Kacamata dengan filter cahaya biru, atau disebut juga blue light, semakin populer digunakan dalam peresepan kacamata. Kacamata dengan filter cahaya biru ini terutama banyak diinginkan oleh pasien dari kalangan pekerja atau pelajar yang menghabiskan banyak waktu di depan layar laptop atau gawai. Hal ini berkaitan dengan klaim yang menyatakan bahwa kacamata jenis ini bermanfaat dalam mengurangi digital eye strain (DES).[1]
Cahaya Biru dan Pengaruhnya pada Mata
Cahaya biru adalah cahaya dengan gelombang pendek yang berkisar antara 415 dan 455 nanometer. Pada kenyataannya, sebagian besar sumber cahaya biru dipancarkan dari sinar matahari, bukan dari komputer, ponsel, lampu, maupun gawai lainnya.
Cahaya biru mempengaruhi ritme sirkadian tubuh, yaitu siklus tidur dan bangun secara alami. Sepanjang hari, cahaya biru membuat tubuh terjaga dan terstimulasi, sehingga paparan cahaya biru yang berlebihan dari gawai pada malam hari dianggap dapat menyebabkan kesulitan tidur. Atas dasar ini, banyak ahli merekomendasikan untuk membatasi penggunaan gawai hingga 2-3 jam sebelum tidur.[1,2,5]
Selain pengaruhnya terhadap gangguan tidur, sekitar dua dekade lalu berkembang bukti epidemiologi yang menunjukkan bahwa cahaya biru dengan jumlah tertentu merupakan faktor risiko digital eye strain (DES) dan terjadinya age related macular degeneration (AMD). Meski bukti yang mengaitkan cahaya biru dengan DES dan AMD masih inkonklusif, banyak produsen dan dokter mata mulai menggunakan lensa dengan filter cahaya biru pada peresepan kacamata.[1-3]
Kajian Efikasi Klinis Kacamata dengan Filter Cahaya Biru
Tinjauan sistematik Cochrane (2023) mengevaluasi hasil dari 17 uji klinis acak yang membandingkan kacamata dengan filter cahaya biru dan kacamata tanpa filter cahaya biru. Jumlah sampel dalam setiap penelitian yang dianalisis bervariasi dari 5 hingga 156 pasien, dengan lama pemantauan 1 hari hingga 5 minggu. Hasil tinjauan ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan signifikan pada visual fatigue score dan ketajaman penglihatan koreksi terbaik (BCVA) antara pemakai kacamata dengan dan tanpa filter cahaya biru.[4]
Tinjauan sistematik lain (2021) mengevaluasi hasil dari 5 uji klinis yang menilai efek kacamata dengan filter cahaya biru terhadap degenerasi makula. Jumlah pasien dalam uji klinis yang diikutkan dalam tinjauan ini bervariasi dari 20 hingga 200 partisipan. Serupa dengan tinjauan Cochrane, tinjauan sistematik ini juga tidak menemukan adanya bukti manfaat penggunaan kacamata dengan filter cahaya biru terhadap kejadian degenerasi makula.[5]
Hasil serupa diungkapkan dalam studi observasional yang dilakukan oleh Achiron et al yang menganalisis efek lensa intraokular dengan filter cahaya biru dalam mencegah neovascular AMD setelah operasi katarak. Sebanyak 11.397 mata yang menjalani operasi katarak dari tahun 2007 sampai 2018 pada satu pusat kesehatan di Finlandia diikutsertakan pada penelitian ini. Hasil menunjukkan bahwa lensa intraokular dengan filter cahaya biru tidak dapat mencegah terjadinya atau progresivitas neovascular AMD.[6]
Kesimpulan
Meski populer dan kerap digunakan secara massal, belum ada basis bukti yang cukup untuk mendukung peresepan kacamata dengan filter cahaya biru. Beberapa studi dan tinjauan sistematik yang tersedia tidak menunjukkan adanya manfaat klinis dari kacamata dengan filter cahaya biru, baik terhadap digital eye strain (DES) maupun degenerasi makula.