Menangani Rekan Sejawat - Diskusi Dokter

general_alomedika

https://www.alomedika.com/dilema-menangani-rekan-sejawat Ada tiga tantangan utama dalam merawat sejawat dokter, yaitu: Ada beberapa hal yang harus dilakukan...

Diskusi Dokter

13 Februari 2019, 14:19
Kalau sebagai psikolog sering juga membantu teman sejawat melihat kondisi psikologis sebagai bantuan melihat suatu kondisi lebih rasional.

Malah kalau dalam dunia psikolog kita menghindari menangani saudara sendiri atau yang memiliki kaitan emosi karena dikhawatirkan muncul hubungan majemuk sehingga bias dalam menganalisa.
13 Februari 2019, 14:36
Ya Pak,  Saya sependapat,  namun Saya sendiri kurang paham mengapa saat kita menangani keluarga sendiri,  kita tidak bisa objektif, malah terkesan memikirkan yang tidak-tidak. 
13 Februari 2019, 15:44
13 Februari 2019, 14:36
Ya Pak,  Saya sependapat,  namun Saya sendiri kurang paham mengapa saat kita menangani keluarga sendiri,  kita tidak bisa objektif, malah terkesan memikirkan yang tidak-tidak. 
Iya dokter,keluar sedikit dari konteks sejawat sejawat, sepertinya umum terjadi saat menangani keluarga sendiri terutama keluarga kita yang dekat, maka posisi kita menjadi dilematis, dalam memberikan penjelasan, pun dalam penatalaksanaannya. 
Terimakasih pak Delfi,M.Psi untuk penjelasannya. 😊
13 Februari 2019, 21:37
Sama-sama dokter. 😊
13 Februari 2019, 16:23
dr. William
dr. William
Dokter Umum

Alo dr. Magfirah. Terkait masalah mengutarakan identitas atau tidak, saya jadi terpikirkan satu isu lain nih. Apakah kalau pasiennya adalah TS, kita tetap memungut jasa dokter atau membuat jasa dokternya free of charge ya? Aturannya sebenarnya bagaimana sih?

Saya sendiri ketika berobat cenderung tidak menyebutkan identitas saya karena sungkan kalau sampai dibuat foc sama dokternya..

13 Februari 2019, 17:47
Alo Dokter,

Bisa Dok ga di FOC meski tau sama TS, kalau pake bpjs
13 Februari 2019, 14:44
13 Februari 2019, 14:36
Ya Pak,  Saya sependapat,  namun Saya sendiri kurang paham mengapa saat kita menangani keluarga sendiri,  kita tidak bisa objektif, malah terkesan memikirkan yang tidak-tidak. 
Karena ada keterlibatan emosi, sudah mengenal lama serta jika dengan keluarga sendiri memiliki rasa khawatir yg beda dan perasaan takut kehilangan sehingga menjadi subjektif dalam penanganan.
13 Februari 2019, 15:54
Terkait bahasan yang diangkat dr. Andre, saya sendiri seringkali menghadapi menjadi pasien untuk rekan sejawat spesialis, untuk sejawat spesialis yang sudah mengenal kita terlebih dahulu misal karena sama sama bekerja diRS yang sama, maka hubungan yang terjalin saya rasakan lebih santai, penjelasan yang diberikan pun jadi lebih mudah untuk diterima dan lebih nyaman untuk bertanya suatu hal dengan lebih detail. 

Saat pindah ke kota baru, bertemu dengan sejawat dokter yg sama sekali belum mengenal kita, jika tidak ditanya secara detail dibagian pendaftaran maka saya tidak selalu mengutarakan identitas saya sebagai dokter secara terang terangan. Kecuali jika memang digali saat di pendaftaran. 😊
13 Februari 2019, 17:27
Ada jokes dikalangan psikolog.

Bahwa jangan menikahi sesama psikolog karena  akan saling adu ilmu analisa.
Hehehe...
14 Februari 2019, 11:46
13 Februari 2019, 16:23

Alo dr. Magfirah. Terkait masalah mengutarakan identitas atau tidak, saya jadi terpikirkan satu isu lain nih. Apakah kalau pasiennya adalah TS, kita tetap memungut jasa dokter atau membuat jasa dokternya free of charge ya? Aturannya sebenarnya bagaimana sih?

Saya sendiri ketika berobat cenderung tidak menyebutkan identitas saya karena sungkan kalau sampai dibuat foc sama dokternya..

Mengenai aturan legalnya saya rasa tidak ada ya dokter. Namun dikota saya sebelumnya,  dibuat semacam kesepakatan bersama di IDI setempat, bahwa dokter dan kedua orang tuanya free of charge. Saya tidak tahu apakah aturan semacam ini memang tertulis atau hanya sebatas kesepakatan saja. 😊