Efek Vasopressin dan Methylprednisolone VS Placebo Terhadap Kejadian Return of Spontaneous Circulation – Telaah Jurnal Alomedika

Oleh :
dr. Andrian Yadikusumo, Sp.An

Effect of Vasopressin and Methylprednisolone vs Placebo on Return of Spontaneous Circulation in Patients With In-Hospital Cardiac Arrest A Randomized Clinical Trial

Andersen LW, Isbye D, Kjærgaard J, et al.. Journal of American Medical Association., 2021. 326(16):1586-1594. doi:10.1001/jama.2021.16628

Abstrak

Latar Belakang: Percobaan terdahulu mengindikasikan bahwa vasopressin dan methylprednisolone yang diberikan selama serangan jantung di rumah sakit dapat meningkatkan hasil.

Tujuan: Untuk menentukan apakah kombinasi vasopressin dan methylprednisolone yang diberikan pada kasus henti jantung di rumah sakit meningkatkan kembalinya sirkulasi spontan.

Desain, Kondisi, Subjek: Uji klinis multisenter, acak, buta ganda, terkontrol placebo dilakukan di 10 rumah sakit di Denmark. Sebanyak 512 pasien dewasa dengan henti jantung dalam rumah sakit diikutkan antara 15 Oktober 2018 dan 21 Januari 2021. Pemantauan 90 hari yang terakhir adalah pada 21 April 2021.

Intervensi: Pasien dirandomisasi dan diberikan kombinasi vasopressin dan methylprednisolone (n = 245) atau placebo (n = 267). Dosis pertama vasopressin (20 IU) dan methylprednisolone (40 mg) atau placebo diberikan setelah dosis pertama epinefrin. Dosis tambahan vasopressin atau placebo diberikan setiap penambahan dosis epinefrin hingga maksimal 4 dosis.

Luaran Utama dan Pengukuran: Luaran primer adalah Return Of Spontaneous Circulation. Luaran sekunder adalah kesintasan dan kondisi neurologis yang baik pada 30 hari.

Hasil:  Di antara 512 pasien yang diacak, 501 memenuhi semua kriteria inklusi dan tidak memiliki kriteria eksklusi, yang kemudian diikutkan dalam analisis. Seratus dari 237 pasien (42%) pada kelompok vasopressin dan methylprednisolone, serta 86 dari 264 pasien (33%) pada kelompok placebo mencapai kembalinya sirkulasi spontan (rasio risiko 1,30; perbedaan risiko 9,6%; P = .03). Pada 30 hari, 23 pasien (9,7%) pada kelompok intervensi dan 31 pasien (12%) pada kelompok placebo masih hidup (rasio risiko 0,83; perbedaan risiko: 2,0%; P = .48). Luaran neurologis yang menguntungkan diamati pada 18 pasien (7,6%) di kelompok intervensi dan 20 pasien (7,6%) di kelompok plasebo pada 30 hari (rasio risiko 1,00; perbedaan risiko 0,0 %; P > .99). Pada pasien yang mengalami Return Of Spontaneous Circulation, hiperglikemia terjadi pada 77 (77%) di kelompok intervensi dan 63 (73%) di kelompok plasebo. Hipernatremia terjadi pada 28 (28%) dan 27 (31%), masing-masing pada kelompok intervensi dan plasebo.

Kesimpulan dan Relevansi: Di antara pasien dengan henti jantung di rumah sakit, pemberian vasopressin dan methylprednisolone, dibandingkan dengan placebo, secara signifikan meningkatkan kemungkinan kembalinya sirkulasi spontan. Namun, ada ketidakpastian apakah pengobatan ini menghasilkan manfaat atau bahaya jangka panjang.

Efek Vasopressin dan Methylprednisolone VS Placebo Terhadap Kejadian Return of Spontaneous Circulation-min

Ulasan Alomedika

Studi terdahulu mengindikasikan adanya kadar vasopressin endogen yang lebih rendah pada mereka yang tidak selamat dari henti jantung. Demikian pula, kadar kortisol dilaporkan lebih tinggi pada mereka yang berhasil diresusitasi. Oleh karenanya, jurnal ini mencoba mengevaluasi apakah pemberian vasopressin dan methylprednisolone akan bermanfaat bagi pasien henti jantung.

Peneliti membandingkan dua teknik intervensi pada saat resusitasi jantung dan paru. Kelompok kontrol adalah kelompok resusitasi jantung paru yang mendapat intervensi konvensional dan standar sesuai AHA 2020, yaitu dengan epinefrin 1 mg tiap 2 menit. Sementara itu, kelompok intervensi mendapat obat tambahan yaitu kombinasi vasopressin (20 IU tiap 1 dosis epinefrin dengan maksimal 80 IU) dan methylprednisolone (40 mg). Penyamarans atau blinding dilakukan dengan memberikan kelompok kontrol spuit berisi cairan salin normal yang sama banyak dengan obat intervensi.

Ulasan Metode Penelitian

Penelitian ini adalah sebuah Randomized Clinical Trial yang dilakukan secara prospektif. Jumlah total populasi penelitian adalah 2362 orang, dengan total eligible sample sebesar 512 pasien. Dari jumlah ini dilakukan randomisasi ke dalam 2 kelompok, yaitu kelompok kontrol dan intervensi.

Kriteria inklusi mencakup pasien berusia di atas 18 tahun, mengalami henti jantung di rumah sakit, dan mendapat setidaknya 1 dosis epinefrin. Kriteria eksklusi mencakup pasien do not resuscitate, pasien yang mendapat bantuan sirkulasi invasif, dan pasien yang sedang atau dicurigai hamil.

Skor SOFA untuk menilai luaran primer diambil pada 24, 48, dan 72 jam setelah henti jantung. Luaran neurologis dinilai pada hari ke-30, 90, 180, dan 1 tahun setelah henti jantung. Analisis seluruh hasil penelitian dilakukan dengan uji Fischer. Selanjutnya, detail perbedaan antara kedua kelompok disajikan dalam bentuk risk ratio (RR).

Ulasan Hasil Penelitian

Lebih dari separuh partisipan yang diikutkan dalam studi ini mengalami henti jantung saat menjalani perawatan standar di unit medis atau bedah. Mayoritas pasien mengalami irama jantung inisial yang dapat di-defibrilasi (shockable). Setelah kejadian henti jantung, pemberian epinefrin dilakukan dalam median waktu 5 menit, sementara obat yang diujicobakan diberikan dalam median 8 menit.

Return Of Spontaneous Circulation (ROSC) didapatkan pada 42% partisipan kelompok vasopressin/methylprednisolone, dan 33% kontrol (P = 0.03) dalam median 16 dan 18 menit. Pada 30 hari, kesintasan dilaporkan serupa antara kelompok. Sementara itu, luaran neurologi yang dinilai dengan skor Cerebral Performance Category juga serupa antara kelompok percobaan.

Efek samping yang didapatkan pada pasien yang mengalami ROSC adalah hiperglikemia (77% pada lengan intervensi VS 73% pada lengan placebo); hipernatremia (28% VS 31%); pneumonia (21% VS 17%); dan perdarahan gastrointestinal (5% VS 3%).

Hasil studi ini mengindikasikan bahwa pemberian vasopressin dan methylprednisolone pada pasien henti jantung dapat meningkatkan kemungkinan ROSC. Meski demikian, kombinasi ini tidak memberi manfaat tambahan dalam hal kesintasan maupun luaran neurologis.

Kelebihan Penelitian

Studi ini memiliki sampel yang cukup besar dan validitas internal yang baik. Studi dilakukan multisenter, pada 10 rumah sakit dengan tingkat bervariasi di Denmark. Studi ini juga menggunakan penyamaran ganda, terkontrol placebo, memiliki strategi pengacakan yang baik, dan karakteristik dasar partisipan yang berimbang.

Limitasi Penelitian

Pada uji klinis ini, 1055 partisipan dari 2362 populasi studi dieksklusi akibat alasan yang tidak tercantum pada kriteria inklusi dan eksklusi, misalnya akibat masalah logistik. Hal ini dapat menyebabkan adanya bias seleksi.

Median kecepatan pemberian epinefrin adalah 5 menit dan untuk vasopressin/methylprednisolone adalah 8 menit. Dosis obat juga berupa dosis tetap, serta tidak didasarkan pada berat badan pasien. Selain itu, pada kelompok placebo, partisipan yang mendapat extracorporeal support lebih banyak dibandingkan pada kelompok intervensi. Kesemua hal ini dapat mempengaruhi luaran.

Generalitas studi juga bisa terbatas karena rerata usia pasien yang diikutkan dalam studi adalah 70 tahun.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil studi ini berpotensi digunakan di Indonesia mengingat vasopressin dan methylprednisolone cukup mudah ditemukan pada setting rumah sakit.

Studi ini menemukan peningkatan jumlah pasien dengan ROSC pada kelompok intervensi. Namun, luaran yang penting bagi pasien dan dokter, yaitu kesintasan dan luaran neurologi, tidak ditemukan berbeda bermakna.

Studi lebih lanjut dibutuhkan untuk mengetahui apakah memang rasio manfaat dan risiko jangka panjang dari intervensi tersebut cukup baik. Uji klinis ini juga belum memiliki kekuatan yang adekuat untuk menilai kesintasan dan luaran neurologis, sehingga dibutuhkan uji klinis serupa dengan jumlah sampel yang lebih besar lagi sebelum dapat diterapkan sebagai bagian dari protokol resusitasi jantung paru di Indonesia.

Referensi