Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Laringitis general_alomedika 2022-04-28T16:13:25+07:00 2022-04-28T16:13:25+07:00
Laringitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Laringitis

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Penatalaksanaan laringitis dapat dibagi menjadi dua, yaitu untuk laringitis akut dan laringitis kronik. Persamaan dari kedua tata laksana ini adalah terapi suara atau voice hygiene. Tata laksana khusus lainnya dilakukan berdasarkan etiologi.

Tata Laksana Laringitis Akut

Tata laksana laringitis akut diberikan berdasarkan etiologi yang mendasarinya. Pada mayoritas kasus, etiologi adalah infeksi virus, sehingga penyakit bersifat self limiting.

Pemberian antibiotik dapat dilakukan pada pasien dengan demam persisten (> 48 jam), sputum purulen, terbentuk membran, atau terdapat kondisi berat seperti epiglotitis akut, tuberkulosis, sifilis, atau aktinomikosis. [1,19]

Antibiotik yang diberikan biasanya berdasarkan bakteri yang menyebabkan laringitis. [8] Lini pertama yang dapat digunakan adalah golongan penisilin, seperti amoxicillin dan penicillin V. Jika terdapat kecurigaan terhadap bakteri yang resisten terhadap penisilin atau terdapat infeksi berulang maka kotrimoksazol dapat digunakan. [20]

Epiglotitis Akut

Epiglotitis akut biasanya membutuhkan penatalaksanaan segera untuk mempertahankan patensi jalan napas. Pasien diminta dalam posisi duduk, tidak berbaring, dan pemeriksaan fisik yang dapat memperparah distress pernapasan diminimalisir. Obati epiglotitis akut dengan menggunakan antibiotik intravena, kortikosteroid, dan nebulisasi epinefrin. Jika intubasi diperlukan, persiapkan kemungkinan krikotiroidotomi karena intubasi umumnya sulit.[21].

Epiglotitis akut yang tidak mengganggu jalan napas dapat ditata laksana dengan nebulisasi salin normal, kortikosteroid, antibiotik intravena, atau nebulisasi dengan adrenalin. [1]

Croup

Pasien dengan laringotrakeobronkitis atau croup ditatalaksana berdasarkan derajat keparahannya. Penyakit derajat ringan dapat ditatalaksana dengan steroid oral, seperti dexamethasone atau prednison. Derajat berat dapat ditatalaksana dengan nebulisasi epinefrin diikuti dengan steroid. [22]

Laringitis Fungal

Pasien dengan laringitis yang disebabkan oleh infeksi jamur dapat diberikan antifungal. Obat yang dapat dipilih antara lain nystatin, ketoconazole oral, fluconazole, itraconazole, dan amfoterisin B intravena. Pemberian antifungal biasanya selama 3 – 4 minggu. [6,23]

Tata Laksana Laringitis Kronik

Sebagian besar kasus laringitis kronik disebabkan oleh refluks. Beberapa tata laksana yang dapat digunakan untuk menangani laringitis akibat refluks adalah:

  • Mukoprotektan untuk melapisi lambung (Contoh: sukralfat)
  • Menghindari makanan yang bersifat asam atau iritatif karena dapat meningkatkan produksi asam lambung, seperti makanan berlemak, gorengan, kopi, teh, minuman berkafein, alkohol, coklat, dan mint
  • Makan dalam porsi kecil tapi lebih sering, dan menghindari makan 3 – 4 jam sebelum tidur
  • Penghambat pompa proton (PPI) secara tunggal atau bersamaan dengan antagonis reseptor H2. [1,24]

Penggunaan PPI dinilai dapat memperbaiki gejala iritasi laring pada pasien dengan refluks laringofaringeal. Selain itu, kombinasi dengan antagonis reseptor H2, terapi suara, atau prosedur pembedahan juga dinilai dapat memperbaiki suara pada pasien dengan refluks laringofaringeal kronik. [25,26]

Laringitis kronik akibat paparan alergen terus menerus secara berulang dapat ditatalaksana dengan menghindari alergen, pemberian antihistamin, dan kortikosteroid nasal. Pemberian mukolitik seperti guaifenesin dinilai dapat membantu membersihkan sekresi mukosa yang diproduksi oleh reaksi alergi. [1,4]

Ketika terjadi edema pada rongga Reinke, tata laksana yang dapat dilakukan adalah berhenti merokok dan pembedahan laring dengan menghilangkan bagian lamina propria yang menebal. [11]

Voice Hygiene

Semua pasien laringitis direkomendasikan untuk melakukan vocal hygiene. Hal ini bertujuan untuk mengontrol gejala dan mengurangi iritasi pada laring. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan.

  • Mengistirahatkan suara : Pasien dianjurkan untuk meminimalisasi penggunaan suara selama 48 jam sampai 1 minggu atau sampai ketika pasien tidak nyeri saat bersenandung. Penggunaan suara berlebihan seperti berteriak, bernyanyi, atau berbisik sebaiknya dibatasi.
  • Menjaga lubrikasi lokal dan hidrasi sistemik : Hal ini dapat dilakukan dengan mengunyah permen karet, meningkatkan asupan cairan menjadi 250 mL per jam, dan membatasi asupan kafein. Kafein dinilai dapat menyebabkan dehidrasi dan memperparah iritasi pada faringolaringeal.
  • Perubahan gaya hidup : Gaya hidup yang diubah untuk menjaga kesehatan suara adalah mengurangi asupan alkohol, berhenti merokok, dan mengatasi kondisi medis yang menjadi predisposisi penyakit. [1]

Rujukan

Pasien dengan stridor atau terdapat kecurigaan obstruksi perlu segera mendapat tata laksana emergensi yang adekuat. Pasien dengan gejala yang menetap selama lebih dari 2 – 3 minggu disarankan untuk dirujuk ke spesialis THT.

Apabila terdapat kecurigaan ke arah keganasan, riwayat pembedahan pada bagian leher, riwayat radioterapi, riwayat intubasi endotrakeal, penurunan berat badan yang signifikan tanpa diketahui penyebabnya, disfagia atau odinofagia, atau otalgia rujukan dapat dilakukan tanpa harus menunggu 2 minggu pengobatan. [1,3]

Referensi

1. Wood JM, Athanasiadis T, Allen J. Laryngitis. 2014;349:g5827. https://doi.org/10.1136/bmj.g5827
3. Stachler RJ, Francis DO, Schwartz SR, Damask CC, Digoy GP, Krouse HJ. Clinical practice guideline: hoarseness (dysphonia). Otolaryngol Head Neck Surg. 2018;158(1_suppl):S1-S42. doi: 10.1177/0194599817751030
4. Krouse JH, Altman KW. Rhinogenic laryngitis, cough, and the unified airway. Otolaryngol Clin North Am. 2010;43(1):111-21. doi: 10.1016/j.otc.2009.11.005
6. Dworkin JP. Laryngitis: types, causes, and treatments. Otolaryngol Clin North Am. 2008;41(2):419-36
8. Tulunay OE. Laryngitis—diagnosis and management. Otolaryngol Clin North Am. 2008;4(12):437-51
19. Reveiz L, Cardona AF. Antibiotics for acute laryngitis in adults. Cochrane Database Syst Rev. 2015;(5):CD004783
20. Dworkin-Valenti JP, Sugihara E, Stern N, Naumann I, Bathula S, Amjad E. Laryngeal inflammation. Ann Otolaryngol Rhinol. 2015;2(9):1058
21. World Health Organization. Clinical guidelines: diagnosis and treatment manual. 2016. Available from: http://refbooks.msf.org/msf_docs/en/clinical_guide/cg_en.pdf
22. Petrocheilou A, Tanou K, Kalampouka E, Malakasioti G, Giannios C, Kaditis AG.Viral croup: diagnosis and a treatment algorithm. Pediatr Pulmonol. 2014;49(5):421-9
23. Guclu O, Ulkumen B, Bulbul T. Candida laryngitis. Otolaryngol Head Neck Surg. 2006;135(3):483-4
24. Kahrilas PJ. Clinical practice. Gastroesophageal reflux disease. N Engl J Med. 2008;359(16):1700-7
25.Guo H, Ma H, Wang J. Proton Pump Inhibitor Therapy for the Treatment of Laryngopharyngeal Reflux: A Meta-Analysis of Randomized Controlled Trials. J Clin Gastroenterol. 2016;50(4):295-300
26. Lechien JR, Finck C, Costa de Araujo P, Huet K, Delvaux V, Piccaluga M. Voice outcomes of laryngopharyngeal reflux treatment: a systematic review of 1483 patients. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2017;274(1):1-23

Diagnosis Laringitis
Prognosis Laringitis

Artikel Terkait

  • Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
    Nyeri Tenggorokan pada Anak - Penyebab dan Tata Laksananya
  • Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
    Pemberian Kortikosteroid pada Nyeri Tenggorokan
  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
Anonymous
02 Oktober 2022
Bagaimana menentukan terapi laringitis yang tepat?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dokter, pada kasus laringitis dimana suara pasien serak / habis, di artikel artikel alomedika terapi nya bisa dengan obat batuk maupun obat gerd apabila...
Anonymous
30 September 2022
Pasien anak usia 10 tahun dengan suara serak tanpa tonsilitis dan faring sedikit hiperemis
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, anak usia 10 tahun dengan suara serak tidak ada tonsilitis, faring sedikit hiperemis. Diberikan antibiotik cefadroxil 5 hari, dexamethason, dan...
dr. Hudiyati Agustini
02 Agustus 2021
Kasus laringitis yang harus dirujuk ke spesialis THT - THT Ask The Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
2 Balasan
ALO dr. Yonian, SpTHT.. pasien dugaan laringitis (keluhan nyeri tenggorokan dengan suara serak), kapan sebaiknya dirujuk ke spesialis THT? Apakah komplikasi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.