Patofisiologi Melasma
Patofisiologi melasma dipengaruhi dan melibatkan banyak faktor. Faktor-faktor utama yang diduga berperan dalam terjadinya melasma adalah paparan radiasi sinar ultraviolet. Selain itu, faktor genetik dan faktor hormonal dinilai juga berkaitan dengan melasma.[3-5]
Paparan Sinar Ultraviolet
Radiasi sinar UV meningkatkan melanogenesis, yang diawali dengan proses peningkatan produksi alpha melanocyte stimulating hormone/ α-MSH, korikotropin, interleukin-1, dan endotelin-1, yang kemudian meningkatkan jumlah melanin yang diproduksi oleh melanosit intraepidermal.
Peningkatan melanin dapat ditemukan pada lapisan kulit dermis, epidermis, atau keduanya. Melanin epidermal berlokasi di keratinosit pada bagian basal dan suprabasal epidermis, sedangkan melanin dermal berlokasi pada bagian superfisial dan lapisan tengah dermis di dalam makrofag yang berkumpul di sekitar pembuluh-pembuluh darah kecil yang terdilatasi.[3,4]
Faktor Genetik
Faktor genetik diduga merupakan faktor utama penyebab melasma. Sekitar 55–64% pasien melasma memiliki riwayat keluarga yang mengalami kondisi ini. Namun, faktor genetik ternyata juga didukung oleh faktor predisposisi lain seperti paparan sinar UV.
Seseorang dengan riwayat keluarga yang mengalami melasma, dengan tipe kulit tertentu, dan sering terpapar sinar matahari sangat berisiko untuk mengalami melasma. Melasma lebih sering terjadi pada tipe kulit IV–VI berdasarkan klasifikasi Fitzpatrick. Tipe IV–VI masuk kedalam kategori warna kulit cokelat muda (IV), cokelat (V), dan cokelat tua atau kulit hitam (VI).[3,4]
Faktor Hormonal
Hormon yang berperan dalam proses terjadinya melasma adalah estrogen dan progesterone. Hal ini yang melatarbelakangi mengapa melasma paling sering terjadi pada wanita (sekitar 90% kasus). Kondisi kehamilan dapat mencetuskan terjadinya melasma dan memperburuk melasma pada pasien yang sudah mengalaminya sebelum kehamilan.
Penggunaan pil kontrasepsi juga dapat memicu atau memperburuk melasma. Beberapa hormon seperti estrogen, estradiol, dan progesteron berperan dalam proses regulasi pigmentasi kulit, terutama estradiol.
Estradiol meningkatkan regulasi tirosinase (enzim yang berperan dalam proses melanogenesis) serta transkripsi tyrosinase-related protein- 1/TRP1 dan tyrosinase-related protein-2/TRP2. Pada kehamilan trimester ketiga, kadar hormon estrogen, progesteron, dan melanocyte stimulating hormone meningkat.[4,5]