Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis

Oleh :
dr. Anyeliria Sutanto, Sp.S

Virus Epstein-Barr telah diduga dapat menyebabkan penyakit multiple sclerosis (MS), yaitu suatu kondisi peradangan kronis pada sistem saraf pusat yang meliputi otak maupun sumsum tulang belakang. Multiple sclerosis ditandai dengan inflamasi dan demielinisasi yang menyebabkan kerusakan saraf serta disabilitas.[1-3]

Pada kasus multiple sclerosis, demielinisasi pada otak dan sumsum tulang belakang diketahui disebabkan proses imunitas yang diduga dipicu oleh berbagai faktor predisposisi, seperti defisiensi vitamin D, merokok, obesitas, dan infeksi virus.[1] Salah satu faktor yang masih diperdebatkan hingga saat ini adalah infeksi virus Epstein-Barr (EBV).[2,4]

Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis-min

Peran Virus Epstein-Barr dalam Terjadinya Multiple Sclerosis

EBV merupakan virus yang dapat menyebabkan mononukleosis menular (IM, Infectious Mononucleosis) dan infeksi laten seumur hidup pada pejamu. EBV telah dikaitkan dengan berbagai keganasan, seperti limfoma Hodgkinlimfoma non Hodgkin, limfoma Burkitt, dan kanker lambung.[2,3]

Virus ini memiliki amplop dengan genom DNA rantai ganda dan mengkode sekitar 85 protein dan sejumlah RNA. Virus ini ditularkan melalui air liur dan menginfeksi melalui sel epitel faring.[1]

Hipotesis yang menyebutkan EBV menyebabkan multiple sclerosis masih terus dipelajari selama beberapa tahun. Hal ini menjadi penting, karena apabila terbukti benar bahwa EBV dapat menjadi etiologi tunggal multiple sclerosis maka pencegahan berupa vaksinasi hingga penatalaksanaan empiris dengan terapi yang menargetkan EBV mungkin dapat dilakukan.[4]

Namun demikian, penetapan hubungan sebab akibat antara virus dan suatu penyakit sangat sulit, karena EBV menginfeksi setidaknya 95% orang dewasa sedangkan multiple sclerosis cenderung jarang terjadi dan umumnya muncul setelah 10 tahun terjadinya infeksi EBV.[1,3,4]

Teori Mengenai Mekanisme Virus Epstein-Barr dalam Menyebabkan Multiple Sclerosis

EBV diduga dapat menjadi penyebab tunggal dari multiple sclerosis karena adanya kemiripan (mimicry) protein virus ini dengan protein mielin pada manusia yang dapat menginduksi reaksi imunitas melawan mielin. Patomekanisme yang dinilai mempengaruhi kerusakan mielin berupa invasi EBV melalui sel B dan sel plasma sehingga kaskade autoimun terganggu dan produksi antibodi berkurang.[2,5]

Selain itu, teori lain menyampaikan kemungkinan terinduksinya beberapa faktor inflamasi selama terjadinya infeksi EBV, berupa aB-crystallin, sitokin proinflamasi sel B lain (TNF, limfosit, IL-6), dan G-protein-coupled receptor 2 (EBI2/ GPR183). Hal ini diduga mendorong terjadinya migrasi sel T autoreaktif dan sel B terinfeksi ke sistem saraf pusat.[1]

Lebih lanjut lagi, EBV tampaknya terlibat di seluruh spektrum klinis multiple sclerosis, termasuk pada pediatrik, tipe RRMS (Relapsing-Remitting MS), dan tipe PMS (Progressive MS).[3]

Bukti Ilmiah Kaitan Virus Epstein-Barr dengan Multiple Sclerosis

Studi kohort pada tahun 2022, yang melibatkan 10.000.000 orang dewasa muda yang bertugas aktif di militer Amerika Serikat, ditemukan adanya bukti kuat peningkatan risiko multiple sclerosis setelah infeksi virus Epstein-Barr. Dalam studi ini, dari jumlah keseluruhan subjek studi ditemukan 955 orang yang didiagnosis dengan multiple sclerosis selama masa dinas mereka.[1]

Hasil analisis menunjukkan bahwa risiko multiple sclerosis meningkat 32 kali lipat setelah infeksi EBV. Di lain pihak, risiko multiple sclerosis tidak ditemukan meningkat setelah infeksi virus lain, termasuk cytomegalovirus, sehingga mengindikasikan EBV sebagai faktor risiko penting dari multiple sclerosis.[4]

Sebelum kohort tersebut, telah banyak studi observasional lain yang melaporkan adanya kaitan antara infeksi EBV dengan risiko multiple sclerosis. Sebagai contoh, dalam sebuah studi kasus-kontrol yang melibatkan 148 wanita, ditemukan bahwa infeksi EBV merupakan faktor risiko independen terhadap multiple sclerosis. Dalam studi lain, telah dilaporkan pula bahwa pasien yang EBV-negatif berisiko 15 kali lebih rendah untuk mengalami multiple sclerosis dibandingkan mereka yang EBV-positif.[6]

Meski demikian, studi-studi tersebut tidak serta merta dapat diartikan bahwa infeksi EBV bersifat kausal terhadap multiple sclerosis. Hasil studi-studi tersebut hanya mengindikasikan bahwa pencegahan infeksi EBV mungkin bermanfaat dalam pencegahan multiple sclerosis. Masih diperlukan studi lanjutan untuk mengetahui apakah keduanya memiliki hubungan sebab-akibat dan apakah terapi terhadap infeksi EBV akan bermanfaat pada pasien multiple sclerosis.

Kesimpulan

Hingga saat ini, belum terdapat kepastian bahwa infeksi virus Epstein-Barr (EBV) berpengaruh secara langsung sebagai penyebab utama multiple sclerosis. Masih banyak hal yang perlu diselidiki lebih jauh di masa mendatang, termasuk apakah vaksinasi EBV akan bermanfaat mencegah timbulnya multiple sclerosis dan apakah terapi yang menargetkan EBV dapat dijadikan terapi multiple sclerosis.

Referensi