Menilai Bayi dengan Cedera Otak Traumatik

Oleh :
Sunita

Penilaian risiko cedera otak traumatik pada bayi yang mengalami trauma kepala masih menjadi tantangan karena bayi sering kali tidak menunjukkan tanda dan gejala yang spesifik. Hal ini berpotensi menyebabkan misdiagnosis, keterlambatan tata laksana, dan penggunaan modalitas pencitraan yang berlebih.

Pemeriksaan radiologi berupa computed tomography (CT) scan dapat dipertimbangkan pada pasien dengan cedera otak traumatik risiko tinggi. Namun, ada kekhawatiran mengenai paparan radiasi pengion dari CT scan terhadap bayi, sehingga beragam metode prediksi lain telah dikembangkan. Artikel ini akan membahas metode penilaian risiko cedera otak traumatik pada bayi dan aplikasinya dalam praktik klinis.[1-3]

Menilai Bayi dengan Cedera Otak Traumatik-min

Tanda dan Gejala Cedera Otak Traumatik pada Bayi

Manifestasi klinis cedera otak traumatik (COT) pada bayi bisa bervariasi tergantung derajat keparahan cedera. Gejala umumnya tidak hanya spesifik ditemukan pada COT tetapi juga dapat ditemukan pada penyakit lain, seperti gangguan tumbuh kembang, penyakit metabolik bawaan, dan gangguan saraf pusat nontraumatik.

Pada COT ringan, manifestasi klinis dapat berupa gangguan kesadaran, disorientasi, kebingungan transien, disfungsi memori di sekitar waktu terjadi cedera, dan kehilangan kesadaran yang <30 menit. Selain itu, manifestasi juga dapat berupa kejang akut yang terjadi segera setelah cedera, letargi, iritabilitas, muntah setelah cedera, sakit kepala, pusing, kesulitan konsentrasi, dan fatigue.[2,4]

Studi Yi et al. melaporkan bahwa hanya sekitar 37% bayi yang mengalami cedera kepala dengan hematoma intrakranial menunjukkan penurunan kesadaran. Temuan ini sangat berbeda dengan orang dewasa dan merefleksikan karakteristik sutura tulang kepala bayi yang belum menutup (belum osifikasi), yang memberikan respons berbeda terhadap peningkatan tekanan intrakranial.[4]

Pada bayi yang mengalami penurunan kesadaran, gejala penyerta dapat berupa wajah pucat, kelemahan, dan kurangnya respons terhadap stimulasi. Muntah dan pucat bisa menjadi gejala utama yang ditemukan pada 55% dan 66% bayi dengan hematoma epidural. Bayi dengan COT berat yang mengalami pemulihan kesadaran juga tetap perlu diperiksa lebih lanjut karena gejala COT bayi sering atipikal, sehingga ada risiko perdarahan intrakranial yang memberat tidak terdeteksi.[3-5]

Penilaian Risiko Cedera Otak Traumatik pada Bayi

Ada sekitar 14 metode prediktif untuk menilai risiko cedera otak traumatik pada bayi yang dapat membantu keputusan klinis. Metode PECARN (Pediatric Emergency Care Applied Research Network), CHALICE (Children's Head Injury Algorithm for Prediction of Clinically Important Events), dan CATCH (Canadian Assessment of Tomography for Childhood Head injury) memiliki sensitivitas yang baik dan mampu memprediksi luaran klinis cedera otak traumatik yang signifikan.

Namun, masing-masing metode tersebut dikembangkan pada populasi anak dengan cedera kepala yang berbeda, sehingga perbandingan setara sulit dilakukan. Metode CHALICE dikembangkan pada populasi cedera kepala umum dengan berbagai tingkat keparahan, sedangkan PECARN dirancang bagi pasien cedera kepala ringan. Validitas Metode PECARN telah luas dipelajari dan dilaporkan memiliki sensitivitas terbaik, sedangkan CHALICE memiliki keunggulan dalam hal spesifisitas.[6,7]

Studi tentang Akurasi PECARN

Dalam suatu analisis retrospektif, Abid et al. mempelajari akurasi metode PECARN untuk mengidentifikasi bayi usia <3 bulan yang berisiko rendah terhadap COT yang signifikan secara klinis. Dari 1.081 partisipan yang memenuhi kriteria inklusi, sebanyak 70% (750/1.081) mengalami cedera akibat jatuh dan 59% (633/1.081) menjalani CT.

Dari 514 partisipan (47,5%) yang memenuhi kriteria skor PECARN risiko rendah, 0,2% pasien mengalami COT yang signifikan secara klinis, 5,1% mengalami COT dalam gambaran CT scan, dan 4,6% mengalami fraktur tulang kepala.

Di sisi lain, dari 567 partisipan yang tidak memenuhi kriteria PECARN risiko rendah, sebanyak 4,2% mengalami COT secara klinis, 21,3% menunjukkan COT pada CT scan, dan 28% pasien mengalami fraktur tulang kepala.

Studi ini menyimpulkan bahwa metode PECARN akurat untuk mengidentifikasi bayi usia <3 bulan yang berisiko rendah mengalami COT yang bermakna secara klinis. Namun, bayi dengan risiko rendah COT yang bermakna secara klinis mungkin saja menunjukkan gambaran COT di CT scan (tingkat kejadian >5%). Oleh karena itu, klinisi perlu tetap waspada. Bila bayi tidak memenuhi kriteria risiko rendah PECARN, maka CT scan sangat dianjurkan.[3]

Tabel 1. Kriteria PECARN untuk Anak yang Berisiko Sangat Rendah Mengalami Cedera Otak Traumatik Signifikan

tabel anak

Sumber: Kuppermann N, Holmes JF, Dayan PS, et al.[11]

Aplikasi Klinis Penilaian Cedera Otak Traumatik pada Bayi

Aplikasi klinis metode penilaian COT pada bayi perlu mempertimbangkan beberapa hal. Pertama, belum ada keseragaman pengalaman klinis untuk mengevaluasi metode yang terbaik bagi bayi. Kedua, proses evaluasi tersebut umumnya kompleks dan memiliki kekuatan bukti ilmiah yang beragam.

Ketiga, variasi metode pengembangan skor prediksi COT, variabel klinis yang dipelajari, populasi target, dan performa setiap metode membuat perbandingan yang setara sulit dilakukan. Sebagai solusi isu ini, kerangka kerja GRASP (grading and assessment of predictive tool) dapat membantu telaah kritis terhadap hasil penelitian metode prediksi berdasarkan parameter tertentu.[5,8]

Parameter yang digunakan dalam pendekatan GRASP terdiri dari fase evaluasi, tingkat bukti ilmiah, dan arah kesimpulan dari bukti ilmiah. Suatu metode prediksi dianggap baik apabila sudah berada dalam fase pasca implementasi, dengan desain bukti ilmiah eksperimental, dan hasil analisis yang mendukung kesimpulan secara positif.

Berdasarkan parameter tersebut, metode PECARN dianggap unggul dibandingkan 13 metode prediksi COT lain. Metode PECARN telah dipelajari dalam berbagai penelitian hingga fase pasca implementasi atau situasi klinis nyata.

Walaupun suatu penelitian menyebutkan bahwa PECARN tidak memiliki dampak besar terhadap pembuatan keputusan (melakukan atau menunda CT scan), penelitian lain melaporkan bahwa PECARN bisa menurunkan angka penggunaan CT scan tanpa meningkatkan risiko keselamatan pasien atau kendali biaya perawatan.[9,10]

Menurut hasil studi Abid et al. yang telah dijabarkan di atas, bayi usia <3 bulan yang tidak memenuhi kriteria PECARN risiko rendah memerlukan CT untuk menyingkirkan kemungkinan COT. Sementara itu, pada bayi usia <3 bulan yang memenuhi kriteria PECARN risiko rendah, akurasi prediksi sudah cukup baik tetapi kemungkinan COT tetap ada, sehingga dokter perlu menjelaskan manfaat dan risiko CT pada orang tua agar orang tua dapat membuat informed decision.[3]

Kesimpulan

Cedera otak traumatik pada bayi menimbulkan manifestasi klinis yang tidak spesifik karena sutura tulang kepala bayi belum menutup sempurna, sehingga ada perbedaan respons terhadap peningkatan tekanan intrakranial bila dibandingkan orang dewasa.

Hingga saat ini ada 14 metode prediktif yang telah dikembangkan untuk menilai risiko cedera otak traumatik bayi. Metode PECARN dianggap unggul dalam hal validitas tes dan tingkat sensitivitasnya. Pada bayi yang tidak memenuhi kriteria PECARN risiko rendah, pemeriksaan CT scan sangat membantu menyingkirkan diagnosis COT.

Namun, pada bayi yang memenuhi kriteria PECARN risiko rendah, pertimbangan manfaat dan risiko CT scan harus dilakukan dengan hati-hati dan dikomunikasikan kepada orang tua pasien sebelum pembuatan keputusan CT scan.

Referensi