Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Bulimia Nervosa general_alomedika 2019-08-16T14:25:16+07:00 2019-08-16T14:25:16+07:00
Bulimia Nervosa
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Bulimia Nervosa

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Diagnosis bulimia nervosa ditegakkan berdasarkan kriteria dalam PPDGJ III atau DSM 5. Penegakan diagnosis membutuhkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang tepat.

Anamnesis

Pemeriksaan pertama yang harus dilakukan pada pasien dengan bulimia nervosa adalah mengidentifikasi kondisi medis yang gawat darurat yang membutuhkan hospitalisasi dan stabilisasi.

Pasien-pasien dengan bulimia nervosa sering mengeluhkan mengenai berat atau bentuk badannya. Pasien sering kali membuat jadwal yang kompleks untuk mengatur perilaku makan berlebihan dan perilaku kompensatorinya. Kebanyakan pasien bulimia nervosa ke kamar mandi untuk memuntahkan makanan. Mereka juga sering melakukan olah raga berlebihan, menggunakan laksatif, atau diuretik.

Riwayat yang meningkatkan risiko gangguan makan juga perlu dicari. Misalnya riwayat ansietas, depresi, trauma psikologi semasa kecil atau dewasa, serta permasalahan sosial yang dialami sebelum gejala muncul (seperti masalah percintaan atau pekerjaan).

Pada keadaan yang lebih lanjut, bulimia nervosa bisa menyebabkan berbagai gangguan sistem organ. Gejala yang timbul mulai dari iregularitas menstruasi, konstipasi, rasa begah, palpitasi, dan dehidrasi.

Keluarga pasien bisa mendapati jumlah makan pasien yang besar yang tidak diiringi peningkatan berat badan yang sesuai atau malah terjadi penurunan berat badan. Keluarga juga bisa menemukan bungkus makanan disembunyikan di kamar pasien, adanya perubahan mood, dan perubahan kepribadian. [5,10]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan tanda vital dan berat badan harus dilakukan karena sering kali menjadi penanda penting kondisi gawat darurat. Sebaiknya pasien ditimbang hanya menggunakan pakaian dalam dan gaun rumah sakit untuk mengetahui berat badan dengan tepat. Pemeriksaan tekanan darah dilakukan pada posisi berbaring dan duduk. [5]

Akibat pembatasan intake nutrisi, pasien dengan bulimia nervosa bisa menunjukkan tanda-tanda bradikardia, hipotensi ortostatik, dan palpitasi. Pemeriksaan abdomen sering kali menemukan adanya nyeri epigastrik dan kembung. Pasien dengan bulimia nervosa, akibat sering muntah, juga sering mengalami parotitis, noda pada gigi, erosi enamel, dan kalus pada jari.

Tanda malnutrisi juga dapat muncul, yaitu rambut dan kuku yang rapuh, serta hiperkeratosis. [5,12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan urine dilakukan untuk menilai status hidrasi, pH, kadar keton, dan tanda-tanda kerusakan ginjal. Karena bulimia nervosa bisa mengganggu keseimbangan elektrolit dan fungsi metabolik, maka perlu dilakukan pula pemeriksaan EKG, pemeriksaan elektrolit, kadar amylase dan lipase, kadar magnesium dan fosfat, fungsi ginjal, dan kadar hormon tiroid (thyroid stimulating hormone, tiroksin, free triiodothyronine). [5]

Diagnosis Banding

Gangguan makan lain yang menjadi diagnosis banding bulimia nervosa adalah anoreksia nervosa (tipe binge eating/purging) dan binge eating disorder. [13]

Anoreksia Nervosa

Anorexia nervosa adalah keadaan berat badan sangat rendah yang diinduksi restriksi asupan energi. Pasien membatasi asupan makanan relatif terhadap kebutuhan agar berat badan tidak meningkat. Restriksi ini menyebabkan berat badan yang secara signifikan rendah dalam konteks umur, jenis kelamin, tahapan perkembangan, dan kesehatan fisik. [13]

Binge Eating Disorder

Pada binge eating disorder, pasien makan secara berlebihan. Makan berlebihan ini muncul dalam bentuk perilaku makan pada periode waktu tertentu dengan jumlah makanan yang lebih banyak dibandingkan jumlah yang dimakan kebanyakan orang. Hal ini disertai perasaan hilangnya kemampuan mengendalikan perilaku makan berlebihan. [13]

Orthorexia Nervosa

Orthorexia Nervosa (ON) adalah gangguan makan yang tidak disadari di mana orang menjadi terobsesi makanan yang murni, sehat, dan berbahan dasar baik untuk meningkatkan kesehatan. Orthorexia nervosa biasanya diawali dengan keinginan yang biasa orang lakukan untuk meningkatkan kesehatan mereka. [13] Orthorexia nervosa belum masuk dalam kriteria diagnosis DSM 5.

Kriteria Diagnostik PPDGJ-III/ICD X

Menurut PPDGJ III/ICD X, bulimia nervosa ditandai oleh adanya episode makan berlebihan dan preokupasi yang berlebihan mengenai berat badan, sehingga pasien menggunakan metode ekstrim untuk menghilang efek “gemuk” akibat makanan. [14] Kriteria diagnosis bulimia nervosa adalah:

  1. Terdapat preokupasi yang menetap untuk makan dan ketagihan (craving) terhadap makanan yang tidak bisa dilawan, penderita tidak berdaya terhadap datangnya episode makan berlebihan, dimana makanan dalam jumlah yang besar dimakan dalam waktu singkat.
  2. Pasien berusaha melawan efek kegemukan dengan salah satu cara atau lebih seperti merangsang muntah sendiri, menggunakan pencahar secara berlebihan, puasa berkala, memakai obat-obatan penekan nafsu makan, sediaan tiroid, atau diuretik. Jika terjadi pada penderita diabetes, mereka akan mengabaikan pengobatan.
  3. Gejala psikopatologi terdiri atas ketakutan yang luar biasa akan kegemukan dan penderita mengatur sendiri batasan yang ketat dari ambang berat badannya sangat di bawah berat badan sebelum sakit yang dianggap berat badan sehat atau optimal. Sering kali, tetapi tidak selalu, ada riwayat episode anoreksia nervosa sebelumnya, interval antara kedua gangguan tersebut berkisar antara beberapa bulan sampai beberapa tahun. Episode sebelumnya ini dapat terungkap atau dalam bentuk ringan yang tersembunyi dengan kehilangan berat badan yang sedang dan/ atau suatu fase sementara dari amenorea.

Kriteria Diagnostik DSM-5

Kriteria diagnosis untuk bulimia nervosa menurut DSM-5 adalah:

  1. Episode berulang dari makan berlebihan. Episode makan berlebihan ditandai oleh dua gejala berikut:

    1. Makan pada periode waktu tertentu (misalnya tidak lebih dari 2 jam), dengan jumlah makanan yang lebih banyak dibandingkan jumlah yang dimakan kebanyakan orang pada periode waktu yang sama pada situasi yang serupa.
    2. Perasaan hilangnya kemampuan mengendalikan perilaku makan berlebihan selama berlangsungnya episode makan (misalnya perasaan tidak bisa berhenti makan atau mengendalikan apa dan seberapa banyak yang dimakan)

  2. Kebiasaan kompensasi berulang yang tidak wajar dengan tujuan mencegah penambahan berat badan, seperti muntah dengan sengaja; penyalahgunaan obat laksatif, diuretik, atau obat lainnya; puasa yang berlebihan; atau olahraga yang berlebihan.
  3. Perilaku makan berlebihan dan perilaku kompensasinya, muncul setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan.
  4. Evaluasi diri sangat dipengaruhi oleh bentuk tubuh dan berat badan
  5. Gangguan tidak terjadi hanya selama episode anoreksia nervosa. [13]

Referensi

5. Harrington BC, Jimerson M. Initial Evaluation, Diagnosis, and Treatment of Anorexia Nervosa and Bulimia Nervosa. Am Fam Physician 2015;91:8. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/25591200]
10. Hail L, Le Grange D. Bulimia nervosa in adolescents: prevalence and treatment challenges. AHMT 2018;Volume 9:11–6. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/29379324]
12. Rosten A, Newton T. The impact of bulimia nervosa on oral health: A review of the literature. Br Dent J 2017;223:533–9. [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/28972588]
13. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2013.
14. WHO. The ICD-10 Classification of Mental and Behavioural Disorders. Geneva: World Health Organization; 2007.

Epidemiologi Bulimia Nervosa
Penatalaksanaan Bulimia Nervosa

Artikel Terkait

  • Orthorexia Nervosa: Diet Sehat justru Menjadi Gangguan Makan
    Orthorexia Nervosa: Diet Sehat justru Menjadi Gangguan Makan
  • Pemberian Formula Padat Nutrisi Sebagai Solusi untuk Mengatasi Kekurangan Kalori pada Anak Susah Makan
    Pemberian Formula Padat Nutrisi Sebagai Solusi untuk Mengatasi Kekurangan Kalori pada Anak Susah Makan
Diskusi Terkait
Anonymous
19 April 2022
Anak sulit makan apakah bisa dikasih vitamin? - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Selamat siang dr. Joko, SpA.. Apakah ada trik khusus agar anak balita suka makan? Apakah pemberian vitamin (curcuma) bermanfaat? Terutama di bulan puasa ini,...
dr.Marvin Marino
10 Maret 2021
Gizi pada pasien xerostomia - Gizi Klinik Ask The Expert
Oleh: dr.Marvin Marino
5 Balasan
Selamat sore dr Lily, mohon bertanya dok saya ada pasien dengan xerostomia. Bagaimana dok sebaiknya saya menyarankan makan pada pasien ini dok? Terima kasih...
dr. Retma Rosela Nurkayanty
03 Desember 2020
Pemberian suplementasi zat besi pada anak yang mengalami sulit untuk makan
Oleh: dr. Retma Rosela Nurkayanty
3 Balasan
Alo dr.Joko Jika anak mengalami sulit makan dok, kapan harus diperlukan diberi suplementasi penambah nafsu makan walaupun misalnya sudah melakukan feeding...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.