Pasien laki-laki usia 55 tahun dengan hipertensi dan Chronic Kidney Disease (konservatif) - Diskusi Dokter

general_alomedika

Izin share y sejawat, untuk diskusi. Saya ada pasien laki2 umur 55 tahun. Sudah lama menderita HT, obat rutin selama ini betablok 50 mg 1x1 setiap hari. 1...

Diskusi Dokter

  • Kembali ke komunitas
  • Pasien laki-laki usia 55 tahun dengan hipertensi dan Chronic Kidney Disease (konservatif)

    Dibalas 18 Januari 2021, 09:16
    Anonymous
    Anonymous
    Dokter Umum

    Izin share y sejawat, untuk diskusi. Saya ada pasien laki2 umur 55 tahun. Sudah lama menderita HT, obat rutin selama ini betablok 50 mg 1x1 setiap hari. 1 tahun ini pasien mengaku di diagnosis dengan CKD, dengan ureum/kreatinin 143/5,6. 1 tahun ini tensi pasien menjadi tidak terkontrol, kadanv bs naik hingga 190/90. Dan sering mengalami hiponatremia. Os mengeluhkan kaki bengkak jika mengkonsumsi golongan CCB, dan golongan acei os juga batuk2. Obat rutin pasien untuk sementara ini adalat oros 30 mg 1x1 pagi, atenolol 50 mg siang, dan ibresartan 300 mg malam. Os mengaku selama konsumsi ibresartan sepertinya tensi na tidak turun. Menurut sejawat lain, apa kira2 pilihan obat HT yg bisa kita lasih ke pasien tersebut, tetapi aman untuk ginjal nya? Terima kasih TS

18 Januari 2021, 09:16

Alo Dokter

Izin ikut berdiskusi ya. Untuk pasien dengan hipertensi tidak terkontrol dan CKD ini, apakah telah diperiksa ada stenosis arteri ginjal atau penyebab underlying lainnya? Apakah penyebab hiponatremia juga telah diinvestigasi?

Untuk manajemen hipertensi pada pasien CKD meliputi manajemen gaya hidup seperti diet DASH, penurunan berat badan, dan olahraga. Pengurangan intake natrium biasanya disarankan, tetapi dokter perlu menginvestigasi penyebab hiponatremia pada pasien ini dulu sebelum menyarankan hal tersebut.

Secara farmakologi, bila obat ACE-I menyebabkan efek samping batuk, dapat diganti dengan obat ARB (angiontensin receptor blocker) atau diuretik. Obat golongan CCB dapat digunakan yang jenis non-dihydropyridine bila ada edema perifer (contohnya diltiazem atau verapamil).

Mengingat kasus ini cukup kompleks, saran pasien dirujuk ke dokter nefrologis atau bila tidak ada, dokter spesialis penyakit dalam, untuk mencari tahu penyebab underlying dari hipertensi tidak terkontrolnya dan untuk mengoptimalkan manajemen CKD dan hipertensinya.

Untuk referensi lebih lengkapnya dapat dilihat di link berikut ya, Dok:

https://www.ajkd.org/article/S0272-6386%2819%2930094-0/fulltext