Semaglutide Oral vs Injeksi dalam Penurunan HbA1c dan Berat Badan – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Eduward Thendiono, SpPD,Finasim,IDF-Fellow

Real-World Comparison of Oral Versus Injectable Semaglutide for the Reduction of Hemoglobin A1C and Weight in Patients with Type 2 Diabetes

Pinto M, Brennan L, Diehl K, Lin S, Heacock S. Journal of Pharmacy Technology. 2024. 5:87551225241289959. doi: 10.1177/87551225241289959.

studilayak

Abstrak

Latar Belakang: Saat ini belum tersedia perbandingan langsung di antara jenis formulasi semaglutide pada literatur. Pada praktiknya, banyak yang mengira bahwa formulasi semaglutide oral dan injeksi dapat dipertukarkan, meskipun saat ini data dunia nyata yang ada masih sangat terbatas untuk menentukan apakah hal itu benar.

Tujuan: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi dampak semaglutide oral versus injeksi terhadap hemoglobin A1c (HbA1c) dan berat badan pada pasien diabetes mellitus tipe 2 (T2D).

Metode:  Studi ini adalah tinjauan retrospektif, yang melibatkan layanan kesehatan tunggal, terhadap pasien dewasa yang didiagnosis T2D dan diobati dengan semaglutide oral atau injeksi antara 1 November 2019 hingga 31 Juli 2022.

Luaran utama ialah perbandingan dari perubahan HbA1c (%) dan berat badan (kg) dari awal studi hingga 6 bulan di antara pasien yang menerima semaglutide oral versus injeksi, yang distratifikasi berdasarkan dosis tertinggi yang diterima pasien. Luaran sekunder meliputi frekuensi penurunan dosis dan diskontinu, pencapaian tujuan klinis, dan keberadaan apoteker klinis yang terintegrasi di pusat perawatan primer pasien.

Hasil: Sebanyak 105 pasien dilibatkan pada analisis. Di kelompok semaglutide oral, rerata penurunan HbA1c dan berat badan sejak awal hingga bulan ke-6 masing-masing sebesar -1,75% (p<0,001), dan -3,64kg (p= 0,015). Sementara itu, di kelompok semaglutide injeksi ditemukan rerata penurunan HbA1c dan berat badan masing-masing sebesar -1,35% (p<0,001) dan -5,26kg (p<0,001).

Jika dibandingkan, maka semaglutide oral menunjukkan angka 0,4% lebih besar pada reduksi HbA1c (p=0,523), sedangkan semaglutide injeksi menunjukkan penurunan berat badan yang lebih besar (1,62 kg; p=0,312).  Efek samping ditemukan lebih banyak pada semaglutide oral daripada injeksi (16,7% vs 4,9%). Diskontinu akibat efek samping lebih banyak pula ditemukan pada semaglutide oral.

Kesimpulan: Studi ini menunjukkan bahwa pasien T2D yang mendapat semaglutide oral mengalami penurunan HbA1c yang lebih besar, sedangkan yang mendapat semaglutide injeksi menunjukkan penurunan berat badan yang lebih banyak, meskipun perbedaan ini tidak bermakna secara statistik (baik untuk reduksi HbA1c maupun berat badan) antara kedua formulasi yang dibandingkan. Tingkat efek samping dan diskontinu lebih sering terjadi pada kelompok semaglutide oral.

Semaglutide Oral vs Injeksi

Ulasan Alomedika

Berbagai studi telah menunjukkan bahwa obat golongan glucagon-like peptide 1 receptor agonists (GLP-1 RA) memiliki keunggulan dalam penurunan HbA1c maupun berat badan pada pasien dengan diabetes tipe 2, khususnya pada pasien dengan risiko kardiovaskular tinggi. Pada awalnya obat golongan ini hanya tersedia dalam formulasi injeksi, tetapi formulasi oral semaglutide beredar di pasaran sejak September 2019.

Meski demikian, belum ada bukti klinis akurat yang dapat menjelaskan apakah pemberian formulasi injeksi memberikan manfaat yang sama dengan formulasi oral, termasuk dalam hal efikasi dan profil efek sampingnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi isu tersebut pada obat GLP-1RA semaglutide.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain retrospektif observasional pada data pusat kesehatan tunggal untuk meninjau pasien dewasa yang didiagnosis diabetes mellitus tipe 2 (T2D) dan menerima semaglutide oral atau injeksi antara 1 November 2019 hingga 31 Juli 2022.

Partisipan:

Kriteria inklusi melibatkan pasien >18 tahun dengan resep aktif semaglutide oral (7 atau 14 mg/hari) atau injeksi (0,5 atau 1 mg/minggu), serta tercatat memiliki nilai HbA1c maupun nilai berat badan baseline dalam waktu 3 bulan sebelum memulai terapi semaglutide.

Luaran:

Luaran primer ialah perbandingan dari perubahan HbA1c (%) dan berat badan (kg) dari awal studi hingga 6 bulan di antara pasien yang menerima semaglutide oral versus injeksi, yang distratifikasi berdasarkan dosis tertinggi yang diterima pasien.

Ulasan Hasil Penelitian

Studi ini menunjukkan bahwa pasien dengan T2D yang diobati dengan semaglutide oral atau injeksi menunjukkan penurunan konsentrasi HbA1c maupun berat badan. Meskipun tidak signifikan secara statistik, semaglutide oral menunjukkan penurunan numerik yang lebih besar untuk reduksi HbA1c, sedangkan semaglutide injeksi menghasilkan penurunan numerik berat badan yang lebih besar.

Rerata penurunan HbA1c dari awal hingga bulan ke-6 adalah -1,75% pada kelompok oral dan -1,35% pada kelompok injeksi. Di sisi lain, penurunan berat badan masing-masing adalah -3,64 kg pada kelompok oral dan -5,26 kg pada kelompok injeksi. Secara spesifik, kelompok semaglutide oral 14 mg menunjukkan penurunan HbA1c terbesar (-2,43%), dan kelompok semaglutide injeksi 1 mg menunjukkan penurunan berat badan terbesar (-6,24 kg).

Efek samping secara keseluruhan lebih rendah pada studi ini (5,7%) jika dibandingkan dengan laporan studi terdahulu. Efek samping lebih sering terjadi pada kelompok oral (16,7%) dibandingkan kelompok injeksi (4,9%), dengan mual (50%) dan diare (16,7%) sebagai efek samping yang paling umum. Penghentian terapi karena efek samping juga lebih sering terjadi pada kelompok oral dibandingkan injeksi.

Kelebihan Studi

Studi ini merupakan penelitian pertama pada kondisi real world yang mengevaluasi perbedaan dampak antar formulasi semaglutide oral dan injeksi pada perubahan HbA1c dan berat badan pasien T2D. Populasi pasien studi ini merupakan representatif kondisi nyata praktik klinis, yakni pasien dengan nilai HbA1c, berat badan, dan indeks massa tubuh yang beraneka ragam, yang sedang mengonsumsi obat antidiabetik lain dengan riwayat naïf atau sudah menggunakan insulin sebelumnya.

Selain itu, durasi pengamatan konsisten sedikitnya 26 minggu sehingga cukup untuk menilai luaran yang ditetapkan. Metodologi analisis yang digunakan juga baik, termasuk uji statistik nonparametrik dan stratifikasi dosis, serta penggunaan kontrol diri untuk membandingkan hasil sebelum dan sesudah terapi.

Limitasi Studi

Keterbatasan studi ini terletak pada desain retrospektif observasional, yang menyebabkan peneliti sulit mengontrol pengaruh bias dari confounding factor seperti pengaruh dari obat antidiabetik selain GLP-1RA yang turut digunakan pasien selama masa pemantauan.

Patut dicermati pula bahwa periode studi ini berlangsung pada periode pandemik global COVID-19, yang mana terjadi pembatasan kunjungan in-person pada klinik. Hal tersebut berimplikasi pada potensi bias pengukuran nilai HbA1c maupun berat badan pasien, termasuk kepatuhan pasien terhadap pengobatan.

Ukuran sampel relatif kecil, terutama pada kelompok oral, sehingga mengurangi kekuatan statistik untuk membandingkan kelompok secara bermakna. Tidak dilakukan perhitungan power sebelumnya, dan adanya kemungkinan bias seleksi karena hanya pasien dengan data lengkap yang disertakan. Selain itu, tidak adanya data kepatuhan pasien selain dari riwayat isi ulang obat, bisa menyebabkan salah estimasi efektivitas.

Aplikasi Hasil Penelitian Di Indonesia

Temuan studi ini dapat memberikan gambaran awal mengenai perbandingan efektivitas dan profil efek samping antara semaglutide oral dan injeksi pada pasien diabetes mellitus tipe 2. Secara umum, studi ini menunjukkan bahwa semaglutide oral dan injeksi sama-sama memperbaiki HbA1c dan meningkatkan penurunan berat badan pada pasien diabetes tipe 2, tetapi sediaan oral ditemukan memiliki efek samping lebih tinggi.

Studi lebih lanjut dengan sampel lebih besar dan waktu pemantauan lebih panjang diperlukan, agar dokter bisa memberi informasi lebih pasti bagi pasien untuk membantu dan memandu proses pengambilan keputusan dalam pemilihan terapi mereka.

Referensi