mullerian Hormone (AMH)

Saat ini, pengukuran kadar anti-mullerian hormone (AMH)  telah digunakan untuk konseling fertilitas, prediksi menopause, diagnosis sindrom ovarium polikistik (PCOS), prediksi respon terhadap stimulasi ovarium, dan sebagai penanda prognostik untuk kanker endometrium. Oleh karenanya, pengukuran kadar AMH yang akurat sangat penting. Dokter perlu mengetahui bahwa kadar AMH dipengaruhi berbagai faktor, seperti indeks massa tubuh dan defisiensi vitamin D.[1,5]

Usia

Selama masa kanak-kanak dan remaja, kadar AMH meningkat seiring usia dan mencapai puncaknya pada usia 18 tahun. Setelah itu, kadar AMH mengalami penurunan seiring usia hingga usia 50 tahun. Kemudian, kadar AMH dilaporkan tetap pada level yang rendah.[8]

Indeks Massa Tubuh

Wanita dengan obesitas atau indeks massa tubuh ≥30 kg/m2 dilaporkan memiliki kadar AMH serum yang lebih rendah hingga 65%.[1,4]

Penggunaan Kontrasepsi Hormonal

Beberapa studi menunjukkan bahwa parameter cadangan ovarium, termasuk kadar AMH, ditemukan lebih rendah pada pasien yang mengonsumsi kontrasepsi hormonal.[1,4]

Mutasi BRCA

Mutasi BRCA dapat menyebabkan kerusakan DNA pada oosit, yang mengakibatkan cadangan oosit berkurang dan terjadi kegagalan ovarium prematur. Wanita dengan mutasi BRCA1 telah dilaporkan memiliki kadar AMH yang lebih rendah.[6]

Defisiensi Vitamin D

Suplementasi vitamin D dapat melawan efek represif AMH pada sel granulosa dan mendukung maturasi folikel. Namun masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan subjek yang lebih banyak, karena adanya hasil studi yang bertentangan.[1,4]

Faktor Saat Pemeriksaan

Dalam sebuah studi oleh Fu et al, ditemukan bahwa kadar AMH tidak dipengaruhi oleh asupan makanan tetapi dipengaruhi oleh hemolisis. Kadar AMH juga dilaporkan lebih tinggi jika sampel diletakkan pada tepi pelat mikrotiter ELISA.

Selain itu, kadar AMH dilaporkan meningkat jika diletakkan dalam suhu ruang selama 1 hari, suhu 4 C selama 3 hari, 20 C selama 1 bulan, dan 40 C selama 4 bulan. Tidak terjadi perubahan kadar AMH jika dilakukan penyimpanan dalam suhu -80 C selama 9 bulan.[5]

Kesimpulan

Kadar anti-mullerian hormone (AMH) dianggap mampu merefleksikan jumlah folikel pada ovarium, sehingga diharapkan dapat menentukan kesuburan seorang wanita. Meski demikian, studi lebih lanjut masih diperlukan sebelum penerapan klinis pemeriksaan kadar AMH sebagai tes kesuburan dapat dilakukan.

Sejauh ini, beberapa studi menunjukkan bahwa penurunan kadar AMH berkaitan dengan penurunan kesuburan signifikan dan kadar AMH yang lebih tinggi berkaitan dengan keberhasilan program IVF. Namun, ada pula studi yang menunjukkan bahwa kemungkinan pembuahan tidak berbeda bermakna antara wanita dengan kadar AMH normal dengan yang rendah. Perlu pula diperhatikan bahwa kadar AMH dipengaruhi oleh usia, indeks massa tubuh, penggunaan kontrasepsi hormonal, dan defisiensi vitamin D.

Referensi