Keamanan, Tolerabilitas, dan Imunogenisitas Vaksin COVID-19 Sinovac pada Anak dan Remaja Sehat -Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr.Ciho Olfriani

Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2 vaccine (CoronaVac) in healthy children and adolescents: a double-blind, randomised, controlled, phase 1/2 clinical trial

Han B, Song Y, Li C, et al. Safety, tolerability, and immunogenicity of an inactivated SARS-CoV-2 vaccine (CoronaVac) in healthy children and adolescents: a double-blind, randomised, controlled, phase 1/2 clinical trial. Lancet Infect Dis. 2021 Dec;21(12):1645-1653. doi: 10.1016/S1473-3099(21)00319-4.

Abstrak

Latar Belakang: Vaksin SARS-CoV-2 untuk anak-anak dan remaja akan berperan penting untuk mengendalikan pandemi COVID-19. Di studi ini, peneliti bertujuan untuk menilai keamanan, tolerabilitas, dan imunogenisitas dari kandidat vaksin COVID-19, yaitu vaksin COVID-19 Sinovac, yang mengandung virus SARS-CoV-2 inaktif pada anak dan remaja yang berusia 3-17 tahun.

Kemenkes ft Alodokter Alomedika 650x250

Metode: Peneliti melakukan uji klinis fase 1/2 acak terkontrol, buta ganda, menggunakan vaksin COVID-19 Sinovac atau disebut juga CoronaVac pada anak dan remaja berusia 3-17 tahun yang sehat di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Provinsi Hebei di Zanhuang, Cina. Individu yang terpajan SARS-CoV-2 atau memiliki riwayat COVID-19 dieksklusi. Vaksin uji (dalam ajuvan 0,5 mL aluminium hydroxide) atau aluminium hydroxide saja (alum saja, sebagai kontrol) diberikan melalui injeksi intramuskular dalam 2 dosis (hari ke-0 dan hari ke-28). Peneliti melakukan uji klinis fase 1 pada 72 partisipan dengan deeskalasi usia dalam 3 grup dan eskalasi dosis dalam 2 blok (1,5 μg atau 3 μg per injeksi).

Dalam setiap blok, partisipan dialokasikan secara acak (3:1) dengan randomisasi blok untuk mendapatkan vaksin COVID-19 Sinovac atau alum saja. Pada fase 2, partisipan dialokasikan secara acak (2:2:1) dengan randomisasi blok untuk mendapatkan vaksin COVID-19 Sinovac dengan dosis 1,5 μg, 3 μg, atau alum saja.

Semua partisipan, investigator, dan staf laboratorium dibutakan selama pengalokasian kelompok. Titik akhir keamanan utama adalah kejadian tidak diharapkan dalam 28 hari setelah tiap penyuntikan pada semua partisipan yang mendapat setidaknya 1 dosis. Titik akhir imunogenisitas primer dinilai dalam populasi per protocol adalah tingkat serokonversi antibodi penetralisir SARS-CoV-2 pada 28 hari setelah injeksi kedua. Studi ini sedang berlangsung dan terdaftar di ClinicalTrials.gov, NCT04551547.

Temuan: Sejak 31 Oktober 2020 hingga 2 Desember 2020, 72 partisipan menjalani penelitian fase 1, dan antara 12-30 Desember 2020, 480 partisipan menjalani studi fase 2. Sebanyak 550 peserta menerima setidaknya 1 dosis vaksin atau alum saja (n=71 untuk fase 1 dan n=479 untuk fase 2; keamanan populasi). Dalam profil keamanan kombinasi antara fase 1 dan 2, kejadian tidak diharapkan dalam bentuk apa pun terjadi pada 56 (26%) dari 219 partisipan dalam grup 1,5 μg, 63 (29%) dari 217 dalam grup 3,0 μg, dan 27 (24%) dari 114 dalam grup alum saja, tanpa perbedaan yang signifikan (p=0,55).

Sebagian besar kejadian tidak diharapkan memiliki tingkat keparahan ringan hingga sedang. Nyeri di lokasi penyuntikan merupakan kejadian yang paling sering dilaporkan (73 [13%] dari 550 partisipan), yang terjadi pada 36 (16%) dari 219 partisipan dalam grup 1,5 μg, dan 2 (2%) partisipan dalam grup alum saja. Pada 12 Juni 2021, hanya 1 serious adverse event, yaitu pneumonia, yang dilaporkan terjadi pada grup alum saja, di mana dinilai tidak berkaitan dengan vaksinasi.

Pada fase 1, serokonversi dari antibodi penetralisir setelah dosis kedua diamati pada 27 dari 27 partisipan (100·0% [95% CI 87·2–100·0]) pada grup 1,5 μg dan 26 dari 26 partisipan (100·0% [86·8-100·0]) pada grup 3,0 μg, dengan titer rerata geometric dari 55,0 (95% CI 38·9–77·9) dan 117,4 (87·8–157·0).

Pada fase 2, serokonversi terlihat pada 180 dari 186 partisipan (96·8% [93·1–98·8]) dalam grup 1,5 μg serta 180 dari 180 partisipan (100·0% [98·0–100·0]) dalam grup 3,0 μg, dengan titer rerata geometric 86,4 (73·9–101·0) dan 142,2 (124,7-162,1). Tidak terdapat respons antibodi yang terdeteksi pada grup alum saja.

Interpretasi: Vaksin COVID-19 Sinovac aman, dapat ditoleransi, dan dapat menginduksi respons humoral pada anak-anak dan remaja berusia 3-17 tahun. Titer antibodi penetralisir yang diinduksi oleh dosis 3,0 μg lebih tinggi daripada dosis 1,5 μg. Hasil ini mendukung penelitian lebih lanjut terhadap penggunaan dosis 3,0 μg dengan 2 kali pemberian pada anak dan remaja.

Keamanan Tolerabilitas dan Imunogenisitas Vaksin COVID19 Sinovac pada Anak dan Remaja Sehat-min

Ulasan Alomedika

Infeksi SARS-CoV-2 pada anak dan remaja umumnya bersifat asimtomatik atau ringan. Namun, sejumlah kecil anak-anak dan remaja mungkin berisiko mengalami COVID-19 gejala berat, terutama yang memiliki komorbiditas mendasar. Beberapa studi juga melaporkan bahwa COVID-19 pada anak dapat mengarah ke komplikasi yang serius, yaitu multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C), yang meliputi disfungsi miokard, syok, dan gagal napas yang membutuhkan perawatan intensif.

Selain itu, anak dan remaja juga dapat menjadi sumber transmisi SARS-CoV-2 dalam komunitas setempat, sehingga penting untuk mengevaluasi efikasi dan keamanan vaksin COVID-19 pada anak-anak dan remaja.

Ulasan Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini sudah dinilai baik dengan menyertakan kelompok kontrol sebagai pembanding. Melihat hasil yang menjanjikan dari vaksin COVID-19 Sinovac pada anak-anak, agak disayangkan bahwa pemberian plasebo (alum saja) sebagai kontrol tidak akan menghasilkan manfaat proteksi terhadap SARS-CoV-2, seperti yang didapatkan subjek pada kelompok intervensi.

Akan tetapi, memang penelitian ini merupakan laporan pertama tentang imunogenisitas dan keamanan kandidat vaksin COVID-19 pada anak-anak dengan usia terendah 3 tahun, sehingga penggunaan vaksin lain sebagai pembanding belum dapat diaplikasikan pada penelitian ini.

Ulasan Hasil Penelitian

Hasil studi menunjukkan bahwa 2 dosis vaksin COVID-19 Sinovac dengan dosis 1,5 μg dan 3,0 μg aman dan dapat ditoleransi oleh anak-anak dan remaja yang berusia 3-17 tahun. Prevalensi kejadian tidak diharapkan (KTD) terlihat sama di antara grup usia yang berbeda, yang mengindikasikan bahwa tidak terdapat kekhawatiran terhadap keamanan yang berkaitan dengan dosis. Kebanyakan KTD bersifat ringan hingga sedang. Temuan ini serupa dengan penelitian sebelumnya pada subjek dewasa dan lansia. Tidak terdapat KTD serius yang dilaporkan selama penelitian ini.

Vaksin COVID-19 Sinovac menghasilkan imunogenisitas yang baik, dengan tingkat serokonversi antibodi penetralisir mencapai 96% dan lebih setelah 2 dosis vaksinasi. Titer antibodi penetralisir tersebut terlihat lebih tinggi bila dibandingkan pada dewasa dan lansia dengan menggunakan vaksin yang sama.

Anak-anak cenderung memiliki respons yang lebih kuat terhadap vaksinasi, yang mengindikasikan bahwa kelompok ini lebih rentan mengalami reaksi berlebihan terhadap vaksin, seperti demam dan alergi, bila dibandingkan dengan orang dewasa. Penelitian ini menguji 2 dosis vaksin COVID-19 Sinovac yang berbeda, yaitu dosis 1,5 μg dan 3,0 μg. Kedua dosis tersebut tidak menghasilkan perbedaan yang signifikan akan kejadian tidak diinginkan. Dosis 3 μg menghasilkan titer antibodi penetralisir yang lebih tinggi.[1]

Kelebihan Penelitian

Uji klinis ini merupakan penelitian pertama terkait vaksin COVID-19 pada anak-anak berusia 12 tahun ke bawah. Hasil yang menjanjikan dari penelitian ini dapat menginspirasi untuk dilakukannya penelitian vaksin COVID-19 jenis lain pada anak-anak berusia 12 tahun ke bawah.

Limitasi Penelitian

Jumlah sampel pada masing-masing kelompok usia relatif sedikit. Jumlah sampel studi ini terlalu kecil untuk mendeteksi kejadian tidak diharapkan dari vaksin. Selain itu, penelitian ini dilakukan pada 1 pusat penelitian saja sehingga subjek yang diikutkan terbatas pada etnis Han.

Limitasi lain terdapat pada desain studi, di mana respons sel T tidak dinilai pada penelitian ini. Beberapa bukti ilmiah dari berbagai studi menunjukkan bahwa respons sel T memiliki peran penting terhadap infeksi SARS-CoV-2. Namun, terdapat sebuah studi (preprint) di Chile yang menemukan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac dapat menginduksi respons sel T yang signifikan.[2]

Respons imun terhadap vaksin dapat dievaluasi dengan baik pada studi longitudinal, di mana penyebaran infeksi akan dinilai, terutama tingkat kebutuhan hospitalisasi dan mortalitas, dan dibandingkan dengan kelompok yang tidak mendapat vaksin,

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini menunjukkan bahwa vaksin COVID-19 Sinovac ditoleransi dengan baik dan aman diberikan pada anak-anak dan remaja berusia 3-17 tahun, serta menginduksi respons humoral yang baik. Temuan ini dapat menjadi data awal yang mendukung program vaksinasi di Indonesia yang sudah mulai mencakup anak-anak berusia 6-11 tahun menggunakan vaksin COVID-19 Sinovac.

Penelitian sejenis perlu dilakukan pada beberapa negara atau daerah yang berbeda dengan populasi multietnis untuk mengumpulkan lebih banyak data ilmiah. Keamanan dan imunogenisitas jangka panjang juga perlu dievaluasi lebih lanjut.

Referensi