Penatalaksanaan Insufisiensi Vena Kronik
Penatalaksanaan insufisiensi vena kronik bertujuan untuk meredakan gejala, mencegah sekuele dan komplikasi, serta membantu penyembuhan ulkus. Penatalaksanaan insufisiensi vena kronik dibedakan menjadi noninvasif dan invasif. Hingga kini belum ada terapi farmakologi yang terbukti efektif untuk insufisiensi vena kronik. Tata laksana noninvasif dengan stoking kompresi disarankan menjadi pilihan pertama tata laksana.[2,4,18]
Penatalaksanaan Noninvasif
Penatalaksanaan noninvasif untuk insufisiensi vena kronik adalah menggunakan gradient compression stocking dengan tekanan 30-40 atau 40-50 mmHg pada pergelangan kaki, dengan tekanan yang semakin berkurang ke arah proksimal tungkai (ada perbedaan tekanan / gradien antara proksimal dan distal tungkai).
Pada kebanyakan pasien, penggunaan compression stocking sudah cukup untuk mengembalikan aliran balik vena. Perlu dicatat bahwa kuncinya adalah perbedaan gradien tekanan, sehingga penggunaan gradient compression stocking tidak bisa digantikan dengan nongradient stocking atau elastic bandage, yang justru menyebabkan tourniquet effect dan memperburuk insufisiensi vena.[2,4,9]
Elevasi Tungkai
Elevasi tungkai merupakan intervensi sederhana namun efektif untuk meningkatkan aliran balik vena dengan memanfaatkan gravitasi untuk menurunkan tekanan vena. Pasien dianjurkan untuk mengangkat tungkai setidaknya 30 menit, 3–4 kali per hari, atau mengistirahatkan kaki dengan posisi lebih tinggi dari jantung saat berbaring.[4]
Latihan Fisik
Aktivitas fisik, terutama yang meningkatkan kekuatan otot betis dan mobilitas pergelangan kaki, dapat memperbaiki fungsi calf muscle pump, meningkatkan aliran balik vena, serta menurunkan edema.
Latihan seperti jalan rutin, calf raises, dan mobilisasi pergelangan kaki dianjurkan karena terbukti memperbaiki hemodinamika vena meskipun penelitian berskala besar masih terbatas. Fisioterapi juga dapat membantu meningkatkan mobilitas, mendukung penurunan berat badan, dan mengurangi gejala serta post-thrombotic syndrome (PTS).[4]
Kompresi
Compression stocking atau stoking kompresi adalah terapi utama pada insufisiensi vena kronik. Prosedur ini bekerja dengan memberikan tekanan bertahap (lebih tinggi di pergelangan kaki, menurun ke atas) untuk meningkatkan aliran balik vena dan mengurangi edema.
Untuk gejala ringan–sedang (C1–C3), rekomendasi tekanan ≥15 mmHg, sedangkan untuk edema, lipodermatosklerosis, dan PTS (C3–C4b) dianjurkan 20–40 mmHg di pergelangan kaki. Pemilihan panjang stoking (knee-high vs thigh-high) disesuaikan dengan lokasi edema, tetapi sebagian besar kasus menggunakan knee-high.
Kepatuhan menjadi halangan utama terapi ini, utamanya akibat keluhan panas, nyeri, tidak nyaman, serta kesulitan memasang–melepas stoking. Edukasi pasien sangat penting untuk memastikan penggunaan kompresi yang konsisten.[4]
Pilihan Terapi Noninvasif Lainnya
Intermittent pneumatic compression (IPC) dapat digunakan sebagai terapi adjuvan bila kompresi kontinu tidak ditoleransi. Pada PTS, IPC dapat meredakan gejala meskipun data penelitian masih terbatas.
Pilhan terapi lain adalah neuromuscular electrical stimulation. Metode ini merangsang kontraksi otot betis secara elektrik sehingga meningkatkan pengosongan vena profunda dan aliran vena. Meskipun penelitian menunjukkan peningkatan parameter hemodinamika vena, bukti untuk penurunan volume tungkai atau perbaikan gejala masih terbatas.
Tension-free compression, misalnya melalui perendaman air atau perangkat yang mengaplikasikan cairan bertekanan, dapat menghasilkan tekanan tinggi secara merata tanpa ketidaknyamanan. Teknik ini dilaporkan meningkatkan hemodinamika vena dan mengurangi volume tungkai pada edema, namun perangkatnya masih bersifat eksperimental dan belum tersedia secara luas.[4]
Farmakoterapi
Terapi farmakologi pada insufisiensi vena kronik adalah menggunakan venoactive drugs (VAD), yaitu kelompok obat alami maupun sintetik yang bekerja dengan menurunkan permeabilitas kapiler, mengurangi mediator inflamasi, serta meningkatkan tonus vena. Meski demikian, manfaat farmakoterapi dalam manajemen insufisiensi vena kronik masih menimbulkan kontroversi karena heterogenitas bukti.
Telah ada tinjauan Cochrane yang menunjukkan bahwa dibandingkan plasebo, VAD dapat memperbaiki gejala seperti nyeri, kram, rasa berat, parestesia, dan edema, meskipun efeknya pada kualitas hidup tidak konsisten dan terdapat peningkatan kecil efek samping. Beberapa contoh farmakoterapi yang telah diteliti adalah Ruscus extract, micronised purified flavonoid fraction (MPFF), calcium dobesilate, hydroxyethylrutoside, red vine leaf extract, dan sulodexide.
Secara klinis, VAD umumnya ditoleransi dengan baik, memiliki efek samping jarang dan biasanya ringan, serta relatif murah. Meski begitu, mengingat masih kurangnya basis bukti, keputusan terkait penggunaannya perlu mempertimbangkan manfaat dan risiko pada masing-masing kasus. Perlu dicatat pula bahwa farmakoterapi ini tidak menggantikan terapi utama seperti kompresi dan modifikasi gaya hidup.[4]
Penatalaksanaan Invasif
Penatalaksanaan invasif untuk insufisiensi vena kronik adalah dengan venoablasi, yang ditujukan untuk pasien dengan ulkus tungkai refrakter. Venoablasi dapat dilakukan secara endovena maupun operatif dengan tujuan untuk mengkoreksi insufisiensi vena dengan membuang atau menutup jalur refluks utama dari jalur aliran balik vena.[2,4,9]
Ada berbagai teknik venoablasi yang dilakukan, tetapi yang tersering adalah stab avulsion atau phlebectomy.
Ligation with stripping: bagian vena yang refluks diligasi dari jalur vena utamanya kemudian dilakukan diseksi, misalnya ligasi dan diseksi vena saphena magna dari vena femoralis, atau vena saphena parva dari vena popliteal
Simple ligation and division: bagian vena yang refluks diligasi dan dipotong dari jalur vena utamanya sehingga bagian vena tersebut tidak berfungsi lagi (terpisah dari jalurnya), namun vena tersebut tidak diangkat
Sclerotherapy (dengan atau tanpa ligasi): injeksi zat sklerosan ke vena yang refluks untuk memicu kerusakan endotel dan fibrosis, umumnya untuk lesi telangiektasis
Stab avulsion atau phlebectomy (dengan atau tanpa ligasi): insisi kecil kulit, lalu vena dicungkil ke luar kulit dengan phlebectomy hook dan dipotong. Bila dengan diligasi, kedua sisi diklem sebelum dipotong, baru dilligasi.
Radiofrequency ablation (RFA): seperti kateter intravena dimasukkan ke vena yang refluks melalui insisi kulit, kemudian energi radiofrekuensi dipancarkan untuk memanaskan dan merusak dinding vena dalam untuk menutup vena
Endovenous laser therapy (EVLT): laser fiber (seperti guidewire) dimasukkan intravena ke vena yang refluks, kemudian laser dipancarkan sepanjang jalur vena tersebut untuk memicu fibrosis.[2,4,7,9]
Penatalaksanaan Ulkus Venosus
Insufisiensi vena kronik dapat menimbulkan ulkus venosus. Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengobati ulkus venosus adalah dengan terapi kompresi, elevasi kaki.[4,19]
Stoking Kompresi
Terapi stoking kompresi seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah pilihan dalam mengobati ulkus venosus. Terapi kompresi mampu menurunkan edema, memperbaiki refluks vena, meningkatkan penyembuhan ulkus, dan mengurangi keluhan nyeri. Angka kesembuhan ulkus venosus yang diobati dengan terapi kompresi berkisar 30-60% dalam 24 minggu, dan 70-85% setelah 1 tahun.[4,19]
Elevasi Kaki
Elevasi kaki jika digunakan sebagai kombinasi dengan stoking kompresi dilaporkan mampu mempercepat penyembuhan ulkus. Elevasi kaki dilakukan dengan mengangkat ekstremitas bawah lebih tinggi dari jantung dengan tujuan mengurangi edema, memperbaiki mikrosirkulasi, dan memperbaiki oksigenasi. Suatu studi menunjukan bahwa elevasi kaki dapat meningkatkan Doppler flux 45%. Elevasi kaki disarankan dilakukan selama 30 menit, 3-4 kali sehari.[4,19]
Perawatan Luka
Perawatan luka dilakukan sebagaimana merawat ulkus. Dapat digunakan dressing luka seperti hidrokoloid, hidrogel, dan nonadherent dressing lain. Vacuum-assisted closure dilaporkan mampu mengurangi kedalaman dan volume luka dibandingkan penggunaan dressing saja.[4,19]
Medikamentosa
Antibiotik oral tidak disarankan untuk digunakan secara rutin pada ulkus venosus. Antibiotik oral dapat digunakan jika terjadi selulitis.
Jika tidak ada kontraindikasi, aspirin 300 mg per hari dikombinasikan dengan terapi kompresi, dilaporkan dapat mempercepat penyembuhan ulkus dan mengurangi ukuran ulkus venosus.[4,19]
Tindakan Bedah
Pasien dengan ulkus venosus akibat insufisiensi vena kronik dapat memerlukan tindakan bedah seperti debridement dan skin graft.[19]
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha