Tes prediktor sepsis menjadi topik yang semakin relevan dalam praktik klinis, mengingat sulitnya melakukan diagnosis dini akibat gejala klinis sepsis yang sering tidak spesifik. Padahal, keterlambatan dalam menegakkan diagnosis sepsis bisa menyebabkan penundaan terapi yang berujung pada peningkatan angka kematian. Oleh karena itu, keberadaan uji prediktif dengan akurasi diagnostik yang baik diharapkan dapat menekan morbiditas dan mortalitas terkait sepsis.[1,2]
Berbagai pendekatan konvensional yang telah digunakan untuk diagnosis sepsis mencakup kultur darah, pemeriksaan biomarker, dan kriteria klinis seperti SIRS maupun qSOFA. Sayangnya, metode-metode ini masih memiliki keterbatasan dari segi tingkat akurasi diagnostik, efikasi biaya, maupun waktu tunggu untuk mendapatkan hasil yang cukup lama. Oleh sebab itu, beberapa pusat kesehatan dunia melakukan penelitian gabungan terhadap 2 uji diagnostik baru, yaitu IntelliSep dan SeptiCyte RAPID.[2]
IntelliSep Test
IntelliSep Test merupakan tes diagnostik berbasis respons seluler inang yang menggunakan teknologi deformability cytometry untuk menilai perubahan biofisik leukosit akibat aktivasi imun. Tes ini menghasilkan skor IntelliSep Index (ISI) dalam rentang 0,1 hingga 10,0, yang lebih lanjut dikategorikan menjadi risiko rendah, sedang, dan tinggi.[3]
Prosedur Pemeriksaan
Prosedur pemeriksaan IntelliSep Test dimulai dengan pengambilan sampel darah pasien menggunakan tabung EDTA sebanyak 100 μL. Sampel darah tersebut harus segera diproses, dengan waktu maksimal penyimpanan hingga 5 jam setelah pengambilan untuk menjaga kestabilan leukosit.
Sampel kemudian dimasukkan ke dalam alat uji yang menggunakan teknologi deformability cytometry, yakni sebuah metode yang memanfaatkan mikrofluida untuk mengukur sifat fisik dan mekanik leukosit. Sel leukosit dialirkan melalui saluran di mana perubahan bentuk dan kekakuan membran sel diukur secara real-time. Perubahan sifat mekanik leukosit ini mencerminkan adanya aktivasi sistem imun akibat infeksi atau inflamasi sistemik.[3]
Makna Klinis
Interpretasi skor ISI dibagi menjadi tiga kategori, yaitu Band 1 (risiko rendah sepsis), Band 2 (risiko sedang), dan Band 3 (risiko tinggi). Hasil pemeriksaan dapat diperoleh dalam waktu kurang dari 10 menit. Skor ISI membantu klinisi dalam pengambilan keputusan dini, di mana pasien dengan ISI tinggi memerlukan terapi sepsis, sedangkan pasien dengan skor rendah dapat dihindarkan dari overtreatment.[3]
Kelebihan dan Keterbatasan
Keunggulan utama IntelliSep Test terletak pada kemampuannya memberikan hasil dalam waktu kurang dari 10 menit dari 100 μL sampel darah. Ini menjadikannya tes prediktor sepsis tercepat saat ini.
Dalam sebuah penelitian, pemeriksaan ini menunjukkan sensitivitas 93,2% dan spesifisitas >83% untuk mendeteksi pasien berisiko tinggi sepsis. Selain itu, nilai area under the curve (AUC) yang tinggi menunjukkan kemampuan tes ini dalam stratifikasi keparahan penyakit. Zero mortality juga telah dilaporkan pada pasien kategori risiko rendah (Band 1), memperlihatkan potensi tes ini dalam mendukung pengambilan keputusan klinis.
Di sisi lain, keterbatasan IntelliSep Test adalah tidak bisa mengidentifikasi patogen penyebab sepsis dan membutuhkan peralatan khusus yang belum tersedia secara luas di layanan-layanan kesehatan. Selain itu, interpretasi klinis pada pasien dengan risiko sedang (Band 2) bisa rancu dan menyebabkan keraguan dalam melakukan intervensi. Tes ini juga tidak bisa menjadi alat diagnosis definitif, sehingga dokter tetap harus mengintegrasikan hasilnya dengan data klinis lain.[3]
SeptiCyte RAPID
SeptiCyte RAPID adalah tes berbasis molekuler yang mengukur ekspresi dua biomarker RNA spesifik, yaitu PLA2G7 dan PLAC8, untuk membedakan sepsis dari kondisi non-infeksi. Tes ini memberikan hasil berupa SeptiScore (rentang 0–15) dalam waktu sekitar 1 jam.[4]
Prosedur Pemeriksaan
Prosedur SeptiCyte RAPID dimulai dengan pengambilan sampel darah pasien menggunakan tabung PAXgene Blood RNA, yang dirancang untuk menstabilkan RNA dalam darah. Sebanyak 0,9 mL darah yang telah distabilisasi dimasukkan ke dalam alat khusus. Tes ini bekerja dengan prinsip amplifikasi dan deteksi dua biomarker RNA spesifik, yang mencerminkan respons imun terhadap infeksi.[4]
Makna Klinis
Hasil tes ini berupa skor numerik yang dikenal dengan SeptiScore, yang berkisar antara 0 hingga 15. Semakin tinggi hasil SeptiScore, maka semakin tinggi pula probabilitas sepsis.
Pasien dengan SeptiScore 0-5 memiliki probabilitas sepsis terendah (Band 1), sedangkan pasien dengan SeptiScore 7,4-15 memiliki probabilitas tertinggi (Band 4). Uji validasi klinis menunjukkan bahwa SeptiCyte RAPID memiliki sensitivitas tinggi (94%) pada risiko rendah (Band 1) dan spesifisitas mencapai 90% pada risiko tinggi (Band 4).[4]
Kelebihan dan Keterbatasan
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa SeptiCyte RAPID memiliki sensitivitas 94% dan spesifisitas 90% pada pasien ICU hari pertama. Nilai prediktif negatif sebesar 91% pada Band 1, serta nilai prediktif positif 81% pada Band 4.
Keterbatasan dari tes ini adalah waktu pengerjaan yang relatif lama (hingga 1 jam) dan ketersediaan alat pemeriksaan yang rendah karena belum lazim digunakan pada praktik saat ini. Selain itu, penggunaan pemeriksaan ini pada pasien berusia di bawah 18 tahun belum divalidasi, sehingga studi lebih lanjut masih diperlukan sebelum bisa digunakan pada populasi anak.[4]
Tabel 1. Perbandingan Nilai Diagnostik IntelliSep dan SeptiCyte RAPID terhadap skor QSOFA
Tes | Metode Diagnostik | Waktu Hasil | Sensitivitas (%) | Spesifisitas (%) | AUC |
IntelliSep | Deformability cytometry leukosit | <10 menit | 93,2 | >83 | >0,85 |
SeptiCyte RAPID | Ekspresi RNA (qPCR, PLAC8 & PLA2G7) | ~1 jam | 94 | 90 | 0,82–0,95 |
Skor QSOFA | Sistem skoring yang terdiri dari 3 komponen yaitu penurunan tekanan darah, perubahan status mental, peningkatan laju nafas | < 5 menit | 60 – 70% | 80 – 85% | 0.65 – 0.75 |
Sumber: dr. Andrian Yadikusumo, Sp.An, Alomedika, 2025.[3-6]
Tabel 2. Perbandingan Kelebihan dan Keterbatasan Intellisep dan SeptiCyte RAPID
Kriteria | IntelliSep | SeptiCyte RAPID |
Identifikasi patogen | Tidak bisa menentukan penyebab sepsis | Tidak bisa menentukan penyebab sepsis |
Sensitivitas | 85–92% | 94% |
Waktu hasil | <10 menit | ~1 jam |
Kebutuhan peralatan | Deformability cytometry | Idylla system |
Keterjangkauan | Mahal, terbatas di pusat kesehatan besar | Mahal, bergantung pada platform khusus |
Cocok untuk UGD? | Ya, karena cepat | Kurang cocok karena lebih lambat |
Sumber: dr. Andrian Yadikusumo, Sp.An, Alomedika, 2025.[3-6]
Kesimpulan
Dua tes prediktor sepsis terbaru, yakni IntelliSep dan SeptiCyte RAPID, telah dilaporkan memiliki akurasi diagnosis yang baik dan dapat memberikan hasil pemeriksaan lebih cepat dibandingkan metode konvensional. Dengan waktu pengerjaan kurang dari 10 menit, IntelliSep menguntungkan untuk aplikasi di unit gawat darurat (UGD). Di sisi lain, meski SeptiCyte RAPID membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pemeriksaan ini memiliki sensitivitas 94% dan spesifisitas 90%.
Walau begitu, kedua pemeriksaan tersebut juga memiliki keterbatasan. Salah satu keterbatasan utamanya adalah tidak dapat memberikan informasi spesifik mengenai jenis patogen penyebab infeksi, sehingga tetap memerlukan pemeriksaan lanjutan seperti kultur darah untuk konfirmasi etiologi. Kedua pemeriksaan tersebut juga memerlukan alat khusus yang masih terbatas kesediaannya, seperti SeptiCyte RAPID yang memerlukan fasilitas laboratorium dengan platform Idylla dan cartridge khusus. Hal ini dapat membatasi implementasi pemeriksaan tersebut di daerah dengan sumber daya terbatas.