Intervensi Komunikasi pada Anak dengan Autisme

Oleh :
dr.Citra Amelinda, SpA., MKes., IBCLC

Intervensi komunikasi pada anak-anak dengan autisme atau autism spectrum disorder bertujuan untuk menangani permasalahan bahasa dan komunikasi, baik verbal maupun nonverbal. Intervensi ini penting diketahui oleh dokter karena prevalensi anak dengan autisme yang mengalami kesulitan berbicara bisa mencapai 25–30%.[1-4]

Gangguan komunikasi yang sering dijumpai pada anak autism spectrum disorder (ASD) adalah keterlambatan dan keterbatasan penggunaan bahasa tubuh, kemampuan bicara yang kurang, hambatan dalam memulai atau mengikuti percakapan yang mengalir, dan penggunaan bahasa yang tidak biasa seperti ekolalia. Selain itu, gangguan komunikasi lain adalah penggunaan kata yang stereotipik dan terbatas serta pengulangan frase, kata, atau kalimat yang sama secara terus menerus.[1]

autism spectrum disorder, gangguan komunikasi, alomedika

Kesulitan berbahasa pada anak dengan autisme menyebabkan dampak negatif seperti gangguan perilaku adaptif dan kurangnya kemampuan sosialisasi. Hal ini kemudian mengurangi kualitas hidup dan kesempatan untuk berpartisipasi dalam masyarakat.[5,6]

Suatu penelitian menunjukkan bahwa anak autisme dengan keterbatasan kemampuan verbal cenderung lebih agresif di masa depan dan cenderung menunjukkan perilaku tidak biasa seperti menarik diri dari kehidupan sosial saat remaja dan perilaku menyakiti diri sendiri.[5,6]

Intervensi Komunikasi untuk Penatalaksanaan Autisme pada Anak

Salah satu target penting dalam tata laksana anak atau remaja dengan autisme adalah memperbaiki komunikasi. Waktu awal identifikasi keterlambatan komunikasi serta waktu awal intervensi akan menentukan prognosis jangka panjang.[1-5]

Anak dengan autisme yang mampu berkomunikasi sebelum usia 5 tahun berpeluang memiliki perkembangan kemampuan komunikasi lebih baik dan mengurangi timbulnya perilaku maladaptif.[1-5]

Perbandingan Intervensi Tradisional dan Intervensi Sosial Pragmatis  

Intervensi tradisional sering dilakukan sebagai terapi awal anak autisme. Terapis akan menggunakan struktur pengajaran yang telah disusun sebelumnya dengan berbagai kemungkinan respons, yang akan diberikan kepada anak sampai respons yang sesuai didapatkan (discrete trial training).[1,7,8]

Namun, saat ini intervensi berdasarkan perkembangan sosial pragmatis lebih sering digunakan. Berbeda dengan intervensi tradisional, pendekatan sosial pragmatis lebih mengacu pada inisiasi dan perilaku spontan anak dalam suasana sehari-hari.[1,7,8]

Salah satu metode pendekatan sosial pragmatis disebut sebagai floortime, yaitu terapis menemani anak bermain lalu berusaha melakukan komunikasi dan interaksi dengan anak menggunakan mainannya.[1,7,8]

Perbandingan Intervensi Verbal dan Intervensi Nonverbal

Intervensi verbal pada autisme dilakukan dengan cara mendorong anak untuk bersuara serta mengucapkan kata dan kalimat untuk berkomunikasi. Hal ini didasarkan pada dugaan bahwa gangguan komunikasi pada autisme merupakan akibat sekunder dari gangguan sosialisasi, kurang berkembangnya otot bicara, dan kurangnya kemampuan untuk melakukan imitasi secara keseluruhan.[6-8]

Intervensi verbal berbeda dengan intervensi nonverbal. Intervensi nonverbal adalah terapi dengan alat-alat bantu nonverbal (Augmented and Alternative Communication atau AAC), baik secara mandiri maupun nonmandiri.[6-8]

AAC mandiri dalam bentuk formal adalah bahasa isyarat dan simbol kata, sedangkan AAC mandiri dalam bentuk informal adalah pergerakan idiosinkratik. AAC nonmandiri dapat berupa buku bergambar, buku dengan huruf timbul seperti Braille, dan alat bantu bicara yang dapat mengeluarkan suara digital (Speech Generating Devices).[6-8]

Selain itu, ada AAC yang terstruktur dan disertai pendekatan perilaku berjenjang, yaitu Picture Exchange Communication System (PECS) yang terdiri dari 6 tahap yang harus dilewati anak secara berurutan. Tahap pertama, anak didorong untuk meminta sesuatu dengan dibantu gambar. Lalu, anak menggunakan gambar untuk berkomunikasi.[6-8]

Intervensi nonverbal akan mendorong interaksi, sehingga turut mendorong anak untuk memproduksi suara. Anak dengan kemampuan kognitif atau motorik yang rendah akan terbantu dengan adanya keterampilan lain yang dilatih untuk berkomunikasi.[6-8]

Intervensi Komprehensif

Intervensi komprehensif tidak hanya berfokus pada komunikasi tetapi juga kemampuan kognitif, perilaku, permainan, regulasi emosi, dan sosialisasi. Lembaga National Autism Center merekomendasikan beberapa intervensi komprehensif yang dapat memperbaiki kemampuan komunikasi anak dan remaja autisme yang berusia <22 tahun.[1,12]

Intervensi Pemusatan Perhatian atau Joint Attention Intervention:

  • Aktivitas: mengajarkan anak bersosialisasi dengan memulai dan/atau merespons orang lain
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, hubungan interpersonal
  • Usia anak: 0–5 tahun[1,12]

Terapi Perilaku Komprehensif atau Comprehensive Behavioral Treatment:

  • Aktivitas: menggunakan prosedur analisis perilaku terapan yang berbeda-beda, yang diberikan secara privat dari 1 terapis untuk 1 anak
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, fungsi kognitif luhur, kemampuan motorik, hubungan interpersonal, permainan, tanggung jawab pribadi
  • Contoh intervensi: discrete trial, incidental teaching

  • Target intervensi: masalah perilaku, gejala autisme secara umum
  • Usia anak: 0–8 tahun[1,12]

Pengajaran dalam Lingkungan Sehari-Hari atau Naturalistic Teaching Strategies:

  • Aktivitas: anak didorong untuk melakukan interaksi dalam kehidupan sehari-hari untuk mengembangkan keterampilan fungsional
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, hubungan interpersonal, kesiapan belajar, permainan
  • Contoh intervensi: focused stimulation, milieu teaching

  • Usia anak: 0–9 tahun[1,12]

Terapi Perilaku atau Behavioral Package:

  • Aktivitas: mengurangi perilaku sulit dan memberi tahu sikap yang seharusnya
  • Keterampilan yang diajarkan: akademik, komunikasi, interpersonal, kesiapan belajar, tanggung jawab pribadi
  • Contoh intervensi: chaining, contingency mapping, positive behavior supports, modeling, functional communication training

  • Target intervensi: masalah perilaku, regulasi emosi, perilaku repetitif terbatas
  • Usia anak: 0–21 tahun[1,12]

Pivotal Response Training:

  • Aktivitas: mengajarkan perilaku penting seperti motivasi, inisiasi, dan kontrol diri untuk meningkatkan komunikasi dan sosialisasi
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, hubungan interpersonal, permainan
  • Usia anak: 3–9 tahun[1,12]

Program Teman Sebaya atau Peer Training Package:

  • Aktivitas: mendorong interaksi anak dengan anak lain yang berumur sebaya
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, sosialisasi, permainan
  • Target intervensi: perilaku repetitif terbatas
  • Contoh intervensi: circle of friends, buddy skills, integrated play groups, peer mediation

  • Usia anak: 3–14 tahun[1,12]

Jadwal atau Schedules:

  • Aktivitas: menggunakan alat bantu visual untuk memperlihatkan langkah-langkah menyelesaikan suatu tugas atau kegiatan
  • Keterampilan yang diajarkan: self-regulation

  • Usia anak: 3–14 tahun[1,12]

Terapi Pendahuluan atau Antecedent Package:

  • Aktivitas: mengubah situasi untuk menyebabkan perubahan perilaku menjadi sesuai yang diharapkan serta mengurangi perilaku yang tidak diharapkan
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, interpersonal, kesiapan belajar, dan tanggung jawab pribadi
  • Contoh intervensi: time delay, reinforcement, fading, prompting, cueing

  • Target intervensi: Masalah perilaku, regulasi sensori atau emosional
  • Usia anak: 3–18 tahun[1,12]

Mencontoh atau Modelling:

  • Aktivitas: mencontohkan kepada anak bagaimana sikap yang diharapkan
  • Keterampilan yang diajarkan: komunikasi, kognisi, sosialisasi, permainan, serta tanggung jawab pribadi
  • Contoh intervensi: live, self, dan video-modelling

  • Target intervensi: masalah perilaku, regulasi sensori atau emosi
  • Usia anak: 3–18 tahun[1,12]

Manajemen Diri Sendiri atau Self-Management:

  • Aktivitas: mengajarkan anak-anak mengatur perilaku mereka sendiri dengan cara mengidentifikasi, mencatat, dan memperkuat perilaku yang baik
  • Keterampilan yang diajarkan: interpersonal, self-regulation

  • Target intervensi: masalah perilaku
  • Usia anak: 3–18 tahun[1,12]

Intervensi Berbasiskan Cerita atau Story-Based Intervention:

  • Aktivitas: menggambarkan dengan tulisan situasi atau perilaku yang diharapkan
  • Keterampilan yang diajarkan: interpersonal, self-regulation

  • Contoh intervensi: social stories

  • Usia anak: 6–14 tahun[1,12]

Penelitian tentang Intervensi Komunikasi untuk Anak dengan Autisme

Brignell, et al., meninjau dua uji klinis acak terkontrol mengenai intervensi komunikasi pada anak autisme yang berusia <12 tahun dengan kemampuan verbal terbatas. Satu uji klinis tersebut memakai intervensi verbal oleh orang tua di rumah (Focused Playtime Intervention atau FPI), sedangkan uji klinis lainnya menggunakan intervensi nonverbal oleh terapis di tempat terapi (Picture Exchange Communication System atau PECS). Outcome primer adalah hasil komunikasi verbal dan nonverbal.[9]

Uji klinis yang menggunakan FPI menunjukkan tidak ada peningkatan yang signifikan pada kemampuan komunikasi verbal setelah intervensi, yang dinilai dengan ranah bahasa ekspresif dalam Mullen Scale of Early Learning. Namun, manfaat intervensi verbal ini lebih terlihat pada beberapa anak dengan kemampuan awal bahasa ekspresif yang lebih rendah (setara dengan usia <11,3 bulan).[9]

Uji klinis yang menggunakan PECS menunjukkan bahwa kelompok anak autisme yang mendapatkan intervensi lebih sering memulai inisiasi dan menggunakan simbol PECS setelah intervensi. Akan tetapi, setelah diuji kembali 10 bulan kemudian, tidak ada bukti signifikan bahwa PECS meningkatkan frekuensi bicara, kosa kata, dan kemampuan bahasa ekspresif maupun pragmatis. Kedua penelitian ini tidak meneliti perbaikan kemampuan berkomunikasi, perilaku, serta kualitas hidup anak.[9-11]

Kedua penelitian juga tidak menunjukkan perubahan jangka panjang, seperti perbaikan kemampuan komunikasi dan perilaku, serta kualitas hidup anak.  Selain itu, limitasi lain dari kedua penelitian ini adalah risiko bias yang tinggi, heterogenitas subjek yang amat luas, ukuran sampel kecil, dan confidence index (CI) yang terlalu lebar.[9-11]

Kesimpulan

Bukti ilmiah yang menunjukkan efektivitas intervensi komunikasi (verbal dan nonverbal) pada anak autisme atau autism spectrum disorder yang mengalami keterbatasan komunikasi masih sangat sedikit. Dokter dan keluarga yang memilih untuk melakukan intervensi komunikasi pada anak autisme sebaiknya selalu memonitor perkembangan anak dan melakukan penyesuaian jika diperlukan.[9-11]

Di masa depan, penelitian lebih lanjut yang tidak hanya membandingkan terapi verbal dan nonverbal tetapi juga kombinasi keduanya masih perlu dilakukan untuk konfirmasi apakah hasil yang didapat merupakan efek terapi atau merupakan bagian dari maturasi perkembangan spontan. Selain itu, faktor lain yang berkaitan dengan komunikasi, misalnya partisipasi, komunikasi sosial, perilaku, kualitas hidup, dan dampak ekonomi juga masih perlu dipelajari lebih lanjut.[9-11]

 

 

Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur

Referensi