Patofisiologi Epistaksis
Epistaksis terjadi karena adanya erosi pada mukosa rongga hidung yang memiliki banyak pembuluh darah. Patofisiologi erosi mukosa ini menyebabkan pembuluh darah menjadi terpapar, kemudian pecah, dan terjadi perdarahan. Secara normal, perdarahan akan segera berhenti oleh mekanisme pembekuan darah dan vasokonstriksi. Adanya gangguan pada salah satu mekanisme tersebut akan memperpanjang proses perdarahan.
Epistaksis dibedakan menjadi anterior dan posterior berdasarkan letak perdarahannya.
Epistaksis Anterior
Epistaksis anterior merupakan jenis epistaksis yang paling sering terjadi. Perdarahan anterior paling sering berasal dari pleksus Kiesselbach. Pleksus Kiesselbach berlokasi di septum nasi dan merupakan lokasi di mana cabang dari arteri Carotis Interna (arteri ethmoidal anterior dan posterior) dan cabang dari arteri carotis eksterna (arteri sphenopalantine dan cabang dari arteri maksilaris interna) bertemu.
Epistaksis Posterior
Sekitar 10% epistaksis berasal dari rongga hidung posterior. Perdarahan dari posterior biasanya lebih hebat dan sulit dikontrol, serta memiliki risiko sumbatan jalan nafas yang lebih besar. Perdarahan biasanya berasal dari cabang arteri sphenopalantine di rongga hidung posterior atau di nasofaring.[1-4]