Insulin Degludec VS Insulin Glargine dalam Penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe 2

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,FINASIM

Insulin glargine dan insulin degludec adalah insulin basal kerja panjang yang digunakan dalam penatalaksanaan diabetes mellitus tipe 2. Secara umum, saat ini tata laksana farmakologi diabetes melitus tipe 2 menerapkan penambahan sekuensial yang dimulai dari antidiabetik oral, kemudian ditambah dengan insulin basal, hingga regimen basal-bolus intensif.[1,2] Pilihan insulin basal yang tersedia adalah insulin intermediate acting seperti neutral protamine hagedorn (NPH) dan neutral protamine lispro (NPL); insulin long acting seperti detemir dan glargine; serta yang terkini adalah ultra long acting yaitu degludec.[3,4]

Insulin Glargine

Insulin glargine merupakan generasi pertama analog insulin basal kerja panjang (long acting). Studi menunjukkan bahwa insulin glargine menghasilkan episode hipoglikemia nokturnal yang lebih rendah dibandingkan NPH, namun efeknya serupa dalam hal kontrol glikemik dan efek samping penambahan berat badan.[3] Dengan durasi kerja insulin glargine yang berkisar antara 18-26 jam, dampak variabilitas residual masih menjadi masalah.[4]

Insulin,Pen,In,Various,Composition

Insulin Degludec

Insulin degludec merupakan insulin basal kerja sangat panjang (ultra long acting basal insulin), dengan durasi kerja mencapai 42 jam dan waktu paruh sekitar 25 jam.[5] Efek tersebut dimungkinkan oleh adanya soluble polyhexamer di tempat injeksi yang akan terpisah secara gradual dan diabsorpsi ke sirkulasi, sehingga menghasilkan profil farmakokinetik yang stabil untuk durasi lebih panjang.[6]

Penggunaan insulin degludec menawarkan sejumlah keunggulan. Pertama, profil farmakologi yang lebih stabil akan menyebabkan variabilitas yang lebih rendah, sehingga risiko hipoglikemia dan efek samping serius terkait hipoglikemia akan semakin rendah pula. Kedua, durasi ekstra panjang akan mengurangi jumlah dosis maupun frekuensi injeksi insulin basal, yang diharapkan akan meningkatkan kepatuhan pengobatan pasien dan optimalisasi kontrol glikemik.[7,8]

Insulin Glargine VS Insulin Degludec

Sebuah meta analisis yang dipublikasikan pada tahun 2014 mencoba membandingkan insulin glargine dengan insulin degludec. Studi ini menunjukkan bahwa insulin degludec menghasilkan kontrol HbA1c yang sebanding dengan glargine, ditambah dengan kejadian hipoglikemia yang lebih rendah. Pada pasien diabetes mellitus tipe 2 yang belum pernah mendapat insulin sebelumnya, studi ini melaporkan bahwa insulin degludec juga berkaitan dengan penurunan bermakna kadar gula darah puasa dan kebutuhan dosis total dari insulin.[9]

Hasil sedikit berbeda dikemukakan oleh uji klinis open label CONCLUDE yang melibatkan 1609 partisipan. Uji klinis head to head ini tidak menemukan perbedaan bermakna dalam hal kejadian hipoglikemia simptomatik. Walaupun begitu, hasil studi ini menemukan keunggulan degludec pada luaran sekunder, yaitu kejadian hipoglikemia nokturnal dan hipoglikemia derajat berat.[10]

Keamanan Kardiovaskular

Studi oleh Marso et al berusaha membandingkan keamanan kardiovaskular dari insulin glargine dengan insulin degludec. Studi ini melakukan randomisasi pada 7637 pasien untuk mendapat insulin degludec atau glargine U100 sekali sehari setelah makan malam sebelum tidur.

Selama masa studi, kejadian kardiovaskular mayor ditemukan pada 8,5% pasien kelompok degludec dan 9,3% pasien kelompok glargine (hazard ratio 0,91, p<0,001 untuk inferioritas). Kadar HbA1c tidak berbeda bermakna antara kedua kelompok setelah 24 bulan terapi, tetapi kadar gula darah puasa lebih rendah signifikan pada kelompok degludec. Peneliti menyimpulkan bahwa insulin degludec tidak inferior terhadap glargine dalam hal risiko kardiovaskular.[11]

Hasil Meta Analisis yang Lebih Baru

Di tahun 2019, Zhou W et al mempublikasikan sebuah meta analisis yang membandingkan insulin glargine dengan insulin degludec pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Mereka melakukan pencarian uji klinis yang dipublikasikan di PubMed, Embase, Web of Science, dan Cochrane Library. Dari hasil pencarian, ada 15 studi yang diikutsertakan dalam analisis, mencakup 9619 pasien pada kelompok insulin degludec dan 7075 pasien pada kelompok insulin glargine.

Hasil analisis gabungan menemukan bahwa pemberian insulin degludec lebih baik daripada insulin glargine dalam hal penurunan rerata kadar gula darah puasa (WMD -5,20 mg/dl); dan juga risiko hipoglikemia. Pemberian insulin degludec juga dilaporkan menghasilkan penurunan bermakna episode hipoglikemia berat ataupun hipoglikemia nokturnal. Tidak ada perbedaan bermakna dalam hal reduksi HbA1c, berat badan, dan efek samping serius.[12]

Adapun keterbatasan dari studi ini terletak pada potensi bias uji klinis yang diikutsertakan dalam analisis, seperti desain open-label, pembiayaan dari pabrik obat terkait, dan adanya perbedaan pada preparat insulin yang dibandingkan antar uji klinis. Selain itu, kriteria hipoglikemia dan efek samping serius yang digunakan antar studi juga tidak konsisten.

Kesimpulan

Secara umum, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa insulin degludec dan insulin glargine menghasilkan kontrol glikemik yang sebanding. Risiko hipoglikemia nampaknya lebih rendah pada penggunaan insulin degludec, terutama dalam hal hipoglikemia berat dan hipoglikemia nokturnal. Dengan adanya efek farmakologi berupa kerja yang lebih panjang pada insulin degludec, obat ini berpotensi  meningkatkan kepatuhan pasien terhadap manajemen diabetes mellitus tipe 2.

Referensi