Tidak Diperlukan Pemeriksaan Golongan Darah dan Penyimpanan Darah Preoperatif Secara Rutin pada Kolesistektomi Laparoskopik

Oleh :
dr. Sonny Seputra, Sp.B, M.Ked.Klin, FINACS

Pemeriksaan golongan darah pasien dan penyimpanan darah sebelum operasi abdomen, seperti kolesistektomi laparoskopik, merupakan praktik lama dengan riwayat sejarah yang cukup panjang. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan transfusi darah darurat akibat perdarahan intraoperatif atau pasca operasi. Namun, seiring berjalannya waktu, praktik ini mulai ditinggalkan.[1-3]

Risiko Perdarahan pada Kolesistektomi Laparoskopik Relatif Rendah

Operasi kolesistektomi laparoskopik merupakan tindakan pilihan utama pada kasus batu empedu. Angka kejadian perdarahan perioperatif kolesistektomi laparoskopik terhitung rendah. Sebuah studi menunjukkan bahwa insidensi perdarahan hanya berkisar antara 0,004-2,3%. Perdarahan ini terjadi pada berbagai kondisi selama operasi, seperti insersi trokar, teknik diseksi, dan  lepasnya klip. Perdarahan dapat berbentuk hematoma ringan hingga perdarahan mayor dari pembuluh darah besar di abdomen.[4]

shutterstock_1652456926-min

Selain dari itu, sebuah studi kohort menunjukkan bahwa keperluan transfusi darah pada kolesistektomi laparoskopik juga rendah. Studi yang melibatkan lebih dari 17.000 subjek ini menunjukkan bahwa transfusi komponen darah hanya diperlukan pada 1,6% pasien dan transfusi sel darah merah pada 1,3%.[5]

Basis Bukti Ilmiah Perlu Tidaknya Pemeriksaan Golongan Darah dan Penyimpanan Darah Preoperatif pada Kolesistektomi Laparoskopik

Sebuah studi retrospektif yang dipublikasikan pada tahun 2017 mencoba menganalisis perlu tidaknya pemeriksaan golongan darah dan persiapan transfusi darah pada kolesistektomi laparoskopik. Studi ini dilakukan pada 2097 pasien dengan batu empedu simptomatik. Pemeriksaan golongan darah sebelum operasi dilakukan pada 907 pasien (43,6%), sedangkan pencocokan silang (cross-matching) dilakukan pada 28 pasien (3,1%).[6]

Tidak ada satupun pasien yang membutuhkan transfusi darah intraoperatif. 12 pasien (0,58%) menjalani transfusi darah pasca operasi kolesistektomi laparoskopik, dimana 10 di antaranya ditransfusi karena perdarahan intraabdominal yang berat (0,48%). Tidak ada kematian yang didokumentasikan.[6]

Studi ini menyimpulkan bahwa tindakan pemeriksaan golongan darah secara rutin sebelum melakukan operasi kolesistektomi laparoskopik tidak diperlukan. Kemungkinan dibutuhkannya transfusi darah akibat operasi kolesistektomi laparoskopik elektif hanyalah 1: 200.[6]

Berbagai studi retrospektif lain juga telah dilakukan, dan menyimpulkan bahwa keperluan transfusi darah setelah operasi kolesistektomi laparoskopik cukup rendah, hanya berkisar 0–1,1%. Bukti ilmiah yang ada tidak mendukung adanya manfaat dari pemeriksaan golongan darah secara rutin sebelum tindakan operasi laparoskopik. [6-9]

Penting untuk diketahui bahwa pedoman National Institute for Health and Care Excellence (NICE) yang dipublikasikan pada tahun 2003 dan 2016 menekankan pentingnya mengurangi pemeriksaan rutin preoperatif yang tidak perlu.[6,10,11]

Kesimpulan

Tindakan pemeriksaan golongan darah dan menyiapkan darah sebelum operasi intraabdomen, termasuk kolesistektomi laparoskopik, rutin dilakukan karena dianggap penting untuk mengantisipasi keperluan transfusi intra ataupun pasca operasi. Faktanya, bukti ilmiah yang ada menunjukkan bahwa kebutuhan transfusi pasca kolesistektomi laparoskopik relatif rendah. Pemeriksaan golongan darah dan persiapan darah sebelum operasi merupakan tindakan yang tidak diperlukan.

 

Referensi