Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Hemothorax general_alomedika 2022-12-09T07:43:21+07:00 2022-12-09T07:43:21+07:00
Hemothorax
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Hemothorax

Oleh :
dr. Amelia Febrina
Share To Social Media:

Penatalaksanaan hemothorax berupa tata laksana awal untuk stabilisasi hemodinamik sesuai dengan protokol Advanced Trauma Life Saving (ATLS), dan evakuasi perdarahan pada ruang pleura dengan menggunakan thoracostomy. Selain itu, tata laksana lanjutan dapat berupa fibrinolisis intrapleural ataupun pembedahan seperti thoracotomy sesuai indikasi.

Penatalaksanaan Awal

Tujuan dari tata laksana awal pada pasien hemothorax bertujuan untuk stabilisasi hemodinamik dan evakuasi darah dari pleura dengan thoracostomy. Survei primer dilakukan untuk stabilisasi sumbatan jalan napas, gangguan pernapasan maupun gangguan sirkulasi. Setelah jalan napas, gangguan pernapasan, dan sirkulasi diamankan, segera lakukan rontgen thorax.[6]

Apabila pada rontgen thorax didapatkan perdarahan masif yang menutupi sulkus kostofrenikus atau terdapat pneumothorax, maka pemasangan kateter interkostal diperlukan.[6]

Pemberian antibiotik profilaksis dan penggunaan video-assisted thoracoscopic surgery (VATS) pada situasi akut hemothorax masih menjadi kontroversi.[6]

Thoracostomy

Thoracostomy  atau kateter interskostal merupakan tata laksana awal hemothorax. Kateter interkostal dimasukan ke dalam rongga pleura untuk mendrainase darah, udara, pus maupun cairan lainnya. Ukuran tabung yang biasa digunakan adalah 36 F, namun beberapa penelitian membuktikan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ukuran 28-32F dengan 36-40F pada trauma thorax.

Kateter interkostal diarahkan ke posterior mempertimbangkan pergerakkan darah ke arah posterior pada pasien supinasi. Kateter interkostal umumnya dimasukkan pada sela iga ke-6 atau ke-7 pada linea midaksilaris.

Setelah pemasangan kateter interkostal, sebaiknya dilakukan rontgen thorax ulang untuk mengevaluasi posisi kateter interkostal dan menentukan jumlah hemothorax yang tersisa.[4]

Apabila terdapat darah yang menetap setelah 72 jam, tidak dianjurkan untuk melakukan pemasangan kateter interkostal kedua, melainkan segera dilakukan video-assisted thoracoscopic surgery (VATS).[2,4,7]

Antibiotik Profilaksis

Pemberian antibiotik pada pasien hemothorax dianjurkan untuk mengurangi risiko terjadi komplikasi infeksius. Pedoman dari The Eastern Association for Trauma merekomendasikan penggunaan antibiotik sefalosporin generasi pertama dalam 24 jam pada pasien dengan kateter interkostal. Namun apabila sudah terjadi empiema maka antibiotik yang direkomendasikan adalah yang spesifik untuk bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus.

Pemberian antibiotik dapat mengurangi angka kejadian pneumonia dari 14,8% menjadi 4,1%, dan empiema dari 8,7% menjadi 0,8%.[7]

Video-Assisted Thoracoscopic Surgery (VATS)

VATS merupakan tata laksana lini pertama pada kasus retained hemothorax untuk mengevakuasi darah yang menggumpal dan tidak bisa dievakuasi oleh kateter interkostal. Apabila dibandingkan dengan thoracostomy, VATS memiliki komplikasi post operatif yang lebih sedikit serta lama rawat inap yang lebih pendek.[2,6]

Pembedahan

Pembedahan dengan thoracotomy dilakukan apabila terdapat salah satu temuan berikut:

  • Evakuasi darah >1000 mL pada thoracostomy, yang sudah termasuk sebagai hemothorax masif
  • Perdarahan mencapai 150-200 mL/jam dalam waktu 2-4 jam
  • Transfusi darah berulang untuk menjaga kestabilan hemodinamik

Selain itu, pembedahan juga dilakukan apabila:

  • Terdapat gumpalan hemothorax yang tidak dapat di evakuasi
  • Cardiac tamponade
  • Defek pada dinding dada
  • Kebocoran udara atau ekspansi paru yang tidak adekuat meskipun telah dilakukan drainase
  • Cedera pada pembuluh darah besar, esofagus, diafragma, serta jantung[1,7-9]

Terapi Fibrinolitik Intrapleural

Terapi fibrinolitik intrapleural merupakan terapi nonoperatif yang dapat dilakukan untuk mengevakuasi residu gumpalan darah serta memecah perlengketan jika kateter interkostal tidak adekuat mengatasi hemothorax. Terapi ini dilakukan untuk mengurangi risiko lung entrapment, fibrothorax kronis, gangguan fungsi paru, serta infeksi yang diakibatkan retensi darah pada paru.

Fibrinolitik yang digunakan adalah streptokinase (250,000 IU), urokinase (100,000 IU atau 250,000 IU), atau tissue plasminogen activator (TPA). Terapi fibrinolitik intrapleura dapat diberikan selama 2-9 hari untuk streptokinase, dan 2-15 hari untuk urokinase.[7]

Meski demikian, terapi ini bukan terapi yang rutin dilakukan karena diasosiasikan dengan durasi rawat inap dan risiko yang lebih tinggi.[9]

 

 

Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja

Referensi

1. Mahoozi HR, Volmerig J, Hecker E. Modern Management of Traumatic Hemothorax. J Trauma Treat. 2016;5(3).
2. Broderick SR. Hemothorax Etiology , Diagnosis , and Management. 2013;23:89–96.
4. Mowery NT, Gunter OL, Collier BR, Diaz JJ. Practice Management Guidelines for Management of Hemothorax and Occult Pneumothorax. 2011;70(2):510–8.
6. Mancini M. Hemothorax. In: Medscape. Medscape; 2022. https://emedicine.medscape.com/article/2047916-overview#a5
7. Boersma WG, Stigt JA, Smit HJM. Treatment of haemothorax. Respir Med. 2010;104(11):1583–7. http://dx.doi.org/10.1016/j.rmed.2010.08.006
8. Karmy-Jones R, Jurkovich G, Nathens A. Timing of Urgent Thoracotomy for Hemorrhage After Trauma. 2012;136(May 2001).
9. Pumarejo Gomez L, Tran VH. Hemothorax. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK538219/

Diagnosis Hemothorax
Prognosis Hemothorax
Diskusi Terkait
dr.Faiz Nurboston Fauzi
30 November 2018
Kasus Hematothorax pasca trauma, apakah pasien ini perlu dirujuk ke bedah thoraks?
Oleh: dr.Faiz Nurboston Fauzi
21 Balasan
Selamat siang TS, mau sharing pengalaman yang saya temukan.16/11/18 Px Laki laki/ 30th dtg post KLL kondisi pasien GCS 456, TTV stabil, hanya terdapat v...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.