Diagnosis Bulimia Nervosa
Diagnosis bulimia nervosa ditegakkan berdasarkan kriteria dalam PPDGJ III atau DSM 5. Penegakan diagnosis membutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat.
Anamnesis
Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa adalah mengidentifikasi kondisi medis yang gawat darurat yang membutuhkan hospitalisasi dan stabilisasi.
Pasien-pasien dengan bulimia nervosa sering mengeluhkan mengenai berat atau bentuk badannya. Pasien sering kali membuat jadwal yang kompleks untuk mengatur perilaku makan berlebihan dan perilaku kompensatorinya. Kebanyakan pasien bulimia nervosa ke kamar mandi untuk memuntahkan makanan. Mereka juga sering melakukan olah raga berlebihan, menggunakan laksatif, atau diuretik.
Riwayat yang meningkatkan risiko gangguan makan juga perlu dicari. Misalnya riwayat ansietas, depresi, trauma psikologi semasa kecil atau dewasa, serta permasalahan sosial yang dialami sebelum gejala muncul (seperti masalah percintaan atau pekerjaan).
Pada keadaan yang lebih lanjut, bulimia nervosa bisa menyebabkan berbagai gangguan sistem organ. Gejala yang timbul mulai dari iregularitas menstruasi, konstipasi, rasa begah, palpitasi, dan dehidrasi.
Keluarga pasien bisa mendapati jumlah makan pasien yang besar yang tidak diiringi peningkatan berat badan yang sesuai atau malah terjadi penurunan berat badan. Keluarga juga bisa menemukan bungkus makanan disembunyikan di kamar pasien, adanya perubahan mood, dan perubahan kepribadian. [5,10]
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan tanda vital dan berat badan harus dilakukan karena sering kali menjadi penanda penting kondisi gawat darurat. Sebaiknya pasien ditimbang hanya menggunakan pakaian dalam dan gaun rumah sakit untuk mengetahui berat badan dengan tepat. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada posisi berbaring dan duduk. [5]
Akibat pembatasan intake nutrisi, pasien dengan bulimia nervosa bisa menunjukkan tanda-tanda bradikardia, hipotensi ortostatik, dan palpitasi. Pemeriksaan abdomen sering kali menemukan adanya nyeri epigastrik dan kembung. Pasien dengan bulimia nervosa, akibat sering muntah, juga sering mengalami parotitis, noda pada gigi, erosi enamel, dan kalus pada jari.
Tanda malnutrisi juga dapat muncul, yaitu rambut dan kuku yang rapuh, serta hiperkeratosis. [5,12]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan urine dilakukan untuk menilai status hidrasi, pH, kadar keton, dan tanda-tanda kerusakan ginjal. Karena bulimia nervosa bisa mengganggu keseimbangan elektrolit dan fungsi metabolik, maka perlu dilakukan pula pemeriksaan EKG, pemeriksaan elektrolit, kadar amylase dan lipase, kadar magnesium dan fosfat, fungsi ginjal, dan kadar hormon tiroid (thyroid stimulating hormone, tiroksin, free triiodothyronine). [5]
Diagnosis Banding
Gangguan makan lain yang menjadi diagnosis banding bulimia nervosa adalah anoreksia nervosa (tipe binge eating/purging) dan binge eating disorder. [13]
Anoreksia Nervosa
Anorexia nervosa adalah keadaan berat badan sangat rendah yang diinduksi restriksi asupan energi. Pasien membatasi asupan makanan relatif terhadap kebutuhan agar berat badan tidak meningkat. Restriksi ini menyebabkan berat badan yang secara signifikan rendah dalam konteks umur, jenis kelamin, tahapan perkembangan, dan kesehatan fisik. [13]
Binge Eating Disorder
Pada binge eating disorder, pasien makan secara berlebihan. Makan berlebihan ini muncul dalam bentuk perilaku makan pada periode waktu tertentu dengan jumlah makanan yang lebih banyak dibandingkan jumlah yang dimakan kebanyakan orang. Hal ini disertai perasaan hilangnya kemampuan mengendalikan perilaku makan berlebihan. [13]
Orthorexia Nervosa
Orthorexia Nervosa (ON) adalah gangguan makan yang tidak disadari di mana orang menjadi terobsesi makanan yang murni, sehat, dan berbahan dasar baik untuk meningkatkan kesehatan. Orthorexia nervosa biasanya diawali dengan keinginan yang biasa orang lakukan untuk meningkatkan kesehatan mereka. [13] Orthorexia nervosa belum masuk dalam kriteria diagnosis DSM 5.
Kriteria Diagnostik PPDGJ-III/ICD X
Menurut PPDGJ III/ICD X, bulimia nervosa ditandai oleh adanya episode makan berlebihan dan preokupasi yang berlebihan mengenai berat badan, sehingga pasien menggunakan metode ekstrim untuk menghilang efek “gemuk” akibat makanan. [14] Kriteria diagnosis bulimia nervosa adalah:
- Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan (craving) terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan, dimana makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu singkat.
- Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu cara atau lebih seperti merangsang muntah sendiri, menggunakan pencahar secara berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan penekan nafsu makan, sediaan tiroid, atau diuretik. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka akan mengabaikan pengobatan.
- Gejala psikopatologi terdiri atas ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat badan sehat atau optimal. Sering kali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat terungkap atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan/ atau suatu fase sementara dari amenorea.
Kriteria Diagnostik DSM-5
Kriteria diagnosis untuk bulimia nervosa menurut DSM-5 adalah:
- Episode berulang dari makan berlebihan. Episode makan berlebihan ditandai oleh dua gejala berikut:
- Makan pada periode waktu tertentu (misalnya tidak lebih dari 2 jam), dengan jumlah makanan yang lebih banyak dibandingkan jumlah yang dimakan kebanyakan orang pada periode waktu yang sama pada situasi yang serupa.
- Perasaan hilangnya kemampuan mengendalikan perilaku makan berlebihan selama berlangsungnya episode makan (misalnya perasaan tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan apa dan seberapa banyak yang dimakan)
- Kebiasaan kompensasi berulang yang tidak wajar dengan tujuan mencegah penambahan berat badan, seperti muntah dengan sengaja; penyalahgunaan obat laksatif, diuretik, atau obat lainnya; puasa yang berlebihan; atau olahraga yang berlebihan.
- Perilaku makan berlebihan dan perilaku kompensasinya, muncul setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan.
- Evaluasi diri sangat dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan
- Gangguan tidak terjadi hanya selama episode anoreksia nervosa. [13]