Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hemothorax general_alomedika 2022-12-09T07:41:47+07:00 2022-12-09T07:41:47+07:00
Hemothorax
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hemothorax

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Diagnosis hemothorax ditegakkan jika ditemukan darah pada cavum pleura. Pada anamnesis dapat ditanyakan mekanisme trauma, dan apabila bukan disebabkan oleh trauma maka gali faktor risiko pasien. Rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan penunjang pilihan dalam skrining kasus cedera thorax.

Anamnesis

Pada pasien dengan suspek hemothorax, riwayat yang perlu dibedakan adalah apakah penyebab hemothorax traumatik atau nontraumatik. Apabila pasien datang dengan trauma, maka tanyakan mekanisme trauma, serta riwayat pembedahan pada regio thorax sebelumnya. Apabila penyebab hemothorax dicurigai nontraumatik maka tanyakan faktor risiko pasien.

Nyeri dada dan sesak merupakan gejala paling sering dikeluhkan pada pasien hemothorax. Namun, bila darah yang terakumulasi di rongga pleura sangat banyak, akan didapatkan gejala syok.[1,6]

Pemeriksaan Fisik

Temuan pemeriksaan fisik pada kasus hemothorax bervariasi tergantung dari penyebabnya. Hal yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan fisik adalah sering terlewatnya perdarahan apabila <500 ml pada regio sudut kostofrenikus, terutama jika pasien diperiksa dalam posisi supinasi. Maka dari itu pemeriksaan fisik pada pasien hemothorax sebaiknya dilakukan pada posisi duduk atau posisi Trendelenburg.

Pada pemeriksaan fisik akan didapatkan dyspnea dan tachypnea. Kemudian pada auskultasi dapat terdengar suara napas ipsilateral atau redupnya suara napas pada lobus bawah paru, dan pada perkusi akan terdengar dull.

Apabila terjadi syok, akan didapatkan hipotensi, takikardi, dan tanda gangguan perfusi lainnya.

Pada pemeriksaan fisik pasien dengan multitrauma atau cedera thorax, perlu ditentukan apakah terdapat jejas atau diskontinuitas tulang yang merupakan faktor risiko hemothorax.[1,6]

Diagnosis Banding

Adanya cairan di rongga pleura, seperti pada kondisi efusi pleura dan empiema, merupakan diagnosis banding hemothorax.

Efusi Pleura

Efusi pleura merupakan akumulasi cairan yang berlebih dan terdapat pada rongga pleura yang diakibatkan oleh produksi yang berlebih serta rendahnya absorpsi cairan pada paru-paru. Untuk membedakan efusi pleura dan hemothorax dapat dilakukan analisis cairan pleura, bila terdapat >50% hematokrit, maka dapat digolongkan sebagai hemothorax.[10-11]

Empiema

Empiema adalah kondisi di mana terdapat cairan purulent pada rongga pleura. Hal ini umumnya dikaitkan dengan pneumonia, namun dapat juga berupa komplikasi lanjutan dari tindakan bedah thorax atau trauma pada thorax. Untuk membedakan empiema dan hemothorax dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium. Diagnosis empiema dapat ditegakkan apabila terdapat:

  • Drainase purulent
  • Kultur positif dari cairan pleura
  • Leukosit >50.000/mmc
  • LDH pada pleura >1000 IU/L
  • pH < 7.2
  • Glukosa < 40mg/dL[10,12]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang sangat penting dalam diagnosis hemothorax, karena dapat mengidentifikasi adanya darah di rongga pleura, serta membedakan darah dengan udara ataupun cairan lain.

Rontgen Thorax

Pemeriksaan rontgen thorax dalam posisi erect adalah pemeriksaan penunjang inisial pilihan untuk evaluasi hemothorax. Namun, apabila pasien tidak bisa diperiksa dengan posisi tegak, maka posisi supinasi boleh digunakan.  Pada pasien dengan hemothorax akan didapatkan gambaran lusensi yang membuat gambaran tumpul pada sudut kostofrenikus.

Darah dalam jumlah yang sedikit, sulit diidentifikasi menggunakan rontgen thorax karena terhalang oleh diafragma atau viscera abdomen. Selain itu, rontgen posisi supinasi juga akan menyulitkan diagnosis karena darah akan menyebar pada lapisan cavum pleura dan mungkin hanya muncul sebagai kabut kecil yang samar.[2]

CT Scan

CT scan digunakan pada perdarahan yang sangat sedikit sehingga gambaran rontgen thorax meragukan, atau pada keadaan dimana gambaran rontgen thorax menunjukkan hemothorax persisten. Adanya hasil CT scan yang menunjukkan cairan pada cavum pleura harus dianggap sebagai darah, sampai terbukti bukan.[2,4,6]

USG

Dalam dekade terakhir, ultrasonografi (USG) umum digunakan pada situasi gawat darurat sebagai alat diagnostik pertama di unit trauma. Kelebihan dari ultrasonografi adalah dapat mendeteksi hemothorax lebih cepat dibandingkan rontgen thorax maupun CT scan. Dilaporkan bahwa USG memiliki sensitivitas 92% dan spesifisitas 100% dalam mendeteksi hemothorax. [2]

Kekurangan dari USG adalah alat ini tidak dapat mendeteksi cedera yang terkait dengan hemothorax yang dapat diidentifikasi melalui rontgen dan CT scan, seperti adanya fraktur, pembesaran mediastinum, serta pneumothorax.[4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Mahoozi HR, Volmerig J, Hecker E. Modern Management of Traumatic Hemothorax. J Trauma Treat. 2016;5(3).
2. Broderick SR. Hemothorax Etiology , Diagnosis , and Management. 2013;23:89–96.
4. Mowery NT, Gunter OL, Collier BR, Diaz JJ. Practice Management Guidelines for Management of Hemothorax and Occult Pneumothorax. 2011;70(2):510–8.
6. Mancini M. Hemothorax. In: Medscape. Medscape; 2022. https://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a5
10. Liu F, Huang YC, Ng YB, Liang JH. Differentiate pleural effusion from hemothorax after blunt chest trauma; comparison of computed tomography attenuation values. J Acute Med. 2016;6(1):1–6. http://dx.doi.org/10.1016/j.jacme.2015.12.001
11. Deakin CD. Chronic illness masquerading as acute injury in pre-hospital care. Resuscitation. 2008;76(3):465–7.
12. Ahmed A, Yacoub T. Clinical Medicine Insights : Circulatory , Respiratory and Pulmonary Medicine: Empyema Thoracis. Clin Med Insights Circ Respir Pulm Med. 2010;4:1–8.

Epidemiologi Hemothorax
Penatalaksanaan Hemothorax
Diskusi Terkait
dr.Faiz Nurboston Fauzi
30 November 2018
Kasus Hematothorax pasca trauma, apakah pasien ini perlu dirujuk ke bedah thoraks?
Oleh: dr.Faiz Nurboston Fauzi
21 Balasan
Selamat siang TS, mau sharing pengalaman yang saya temukan.16/11/18 Px Laki laki/ 30th dtg post KLL kondisi pasien GCS 456, TTV stabil, hanya terdapat v...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.