Intervensi Nyeri Punggung Bawah Kronis Berbasis Bukti

Oleh :
dr. Gilang Pradipta Permana

Terdapat berbagai modalitas intervensi untuk nyeri punggung bawah kronis, seperti latihan fisik, terapi manual, terapi psikologis, dan medikamentosa. Meskipun nyeri punggung bawah kronis merupakan kasus yang umum dijumpai pada praktik, tidak banyak dokter yang mengenali mana modalitas terapi yang berbasis bukti dan mana yang belum didukung studi adekuat.[1]

Latihan Fisik

US National Institutes of Health (NIH) membentuk program riset BACPAC (Back Pain Consortium) untuk meneliti terapi-terapi yang dapat diberikan kepada pasien dengan nyeri punggung bawah kronis. Dalam penangan nyeri punggung bawah kronis, modalitas latihan fisik seperti program berjalan, latihan kekuatan otot, motor control exercise, dan direction-specific exercise memberikan kekuatan bukti moderat dengan effect size moderat.

Asian,Man,Back,Pain,And,Sit,On,Bed,In,Bedroom

Menurut riset tersebut, terjadi peningkatan effect size bila latihan fisik dikombinasikan dengan cognitive behavioral therapy (CBT) atau manual therapy. Berdasarkan bukti yang ada, kombinasi latihan fisik dan manual therapy memberikan effect size lebih besar dengan bukti yang kuat sehingga direkomendasikan menjadi tata laksana nyeri punggung bawah kronis.[1]

Sebuah tinjauan sistematik Cochrane pada tahun 2021 menelaah lebih lanjut peran latihan fisik terhadap penanganan nyeri punggung bawah kronis. Latihan fisik lebih efektif menurunkan nyeri dibandingkan dengan tanpa intervensi, perawatan rutin, maupun plasebo dalam mengurangi nyeri dengan tingkat bukti moderat. Bila dibandingkan dengan terapi konservatif lain, seperti elektroterapi, latihan fisik lebih efektif mengurangi keluhan nyeri punggung bawah.[2]

Jenis Latihan Fisik

Belum ada satu jenis latihan fisik yang dianggap superior untuk nyeri punggung bawah kronis. Beberapa pedoman klinis menyarankan bahwa olahraga aerobik dapat mengurangi nyeri dan disabilitas secara signifikan. Contoh olahraga aerobik yang dapat dilakukan adalah berjalan di treadmill pada 50% heart rate reserve selama 20-30 menit, dilakukan hingga 6-8 minggu. Pilihan latihan fisik lain mencakup yoga, pilates, dan Tai Chi.[6,7]

Manual Therapy dan Akupuntur

Studi oleh BACPAC menyatakan masase mempunyai efek moderat dalam mengurangi nyeri, tetapi kekuatan bukti studi rendah dan durasi efeknya terbatas sehingga memerlukan masase berulang. Akupuntur mempunyai efek menurunkan nyeri rendah-sedang dengan kekuatan bukti rendah-moderat. Sementara itu, terapi manipulasi spinal mempunyai kekuatan bukti rendah-moderat dengan efek menurunkan nyeri yang rendah.

Ketiga pilihan terapi tersebut membutuhkan beberapa kali sesi untuk mencapai efek yang diharapkan, sehingga dapat menjadi hambatan dalam pelaksanaannya.[1]

Sebuah tinjauan oleh Coulter et al melakukan komparasi penggunaan manual therapy dalam bentuk manipulasi dan mobilisasi spinal, dibandingkan dengan terapi yang melakukan gerakan aktif seperti latihan fisik dan fisioterapi. Luaran yang dinilai adalah pengurangan disabilitas dan nyeri. Hasil studi tersebut menunjukkan bahwa manual therapy dapat mengurangi nyeri dan disabilitas lebih baik dengan effect size kecil-moderat dibandingkan terapi dengan gerakan aktif.[3]

Terapi Psikologis

BACPAC melakukan telaah terhadap CBT, acceptance and commitment therapy (ACT), mindfulness-based therapies, dan cognitive skill-based virtual reality (VR).

CBT dan ACT memberikan effect size kecil sampai sedang terhadap nyeri dan disabilitas pasien dengan nyeri punggung bawah kronis. Meski demikian, ACT yang mengajarkan perilaku untuk menerima dan mengontrol nyeri, memberikan kekuatan bukti yang kuat sehingga lebih disarankan untuk penanganan nyeri punggung bawah kronis.

Di sisi lain, mindfulness-based therapy (MBSR) memberikan effect size kecil-sedang dengan level bukti moderat. Cognitive skill-based virtual reality (VR) baru dievaluasi oleh satu percobaan klinis sehingga belum dapat ditarik kesimpulan.[1]

Sebuah meta analisis mengindikasikan bahwa intervensi psikologis yang dikombinasikan dengan terapi lain, seperti fisioterapi, menghasilkan perbaikan klinis yang lebih signifikan.[4]

Injeksi Steroid

Injeksi steroid ke epidural dan sendi faset lumbar menurunkan nyeri secara moderat dengan tingkat bukti moderat. Umumnya onset obat terjadi pada 1-2 minggu dan mempunyai efek yang lebih baik pada subgrup pasien dengan nyeri radikular. Steroid yang banyak diteliti untuk nyeri punggung bawah kronis adalah triamcinolone acetonide 40-80 mg.[1,8]

Rehabilitasi Multidisiplin

Penanganan multidisiplin nyeri punggung bawah terdiri dari penanganan fisik, sosial, dan psikososial untuk menangani nyeri kronis. Bukti ilmiah menunjukkan efek yang kecil dengan tingkat bukti moderat. Ditambah pertimbangan kompleksitas tim yang perlu dibentuk, pendekatan ini tidak direkomendasikan oleh BAPAC sebagai intervensi nyeri punggung bawah kronis.[1]

Medikamentosa

Dalam telaah BACPAC, penggunaan muscle relaxant, obat antidepresan trisiklik, dan selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI) tidak memberikan efek terapi yang diharapkan. Antikonvulsan, seperti gabapentin, memberikan efek terapi ringan-sedang dengan kekuatan bukti yang rendah untuk pengobatan nyeri punggung bawah kronis.

Di sisi lain, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) memberi efek terapi moderat dan menjadi salah satu bagian dari pengobatan mandiri karena mudah didapat oleh pasien. Selain itu, serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), seperti duloxetine, merupakan antidepresan dengan tingkat bukti yang tinggi dengan efek terapi moderat dan memberi durasi efek lebih lama dari obat golongan lain.[1]

Mayoritas pedoman klinis menyatakan OAINS sebagai obat lini pertama untuk nyeri punggung bawah akut dan kronis. Beberapa pedoman klinis merekomendasikan paracetamol dan antidepressan sebagai lini kedua. Tidak ada pendoman klinis yang merekomendasikan kortikosteroid oral, benzodiazepin, antikonvulsan, dan antibiotik.[5]

Pengobatan Mandiri

Pengobatan mandiri yang ditelaah BAPAC adalah akupresur yang dilakukan mandiri oleh pasien di rumah. Berdasarkan meta-analisis terhadap 6 studi, akupresur secara mandiri oleh pasien dapat menurunkan 30% intensitas nyeri dengan kekuatan bukti rendah-moderat. Dengan pertimbangan biaya yang murah dan mudah dilakukan, akupresur dapat menjadi pilihan intervensi lini pertama dalam penanganan nyeri punggung bawah kronis.[1]

Prosedur-Prosedur Inovatif

Prosedur terbaru dikembangkan sebagai alternatif terapi nyeri punggung bawah kronis. Pemakaian eksoskeleton menjadi salah satu inovasi dan dibuat dengan dasar pemikiran dapat mengurangi beban pada punggung bawah. Namun, efikasinya masih perlu penelitian lebih lanjut.

Terapi inovatif lain adalah ablasi saraf basivertebral. Prosedur invasif secara minimal ini dilakukan dengan mengablasi saraf basivertebral. Ablasi saraf basivertebral secara jangka pendek dan panjang dapat mengurangi nyeri dengan kekuatan bukti moderat. Berdasarkan hal tersebut, prosedur ini menjanjikan untuk dijadikan terapi lini kedua jika tidak ada respon terhadap terapi konservatif.[1]

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas, terdapat beberapa intervensi yang dapat digunakan pada pasien dengan nyeri punggung bawah. Latihan fisik, manual therapy, terapi psikologis, medikamentosa dengan OAINS atau antidepresan, serta terapi mandiri dapat menjadi pilihan terapi untuk nyeri punggung bawah kronis. Beberapa intervensi dapat dikombinasikan agar memberikan luaran yang lebih baik.[1]

Referensi