Terapi Siklosporin Topikal pada Dry Eye Syndrome

Oleh :
dr. Friska Debby Anggriany, SpM, MKes

Siklosporin topikal saat ini digunakan sebagai terapi dry eye syndrome (DES) yang tidak berespon terhadap artificial tears atau air mata buatan. Siklosporin memiliki efek antiinflamasi dan telah banyak digunakan dalam tata laksana berbagai penyakit peradangan pada permukaan okular, termasuk DES. Meski demikian, hingga kini belum ada konsensus terkait efikasi dan keamanannya.[1]

Peran Inflamasi dalam Patogenesis Dry Eye Syndrome

Dry eye syndrome (DES) didefinisikan sebagai penyakit multifaktorial pada permukaan mata yang ditandai dengan hilangnya homeostasis lapisan air mata, disertai keluhan akibat ketidakstabilan dan hiperosmolaritas lapisan air mata, inflamasi, dan kelainan neurosensorik permukaan mata. Tes tear break up time (TBUT), fluorescein staining score (FSS), dan uji Schirmer dilakukan untuk menegakkan diagnosis.[1,2]

Siklosporin

Secara umum, dry eye syndrome dibagi menjadi 2 tipe, yaitu tipe defisiensi akueous dan tipe peningkatan penguapan lapisan air mata. Saat ini telah berkembang konsep patogenesis baru bahwa DES dapat disebabkan oleh inflamasi yang dimediasi sel T dan sitokin, yang mempengaruhi kestabilan lapisan air mata dan homeostasis permukaan mata. Oleh karena itu, pengendalian inflamasi dianggap dapat memperbaiki gejala DES.[1,3-5]

Mekanisme Kerja Siklosporin pada Dry Eye Syndrome

Siklosporin merupakan imunomodulator yang mempengaruhi limfosit T sehingga dapat menurunkan inflamasi pada permukaan mata dan kelenjar meibom. Siklosporin bekerja dengan mencegah aktivasi infiltrasi sel T dan produksi sitokin inflamasi. Selain itu, siklosporin mencegah apoptosis mitokondrial sel konjungtiva, sehingga memulihkan integritas permukaan mata dan memperbaiki densitas sel goblet konjungtiva yang berfungsi memproduksi mucin.

Menurut Dry Eye Workshop (DEWS) II, siklosporin topikal direkomendasikan pada pasien dengan dry eye syndrome (DES) sedang dan berat atau pasien yang tidak berespon terhadap terapi artificial tears atau lid hygiene.[1,3,5]

Bukti Ilmiah Efikasi Siklosporin pada Dry Eye Syndrome

Sebuah tinjauan sistematik dan meta analisis (2015) mengevaluasi hasil dari 12 uji klinis acak terkontrol yang melibatkan 1367 partisipan. Hasil analisis menunjukkan bahwa pemberian siklosporin 0,05% topikal 2 kali sehari memperbaiki keluhan subjektif dan objektif pada pasien dry eye syndrome (DES) dibandingkan kontrol. Terdapat penurunan skor Ocular Surface Disease Index (OSDI), perbaikan tear break up time (TBUT), perbaikan skor Schirmer I, penurunan skor fluorescein staining score (FSS), dan peningkatan densitas sel goblet. Meski demikian, efek samping didapatkan lebih banyak pada kelompok siklosporin dibandingkan kontrol.[6]

Kesimpulan serupa dilaporkan oleh meta analisis lain yang mengevaluasi hasil dari 11 uji klinis dengan total 1085 partisipan. Meta analisis ini melaporkan terdapat perbaikan skor OSDI, TBUT, dan FSS pada kelompok DES yang diterapi menggunakan siklosporin 0,05% dibandingkan kelompok artificial tears.[7]

Hasil berbeda disimpulkan oleh tinjauan Cochrane (2019) yang mengevaluasi data dari 30 uji klinis dengan total partisipan 4009 orang. Menurut tinjauan dan meta analisis ini, bukti tentang efek siklosporin pada gejala dan parameter DES masih inkonsisten dan beberapa studi menunjukkan hasil yang tidak berbeda bermakna dengan artificial tears. Selain itu, semua bukti ilmiah yang diikutkan dalam analisis adalah studi jangka pendek, sehingga tidak menilai apakah siklosporin memiliki efek jangka panjang. Siklosporin juga dilaporkan berkaitan dengan risiko efek samping lebih banyak, seperti mata perih dan panas.[8]

Potensi Efek Samping Siklosporin Topikal

Beberapa efek samping dilaporkan setelah penetesan siklosporin 0,05% seperti rasa terbakar, gatal, mengganjal, atau penglihatan buram. Efek samping siklosporin 0,05% topikal secara sistemik jarang terjadi.

Keluhan pada mata tersebut salah satunya diakibatkan oleh formula obat lipid-based. Saat ini dikembangkan formula emulsi siklosporin 0,05% preservative-free anionic oil-in-water, cationic nanoemulsion, dan aqueous nanomicellar yang diharapkan dapat lebih nyaman pada mata dan memiliki efek difusi yang lebih baik.[3,5,6,7]

Kesimpulan

Siklosporin telah banyak digunakan dalam penatalaksanaan dry eye syndrome (DES) karena memiliki efek antiinflamasi yang diharapkan dapat memperbaiki keluhan subjektif dan objektif pada pasien DES yang tidak berespon terhadap artifical tears atau lid hygiene. Beberapa meta analisis menunjukkan bahwa siklosporin memiliki efikasi yang baik. Meski demikian, tinjauan sistematik Cochrane terbaru menganggap bahwa bukti ilmiah yang tersedia saat ini masih belum adekuat. Masih diperlukan uji klinis acak terkontrol, dengan jumlah sampel yang besar dan lama pemantauan yang lebih panjang untuk mengetahui secara lebih pasti efikasi dan keamanan dari siklosporin pada DES.

Referensi