Risiko Asma Karena Pajanan Antibiotik di Usia Dini

Oleh :
dr. Immanuel Natanael Tarigan

Berbagai penelitian menunjukkan risiko asma karena pajanan antibiotik di usia dini. Beberapa faktor risiko penyebab asma yang telah teridentifikasi antara lain pajanan udara kering atau dingin, polutan, penggunaan obat-obatan tertentu, emosi, dan jenis pekerjaan. Infeksi dan genetik juga memegang peran penting dalam terjadinya asma.[1]

Hygiene Hypothesis sebagai Faktor Risiko Asma

Asma merupakan penyakit kronik yang banyak ditemukan baik pada anak-anak maupun dewasa. Patofisiologi asma sangat kompleks, di mana secara sederhana melibatkan inflamasi saluran nafas, obstruksi jalan nafas secara intermiten, dan respons bronkial yang berlebihan.[1]

boy with medicine

Sejak tahun 2009, telah berkembang teori hygiene hypothesis. Dalam teori ini digambarkan bahwa paparan dini terhadap mikroba berhubungan dengan faktor proteksi tubuh. Peningkatan paparan terhadap mikroba dapat meningkatkan efek proteksi pada anak terhadap reaksi alergi.[2]

Dengan pemahaman tersebut, diduga bahwa konsumsi antibiotik selama masa bayi akan mengganggu perkembangan mikroba komensal sehingga menyebabkan kerusakan toleransi imunologi. Akhir dari kaskade ini adalah peningkatan kerentanan pada inflamasi dan alergi.[2,3]

Perubahan Mikrobioma Paru-Paru sebagai Faktor Risiko Asma

Di Cicco et al memaparkan bahwa mikrobioma paru sehat didominasi prevalensi bakteri filum Bacteroidetes, di mana spesies paling banyak adalah Prevotella spp. dan Veillonella spp. Sedangkan mikrobioma penderita asma kebanyakan adalah filum Proteobacteria, termasuk Haemophilus spp., Moraxella spp., dan Neisseria spp. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi mikrobioma paru-paru berubah karena gangguan keseimbangan antara imigrasi dan eliminasi bakteri.[3]

Mikrobioma paru-paru dapat berinteraksi dengan sistem kekebalan tubuh, sehingga mempengaruhi peradangan. Kondisi yang dipercaya dapat mengubah mikrobioma paru-paru pada penderita gangguan pernapasan di antaranya:

  • Infeksi awal dengan virus, seperti respiratory syncytial virus (RSV), yang mendukung munculnya Proteobacteria sehingga meningkatkan hiperreaktivitas bronkus dan keparahan asma.
  • Konsumsi antibiotik oleh anak usia dini, yang dapat mengubah mikrobiota usus dan paru-paru sehingga mengganggu hubungan antara mikrobiota dan inang.[3]

Risiko Asma dan Penggunaan Antibiotik

Hubungan antara asma dan penggunaan antibiotik pada usia dini diduga berhubungan dengan keseimbangan biologis dalam tubuh. Mikroba normal pada tubuh membentuk dan mematangkan sistem imun. Pajanan pada mikroba tersebut meningkatkan faktor protektif sistem imun.[2-4]

Beberapa studi dilakukan untuk melihat asosiasi antara asma dengan penggunaan antibiotik. Penelitian yang mencoba mencari asosiasi antara penggunaan antibiotik pada anak usia dini dengan kejadian asma menunjukkan hasil yang tidak konsisten.

Penelitian yang Mendukung Penggunaan Antibiotik Akan Meningkatkan Risiko Asma

Studi meta analisis oleh Ahmadizar et al tahun 2017 di Eropa melibatkan 4 database penelitian kohort besar, yaitu Generation R, SEATON, PACMAN, dan BREATHE. Studi ini mempelajari apakah ada peningkatan risiko asma pada anak yang mendapat antibiotik di usia 0‒3 tahun, dengan melibatkan lebih dari 8.000 subjek.[4]

Hasil studi menunjukkan bahwa anak yang mendapatkan antibiotik pada tahun pertama kehidupan, secara signifikan memiliki risiko yang lebih tinggi terkena asma dibanding kelompok kontrol (OR 2,18). Namun, tidak ditemukan perbedaan signifikan risiko terjadinya asma pada anak yang mendapat antibiotik pada usia <6 bulan daripada >6 bulan.[4]

Selain itu, peningkatan risiko eksaserbasi asma tidak dipengaruhi penggunaan antibiotik di usia dini. Jumlah dan lama hari penggunaan antibiotik juga tidak mempengaruhi kejadian asma.[4]

Penelitian lain adalah studi observasi oleh Fishman et al tahun 2019 di Amerika Serikat menguji hubungan penggunaan antibiotik dalam 2 tahun pertama kehidupan dengan risiko asma pada anak-anak. Studi ini menggunakan metode kohort retrospektif anak sejak lahir hingga usia 2,5 tahun, yang mendapatkan tanggungan pelayanan kesehatan atau farmasi oleh Medicaid plans. Studi ini mengeksklusi anak-anak yang didiagnosis asma sebelum usia 2,5 tahun.[6]

Jumlah subjek mencapai 79.582 anak, di mana 37,6% memiliki 0 resep antibiotik, 34,4% mendapat 1 atau 2 resep antibiotik, dan 28,0% mendapat >3 resep antibiotik. Kemudian, ditemukan 2.381 kasus baru asma dan setelah penyesuaian didapatkan risiko absolut mengembangkan asma pada usia 4 tahun meningkat dari 2,7% (0 antibiotik) menjadi 3,6% (1‒2 antibiotik) dan 4,5% (≥3 antibiotik).[6]

Kesimpulan studi adalah peresepan antibiotik dalam 2 tahun pertama kehidupan dikaitkan dengan peningkatan risiko asma saat anak usia 2,5‒5 tahun pada populasi Medicaid plans.[6]

Penelitian di Asia:

Penelitian tentang hubungan penggunaan antibiotik terhadap peningkatan risiko asma telah dilakukan di Jepang, oleh Yamamoto-Hamada et al pada tahun 2017. Penelitian ini mengidentifikasi tanda-tanda asma dan penyakit alergi lain pada anak dengan menggunakan kuesioner  the International Study of Asthma and Allergies in Childhood. Model regresi logistik diterapkan untuk memperkirakan efek penggunaan antibiotik pada hasil di kemudian hari.[7]

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan antibiotik dalam 2 tahun pertama kehidupan merupakan faktor risiko asma, dermatitis atopik, dan rinitis alergi pada anak berusia 5 tahun.[7]

Penelitian yang Belum Mendukung

Walaupun berbagai penelitian menunjukkan hubungan penggunaan antibiotik dengan peningkatan risiko asma, tetapi Dewan et al pada tahun 2020 menyampaikan bahwa studi retrospektif dan prospektif yang telah dilakukan memiliki keterbatasan penelitian, seperti bias protopathic, metode pengumpulan data yang buruk, dan ukuran kohort yang kecil. Keterbatasan ini menyebabkan penentuan kausalitas menjadi tidak jelas antara antibiotik dan asma.[8]

Namun, penggunaan antibiotik pada anak-anak memang harus berdasarkan pertimbangan yang hati-hati, karena risiko resistensi antibiotik, efek samping, dan hubungan potensial dengan asma.[8]

Penders et al tahun 2011 melaporkan hasil tinjauan sistematik dan meta analisis terkait peningkatan risiko asma pada penggunaan antibiotik oleh anak di usia dini. Penelitian ini menyimpulkan bahwa asosiasi antara penggunaan antibiotik pada usia dini dengan kejadian asma masih belum dapat ditegakkan sepenuhnya karena, terdapat heterogenitas yang cukup tinggi pada penelitian yang ada.[9]

Kesimpulan

Berbagai studi telah menyimpulkan bahwa terdapat asosiasi yang signifikan antara pajanan antibiotik di usia dini (2 tahun kehidupan pertama) dengan peningkatan risiko asma. Pajanan antibiotik di tahun pertama kehidupan dapat meningkatkan risiko asma hingga 2 kali lipat. Penelitian terbaru di tahun 2019 menemukan asma pada usia 4 tahun meningkat dari 2,7% menjadi 3,6% jika anak terpapar 1‒2 antibiotik pada usia <2 tahun, dan meningkat hingga 4,5% jika terpapar ≥3 antibiotik.

Walaupun penelitian-penelitian tersebut dinyatakan masih memiliki keterbatasan, tetapi penggunaan antibiotik pada anak-anak memang harus berdasarkan pertimbangan yang hati-hati. Pemberian antibiotik pada pasien anak harus rasional karena risiko resistensi antibiotik, efek samping, dan hubungan potensial dengan asma atau kondisi alergi lainnya.

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi