Kadar Homosistein dan Risiko Kardiovaskular

Oleh :
dr.I.B. Komang Arjawa, Sp.JP, FIHA

Peningkatan kadar homosistein telah dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular seperti aterosklerosis dan penyakit jantung koroner. Meski demikian, masih terdapat kontroversi mengenai signifikansi homosistein sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular dan apakah skrining homosistein perlu dilakukan secara rutin.[1-4]

Metabolisme Homosistein dan Efek Hiperhomosisteinemia

Homosistein merupakan bagian nonproteinogenik asam amino yang diproduksi sebagai produk intermediata dari metabolisme metionin. Homosistein selanjutnya dapat dimetabolisme menjadi cystathionine melalui jalur cystathionine beta synthetase yang merupakan enzim bergantung vitamin B6. Selain itu, homosistein juga dapat melalui proses remetilasi ulang menjadi metionin dengan jalur betaine Hcy methyl-transferase atau jalur methionine synthase.[4,5]

Blood,Sample,Tube,For,Homocysteine,Test,,Diagnosis,For,Heart,Disease

Kompleksitas dari metabolisme homosistein diduga memberi efek signifikan pada kesehatan manusia. Kelainan pada salah satu dari siklus metabolisme homosistein diduga akan menimbulkan perubahan konsentrasi homosistein dalam tubuh. Kelainan yang berhubungan dengan metabolisme homosistein diduga akan meningkatkan risiko berbagai kondisi patologis, termasuk kelainan kardiovaskular.[4]

Hiperhomosisteinemia

Sekitar 5–10 % dari total produksi sel harian homosistein yang tidak dimetabolisme di sel disimpan di kompartemen plasma. Kadar homosistein normal berkisar antara 5-15 µmol/L dan nilai dasar ini terjaga dengan baik pada orang sehat dengan klirens konstan melalui ginjal.

Hiperhomosisteinemia (HHCy) merupakan kondisi saat konsentrasi plasma dari homosistein mengalami peningkatan akibat ketidakseimbangan antara biosintesis dan katabolisme. Definisi HHCy masih diperdebatkan, tapi secara umum didefinisikan sebagai kadar plasma homosistein ≥ 10 µmol/L. Nilai antara 10–15 µmol/L telah dihubungkan dengan peningkatan morbiditas dan mortalitas akibat penyakit kardiovaskular.[6]

Efek Hiperhomosisteinemia terhadap Sistem Kardiovaskular

Berbagai studi mengindikasikan bahwa hiperhomosisteinemia (HHCy) memicu kerusakan endotel, proliferasi lapisan medial, dan aktivasi dari lapisan adventitia. Homosistein menyebabkan disfungsi endotel pada beberapa tingkat, seperti memicu aterogenesis dengan menginduksi proliferasi sel otot polos vaskular, kerusakan langsung pada matriks vaskular, stres oksidatif yang memicu cedera intima, serta memicu apoptosis di sel endotel dan sel otot polos.[4,7]

Kondisi HHCy juga telah dilaporkan sebagai faktor risiko independen untuk terjadinya aterosklerosis yang mengarah pada penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan yang jelas antara kadar plasma homosistein dan tingkat keparahan aterosklerosis, serta menyokong hubungan peningkatan kadar homosistein dengan peningkatan mortalitas kardiovaskular. Homosistein juga dilaporkan dapat menurunkan kadar HDL yang tersirkulasi, serta dapat menginduksi trombogenesis.[6]

Kondisi HHCy juga ditemukan mengaktivasi NF-kB yang meregulasi transkripsi dari berbagai gen yang terlibat dalam inflamasi dan respons imun, sehingga meningkatkan kadar sitokin proinflamasi dan menurunkan sitokin antiinflamasi. HHCy juga memicu disfungsi endotel dengan menurunkan pertahanan antioksidan endotel yang menyebabkan stres oksidatif dan meningkatkan konsentrasi intraselular dari reactive oxygen species (ROS).[4,6,7]

Bukti Ilmiah Kaitan Homosistein dengan Penyakit Kardiovaskular

Sebuah meta analisis mengevaluasi hasil dari 12 studi dengan total 23.623 partisipan.  Menurut studi ini, bila membandingkan antara kategori homosistein terendah dan tertinggi didapatkan peningkatan kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 66%, kematian kardiovaskular 68%, dan mortalitas semua sebab 93%. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa setiap 5 µmol/L kenaikan homosistein didapatkan 1,52 kali peningkatan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner. Selain itu, didapatkan pula 1,32 kali peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular dan 1,27 kali peningkatan risiko kematian segala sebab.[1]

Dalam sebuah studi kohort prospektif berbasis populasi, dilakukan evaluasi terhadap 1257 partisipan dengan rerata usia 69,17 tahun. Studi ini menemukan adanya peningkatan risiko 1,68 kali penyakit kardiovaskular pada pasien dengan hiperhomosisteinemia (HHCy) dibandingkan pasien dengan kadar homosistein normal. Selain itu, ditemukan juga peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 1,97 kali.[8]

Hasil serupa ditunjukkan pula oleh studi MESA (Multi Ethnic Study of Atherosclerosis) yang melibatkan 6789 subjek. Studi ini melaporkan bahwa peningkatan homosistein berkaitan dengan peningkatan > 2 kali progresivitas kalsifikasi arteri koroner dan 1,5 kali kalsifikasi descending thoracic aorta.[9]

Pemeriksaan Homosistein untuk Evaluasi Risiko Penyakit Kardiovaskular

Belum ada konsensus yang jelas mengenai apakah pemeriksaan kadar homosistein diperlukan secara rutin untuk mengevaluasi risiko kardiovaskular pasien. Walaupun berbagai penelitian menyimpulkan hubungan positif antara peningkatan kadar homosistein dengan kejadian penyakit kardiovaskular, belum dapat dipastikan apakah menurunkan kadar homosistein dengan pemberian asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 akan bermanfaat menurunkan kejadian kardiovaskular.[1,2,10]

Kesimpulan

Berbagai studi telah secara konsisten menunjukkan bahwa peningkatan kadar homosistein berkaitan dengan peningkatan risiko mengalami penyakit kardiovaskular, kematian akibat kejadian kardiovaskular, dan mortalitas segala sebab. Meski demikian, belum ada bukti yang cukup untuk menyarankan pemeriksaan kadar homosistein secara rutin dengan tujuan evaluasi risiko kardiovaskular. Belum diketahui pasti apakah penurunan kadar homosistein dengan pemberian asam folat, vitamin B6, dan vitamin B12 akan serta merta menurunkan risiko kardiovaskular pasien. Oleh karenanya, uji klinis acak terkontrol lebih lanjut masih perlu dilakukan.

Referensi