Perburukan Kondisi Pasien dengan Komorbiditas Kardiovaskular Akibat Infeksi RSV

Oleh :
DR.dr.Antonia Anna Lukito, Sp.JP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, FSCAI

Studi cross sectional pada 5 musim infeksi RSV mendapatkan penderita kardiovaskular memiliki risiko lebih besar untuk dirawat di ICU. Penderita gangguan kardiovaskular berisiko terinfeksi RSV simtomatis dengan peningkatan morbiditas dan penggunaan layanan kesehatan.[1,2]

Studi permodelan lain menunjukkan bahwa angka rawat inap karena infeksi RSV dengan komplikasi kejadian kardiovaskular mencapai 14‒22% pada pasien dewasa, termasuk perburukan gagal jantung kongestif, sindrom koroner akut, dan aritmia. Selain itu, adanya penyakit kardiovaskular sebelumnya berkaitan dengan angka rawat inap 45‒63% pada pasien infeksi RSV.[2]

Perburukan Infeksi RSV

Sekilas Mengenai Infeksi RSV

RSV merupakan virus single stranded, negative sense RNA, dari famili Paramyxovirus. RSV merupakan etiologi paling umum dari bronkiolitis yang banyak menyebabkan kasus hospitalisasi pada bayi. Pada temuan terbaru, RSV diketahui sebagai penyebab penting dari infeksi saluran napas bawah pada lansia dan pada individu dengan penyakit kardiopulmonar.[2]

Morbiditas dan Mortalitas Infeksi RSV Meningkat pada Lansia

Secara keseluruhan, angka kejadian dari infeksi RSV yang memerlukan rawatan medis meningkat seiring dengan bertambahnya usia, di mana angka tertinggi terjadi pada populasi di atas umur 70 tahun. Hal ini disebabkan karena kombinasi dari populasi yang menua, imunodefisiensi, dan adanya penyakit komorbid. Pada tahun 2015, penelitian Global Burden of Disease (GBD) memperkirakan kematian diakibatkan infeksi saluran pernafasan bawah mencapai 1.700.000 kasus, dengan RSV sebagai salah satu patogen penting yang berupa virus.[3]

Studi kohort prospektif pada tahun 2005 mengevaluasi semua penyakit pernapasan pada pasien lansia ≥65 tahun yang sehat, orang dewasa risiko tinggi (penderita penyakit jantung atau paru-paru kronis), dan pasien yang dirawat di rumah sakit dengan kondisi kardiopulmoner akut. Studi ini dilakukan selama empat musim dingin berturut-turut.[4] 

Dari total 2.514 subjek yang dievaluasi, sejumlah 244 pasien terdiagnosis infeksi RSV, dengan angka rawat inap intensif sebesar 15% dan mortalitas sebesar 8%. Manifestasi infeksi RSV pada lansia yang dirawat termasuk gagal jantung kongestif, yaitu sebesar 5,4%.[4] 

Angka infeksi RSV pada lansia >65 tahun akan bertambah seiring waktu, berdasarkan data perkiraan populasi dari UN Department of Economics and Social Affairs yang dipublikasikan pada 2022 diestimasikan jumlah kasus RSV pada lansia di negara maju pada tahun 2025 mencapai 10.900.000 kasus, dengan 800.000 angka rawat inap dan 74.000 kematian di rumah sakit.[5]  

Mengapa Morbiditas dan Mortalitas Infeksi RSV Meningkat pada Lansia?

Manifestasi klinis infeksi RSV tidak spesifik dan bervariasi, mulai dari gejala ringan, seperti demam ringan, kongesti nasal, batuk, dan bersin, hingga berat yang menyebabkan gagal napas. Diagnosis infeksi RSV pada orang dewasa sulit dilakukan karena kultur virus dan antigen deteksinya tidak sensitif, yang mungkin disebabkan oleh titer virus yang rendah.[6]

Lansia pada umumnya lebih mudah untuk terkena infeksi RSV yang berat, terutama jika ada penyakit kardiovaskular atau komorbid lainnya, hal ini disebabkan oleh defisiensi imunologi. Pada lansia, respons dan jumlah sel antibodi B lebih rendah, demikian pula mekanisme sel T yang lebih buruk dengan fungsi yang lebih rendah bila dibandingkan dengan orang dewasa yang lebih muda. Hal ini disertai pula dengan disregulasi produksi sitokin dan fibrosis kelenjar getah bening. Sebagai konsekuensi dari disregulasi respons imun ini, tingkat serokonversi setelah vaksinasi pada lansia menjadi lebih rendah  daripada individu yang lebih muda.[2,3]

Selain itu, kemampuan lansia dalam pembersihan virus (viral clearance) dan produksi mukus juga menurun, sehingga infeksi saluran pernapasan akan mudah terjadi berulang.[3]

Morbiditas dan Mortalitas Infeksi RSV Meningkat Akibat Komorbid Kardiovaskular

Penderita penyakit kardiopulmoner memiliki risiko terinfeksi RSV simtomatik, dengan peningkatan morbiditas dan penggunaan layanan kesehatan. Studi permodelan lain juga menyebutkan bahwa lansia dengan kondisi jantung dan paru yang terinfeksi RSV lebih banyak dirawat inap, yaitu +4 kali lebih banyak daripada pasien tanpa komorbid (17,7‒44,0 vs 5,5‒10,6 per 10.000 pasien).[2]

Meta analisis yang dipublikasikan pada 2022 menegaskan bahwa komorbid gagal jantung kongestif juga akan meningkatkan infeksi RSV dan risiko rawat inap terkait RSV pada lansia. Bahkan, dampak negatif penyakit penyerta terhadap risiko rawat inap akibat RSV terjadi kelompok usia yang relatif lebih rendah (50–64 tahun).[5]

Studi cross-sectional tahun 2024 menunjukkan 22% dari 6.248 pasien dewasa yang dirawat di rumah sakit karena infeksi RSV mengalami gangguan jantung termasuk gagal jantung akut, penyakit jantung iskemik, krisis hipertensi, takikardia ventrikular, dan syok kardiogenik. Kejadian jantung akut tersebut lebih banyak ditemukan pada pasien dengan riwayat daripada tanpa riwayat kardiovaskular (33% vs 8,5%).[1]

Mengapa Komorbid Kardiovaskular Meningkatkan Morbiditas dan Mortalitas Infeksi RSV?

Infeksi virus pernapasan dapat menyebabkan inflamasi yang memicu peningkatan sitokin proinflamasi, protein C-reaktif, radikal oksigen, dan pengendapan kompleks imun. Kondisi ini akan mengganggu fungsi endotel. Respon inflamasi lanjutan dari infeksi virus saluran pernapasan, termasuk RSV, dapat menyebabkan destabilisasi dan ruptur plak, sehingga berkontribusi terhadap sindrom koroner akut, terutama pada pasien dengan risiko jantung sebelumnya.[2] 

Sindrom koroner akut juga dapat terjadi akibat infeksi saluran pernapasan, termasuk RSV, yang merangsang peningkatan fibrinogen dan trombin sehingga menyebabkan keadaan hiperkoagulasi dan trombosis.[2]

Pada suatu studi yang mempelajari pasien dengan miokarditis selama mengalami infeksi RSV, didapatkan data dari pemeriksaan EKG bahwa patofisiologi miokarditis akibat RSV dapat dibagi menjadi 3 kelompok yaitu gangguan pada sistem konduksi, kerusakan miokard, dan peningkatan tonus otonom.[7]

Pencegahan Lebih Bermanfaat daripada Pengobatan Infeksi RSV

Saat ini, sangat sedikit jumlah pendekatan spesifik dan non-spesifik untuk mencegah infeksi RSV.[8]

Pencegahan infeksi RSV sangat penting, terutama pada populasi berisiko seperti lansia dan penderita komorbid kardiovaskular. Imunitas seluler dari RSV dalam bentuk sel T spesifik protein RSV F sangat penting dalam proses infeksi dan patogenesis virus. Protein RSV F ini menjadi target untuk pengembangan vaksin RSV.[9] 

Strategi pemberian vaksin RSV adalah mencegah infeksi RSV dengan membentuk imunitas protektif di antara populasi berisiko. Imunitas didapatkan melalui induksi sel T spesifik antigen dan respon sel B, sehingga terbentuk memori imunologis terhadap patogen dan mencegah infeksi selanjutnya.[9] 

Respiratory Syncytial Virus Prefusion F Protein Adjuvanted Vaccine in Older Adults (Adjuvanted RSVPreF3 OA) adalah satu-satunya vaksin adjuvanted guna mencegah penyakit saluran pernapasan bawah akibat virus RSV, yang dapat diberikan untuk orang dewasa dan lansia. Peran sistem adjuvant dalam vaksin ini bertujuan untuk meningkatkan respons imun seluler spesifik antigen dan respons antibodi penetral pada individu dengan kekebalan yang sudah ada sebelumnya terhadap RSV.[10]

Penelitian Adjuvanted RSVPreF3 OA untuk Lansia

Penelitian oleh Feldman et al menguji efikasi vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA pada lansia berusia ≥60 tahun. Hasil penelitian menunjukkan, dari lebih 12.000 partisipan, efikasi vaksin cukup tinggi terhadap infeksi saluran pernapasan bawah terkait RSV, yaitu 94,6% pada penderita >1 komorbid dan 92,1% pada penderita >1 kondisi kardiorespirasi.[11] 

Penelitian ini menyimpulkan bahwa vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA efektif pada lansia dengan kondisi medis sebelumnya yang dapat meningkatkan risiko untuk penyakit RSV berat.[11]

Penelitian Vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA pada 2 Musim RSV

Penelitian oleh Ison et al (2024),yang melibatkan 24.967 subjek, menunjukkan efikasi vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA untuk 1 dosis mencapai 67,2%, sedangkan efikasi untuk dosis ulang adalah 67,1%. Reaktogenisitas atau keamanan dari dosis ulang sama dengan dosis pertama.[12]

Efek samping vaksinasi yang dilaporkan, di antaranya gejala lokal di tempat suntikan (eritema, nyeri, bengkak) serta gejala sistemik (umumnya fatigue atau rasa lelah) dan kejadian yang dialami biasanya dalam derajat ringan atau sedang dan hilang setelah 2-3 hari.[12]

Penelitian Efikasi Vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA pada 3 Musim RSV 

Presentasi poster yang dipaparkan pada kongres CHEST tahun 2024 melaporkan bahwa pemberian dosis tunggal Adjuvanted RSVPreF3 OA secara relevan memberikan efikasi vaksin sebesar 62,9% terhadap infeksi RSV selama 3 musim RSV pada individu berusia  ≥60 tahun. Perlindungan ini tetap signifikan terlepas dari subtipe RSV, tingkat keparahan penyakit, komorbiditas dasar, maupun usia, termasuk penderita gangguan kardiovaskular.[13] 

Efek samping serius dan potensi penyakit yang dimediasi imun tetap rendah dan seimbang di seluruh kelompok selama penelitian. Hal ini mendukung profil manfaat-risiko yang baik dari vaksin RSV ini selama 3 musim RSV.[13]

Oleh karena itu, dosis tunggal vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA dapat memberikan perlindungan yang baik terhadap infeksi RSV pada individu lansia selama 3 musim RSV dan masih terus berlanjut hingga sekarang.[13]

Kesimpulan

Infeksi saluran pernapasan akibat respiratory syncytial virus (RSV) merupakan kondisi yang tidak dapat diremehkan, khususnya pada populasi lansia dan/atau penderita komorbid kardiovaskular. Pasien lansia berisiko mengalami infeksi RSV gejala berat, sehingga meningkatkan kebutuhan rawat inap intensif serta angka kematian. Manifestasi infeksi RSV pada lansia yang dirawat termasuk gagal jantung kongestif.

Sementara itu, penderita penyakit kardiovaskular yang terinfeksi RSV dapat mengalami eksaserbasi/kejadian jantung akut, yaitu gagal jantung akut, penyakit jantung iskemik, krisis hipertensi, takikardia ventrikular, dan syok kardiogenik. Oleh karena itu, morbiditas dan mortalitas infeksi RSV meningkat pada pasien dengan komorbid kardiovaskular.

Hingga saat ini, tidak ada terapi khusus untuk infeksi RSV sehingga upaya pencegahan infeksi RSV pada populasi lansia dan/atau penderita komorbid kardiovaskular perlu dilakukan. Pemberian vaksin Adjuvanted RSVPreF3 OA dapat dipertimbangkan untuk lansia dengan ataupun tanpa komorbid kardiovaskular. Diharapkan, vaksinasi ini dapat menurunkan morbiditas dan mortalitas infeksi RSV. 

Hanya untuk Tenaga Kesehatan

barcode artikel gsk

Sebelum meresepkan, harap merujuk pada Informasi Produk yang dapat disediakan sesuai permintaan. Informasi produk dapat diakses dengan memindai kode QR.

Laporan Kejadian Tidak Diinginkan (KTD) ke GSK Indonesia melalui email ke yqq68540@gsk.com.

Merek dagang dimiliki oleh atau dilisensikan kepada grup perusahaan GSK.

PM-ID-RSA-NLTR-250004 • AD: May 2025 • ED: May 2027

Referensi