Epidemiologi Noise Induced Hearing Loss
Epidemiologi noise-induced hearing loss (NIHL) dilaporkan lebih tinggi di negara industri, di mana alat berat dengan suara bising lebih banyak digunakan.
Global
Noise-induced hearing loss (NIHL) merupakan diagnosis kehilangan pendengaran kedua tersering setelah presbikusis. Di Amerika Serikat, sekitar 10% atau 22 juta individu dewasa berusia 20–69 tahun mengalami kehilangan pendengaran permanen akibat paparan suara bising di tempat kerja atau secara personal. [20]
Penelitian di Taiwan, menemukan bahwa prevalensi NIHL pada pekerja di perusahaan gas adalah 56,8%. [18], Studi lain di Kathmandu, India pada 110 polisi lalu lintas menemukan bahwa prevalensi NIHL pada populasi tersebut adalah 66,4%. [21] Studi pada negara yang telah menerapkan program konservasi pendengaran seperti Brazil memiliki angka prevalensi NIHL yang jauh lebih rendah, yaitu sekitar 15,9%. [22]
Industri dengan prevalensi penurunan pendengaran tertinggi adalah aquakultur, perhutanan, agrikultur, pemancingan, dan perburuan hewan. [23] Selain pekerja di bidang industri, musisi juga memiliki risiko mengalami NIHL 3,61 kali lebih tinggi dibandingkan non musisi. [24] Akan tetapi, dengan diterapkannya langkah pencegahan untuk NIHL, angka insidensi NIHL di negara industri semakin berkurang. [25]
Indonesia
Studi pada operator mesin kapal feri di penyeberangan Ketapang-Gilimanuk menemukan bahwa prevalensi noise-induced hearing loss (NIHL) pada kelompok tersebut sebesar 34,85%. Angka ini lebih rendah dibandingkan dengan studi pada pekerja di perusahaan baja di pulau Jawa yang memiliki prevalensi sekitar 43,6%. [26,27]
Studi lain pada pekerja kayu di Gianyar, Bali menemukan bahwa prevalensi NIHL pada populasi tersebut adalah 27,8%. Dari kelompok yang mengalami NIHL, 60% mengalami gangguan ringan, 10% mengalami gangguan berat, dan sisanya mengalami gangguan sedang. [28]