Rokok Elektrik vs Terapi Pengganti Nikotin – Telaah Jurnal

Oleh :
dr. Gisheila Ruth Anggitha

A Randomized Trial of E-Cigarettes versus Nicotine-Replacement Therapy

Hajek P, Waller AP, Przulj D, Pesola F, Smith KM, Bisal PN. A Randomized trial of e-cigarettes versus nicotine-replacement therapy. NEJM. 2019; DOI: 10.1056/NEJMoa1808779.

Abstrak

Latar Belakang: Rokok elektrik sering digunakan sebagai salah satu cara penghentian merokok tembakau, namun bukti terkait efikasinya masih sangat terbatas jika dibandingkan dengan produk-produk nikotin yang sudah disetujui sebagai terapi berhenti merokok.

Metode: Randomisasi dilakukan terhadap orang dewasa yang datang ke pelayanan berhenti merokok UK National Health Service untuk mendapatkan produk pengganti nikotin sesuai dengan pilihan mereka, termasuk produk kombinasi selama tiga bulan, atau starter pack rokok elektrik (rokok elektrik generasi kedua yang dapat diisi ulang dengan 1 botol liquid elektrik nikotin 18 mg/mL), dengan rekomendasi untuk membeli rasa dan kekuatan nikotin sesuai dengan pilihan konsumen. Penatalaksanaan juga disertai terapi perilaku mingguan selama minimal 4 minggu. Luaran primer adalah pasien berhasil mempertahankan tidak merokok selama 1 tahun dan divalidasi secara biokimiawi pada kunjungan akhir. Partisipan yang lost to follow-up atau tidak melakukan validasi biokimiawi dianggap tidak abstinen. Luaran sekunder adalah penggunaan terapi dan gejala pernapasan yang dilaporkan sendiri oleh partisipan (self-reported).

Hasil: Total 886 partisipan menjalani randomisasi. Angka abstinensi 1 tahun dilaporkan sebesar 18% pada kelompok rokok elektrik, dibandingkan dengan 9,9% pada kelompok pengganti nikotin (RR 1,83; 95% CI, 1,30–2,58; p<0,001). Pada partisipan dengan 1 tahun abstinensia, pasien pada kelompok rokok elektrik lebih mungkin tetap menggunakan produk pilihannya pada minggu ke-52 dibandingkan mereka yang ada di kelompok pengganti nikotin (80% vs 9%). Secara umum, iritasi tenggorok atau mulut dilaporkan lebih banyak pada kelompok rokok elektrik (65,3% vs 51,2%), dan mual lebih banyak dilaporkan pada kelompok pengganti nikotin (37,9% vs 31,3%). Kelompok rokok elektrik melaporkan penurunan insidens batuk dan produksi dahak dari baseline sampai minggu ke 52 dibandingkan kelompok pengganti nikotin (RR untuk batuk 0,8; 95% CI, 0,6-0,9; RR untuk dahak 0,7; 95% CI, 0,6-0,9). Tidak didapatkan perbedaan yang signifikan terkait insidensi mengi atau kesulitan bernapas pada kedua kelompok.

Kesimpulan: Rokok elektrik lebih efektif untuk program berhenti merokok dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin, ketika kedua produk tersebut diikuti dengan terapi perilaku.

shutterstock_1620829888-min (1)

Ulasan Alomedika

Merokok merupakan faktor risiko berbagai penyakit kronis, seperti emfisema, hipertensi, dan aneurisma aorta abdominalis. Karena itulah, program berhenti merokok memegang peranan penting dalam pencegahan berbagai penyakit ini.

Saat ini, rokok elektrik atau e-cigarettes semakin populer dan diyakini memiliki potensi dalam program berhenti merokok. Studi ini bertujuan untuk mengidentifikasi efikasi rokok elektrik dalam program berhenti merokok bila dibandingkan terapi pengganti nikotin.

Ulasan Metode Penelitian

Studi ini merupakan uji klinis acak multisenter yang melibatkan 886 partisipan. Pada studi yang dilakukan di Inggris ini, perokok dewasa yang datang ke pelayanan berhenti merokok UK National Health Service (NHS) dan telah menentukan tanggal berhenti, dirandomisasi untuk mendapat rokok elektrik atau terapi pengganti nikotin.

Pasien pada kelompok rokok elektrik diberikan starter kit. Sedangkan pasien pada kelompok pengganti nikotin dapat memilih berbagai produk seperti patch, permen karet, ataupun lozenges, walaupun kebanyakan pasien memilih terapi kombinasi. Seluruh pasien juga mendapat terapi konseling standard dari NHS selama 4 minggu, yaitu konseling berhenti merokok individual dan face-to-face bersama klinisi terlatih.

Pada kunjungan percobaan, peneliti mengambil data berupa status merokok; level karbon monoksida pada awal penelitian, 4 minggu, dan 52 minggu; penggunaan dan rating dari produk yang digunakan; gejala atau keluhan withdrawal pada 1-6 minggu percobaan; efek samping;  dan gejala pernapasan.  Luaran primer yang diteliti adalah ketahanan abstinensi selama 1 tahun berdasarkan pelaporan mandiri dan divalidasi secara biokimiawi.

Ulasan Hasil Penelitian

Setelah 1 tahun, 79 pasien pada kelompok rokok elektrik dan 44 pasien pada kelompok terapi pengganti nikotin telah berhasil berhenti merokok. Angka abstinensia merokok setelah 1 tahun pada kelompok rokok elektrik adalah 18%, sedangkan kelompok terapi pengganti nikotin adalah 10%. Di antara pasien kelompok rokok elektrik, 80% masih tetap menggunakan produk setelah 1 tahun. Sementara itu, hanya 9% pasien pada kelompok pengganti nikotin yang masih menggunakan produk mereka.

Pasien pada kedua kelompok menyatakan bahwa produk yang mereka gunakan memberi kepuasan yang lebih rendah dibandingkan merokok tembakau. Tetapi, pasien pada kelompok rokok elektrik melaporkan bahwa rokok elektrik memberi kepuasan yang baik dan lebih membantu dalam mencegah mereka merokok tembakau dibandingkan pasien pada kelompok terapi pengganti nikotin.

Luaran sekunder menilai abstinensia pada minggu pertama dan keempat setelah tanggal berhenti merokok. Pada studi ini didapatkan kelompok rokok elektrik lebih bisa mengendalikan diri untuk tidak merokok dibandingkan dengan kelompok pengganti nikotin.

Pada studi ini, efek samping yang ditemukan pada kedua kelompok relatif ringan. Terdapat 27 reaksi efek samping pada kelompok rokok elektrik dan 22 pada kelompok pengganti nikotin. Efek samping mual lebih banyak dilaporkan pada kelompok pengganti nikotin. Sedangkan iritasi mulut dan tenggorok lebih banyak dilaporkan pada kelompok rokok elektrik.

Kelebihan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian multisenter dan melibatkan partisipan yang cukup banyak (886 pasien). Pada studi ini, pemantauan dilakukan cukup panjang, yaitu 52 minggu. Abstinensia tidak hanya diukur berdasarkan pelaporan mandiri, tapi juga berdasarkan penanda biokimia, sehingga lebih objektif. Kelebihan lain studi ini adalah dengan membandingkan efikasi rokok elektrik terhadap intervensi standar (terapi pengganti nikotin), bukan membandingkan dengan placebo.

Kelemahan Penelitian

Pada studi ini, partisipan yang dipilih adalah mereka yang memang sudah membulatkan tekad untuk berhenti merokok. Oleh karena itu, efeknya belum dapat digeneralisasi pada perokok yang belum mandiri atau mereka yang mencoba rokok elektrik untuk alasan lain.

Selain itu, beberapa pasien pada kelompok terapi pengganti nikotin juga menggunakan rokok elektrik selama penelitian, sehingga dapat mengurangi kekuatan bukti ilmiah.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rokok elektrik memiliki efikasi yang lebih baik dibandingkan dengan terapi pengganti nikotin dalam program berhenti merokok. Karena ketersediaannya yang luas dan kemudahan dalam mendapatkan produk rokok elektrik di Indonesia, hasil studi ini dapat dengan mudah diterapkan dalam program berhenti merokok di Indonesia. Namun, perlu dicatat bahwa pada studi ini pasien juga menerima program terapi perilaku standar yang telah ada di program berhenti merokok NHS.

Referensi