Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Pulpitis general_alomedika 2023-01-10T14:25:18+07:00 2023-01-10T14:25:18+07:00
Pulpitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Pulpitis

Oleh :
drg. Muhammad Garry Syahrizal Hanafi
Share To Social Media:

Patofisiologi pulpitis, atau peradangan pulpa gigi, dimulai ketika bakteri menginvasi kamar pulpa. Seringkali, meskipun karies belum mencapai kamar pulpa atau tanduk pulpa, tapi produknya sudah mencapai pulpa dan menginisiasi terjadinya inflamasi. Inflamasi yang terjadi kemudian direspon oleh tubuh melalui mekanisme imunologi bawaan maupun adaptif.[1,2]

Sistem Imun Bawaan

Sistem imun bawaan (innate immunology) pulpa dalam melawan infeksi bakteri diawali oleh fagositosis yang dilakukan oleh reseptor-reseptor pulpa dengan cara mengenali pola molekuler bakteri dan kemudian membunuhnya. Selanjutnya, beberapa aspek imun bawaan pulpa berperan dalam menghadapi infeksi bakteri, termasuk odontoblas dan sel dendritik.

Odontoblas merupakan sel pertama yang berperan dalam melawan bakteri. Mekanisme odontoblas dalam melawan infeksi adalah dengan menurunkan tingkat ekspresi Interleukin 8 (IL-8) dan gen-gen yang berkaitan dengan kemokin. Aktivitas ini kemudian akan merangsang aktivasi sel dendritik imatur.

Sementara itu, dalam jaringan sehat, sel dendritik akan berada pada kondisi imatur. Ketika ada rangsangan (bakteri), sel ini akan teraktivasi dengan cara melakukan pengenalan dan penangkapan antigen bakteri.[1,2,6]

Sistem Imun Adaptif

Sistem imun adaptif umumnya diinisiasi oleh infeksi bakteri yang persisten. Ketika bakteri mencapai pulpa, maka akan terjadi proses transisi dari sistem imun bawaan ke sistem imun adaptif.

Dalam mekanisme sistem imun adaptif, terdapat peran sel limfosit B dan T yang dominan dalam melakukan perlawanan antigen bakteri dengan antibodi spesifik.

Pada aktivasi sistem imun adaptif ini, juga terdapat berbagai macam sitokin di dalam pulpa yang terlibat, terutama IL-8. Sitokin dan beberapa mediator inflamasi saling berinteraksi satu sama lain. Seberapa parah inflamasi yang terjadi dan seberapa lama proses penyembuhan bergantung pada seberapa baik mediator-mediator inflamasi ini saling berinteraksi.

Selain limfosit, terdapat sel lain yang berperan dalam mekanisme sistem imun adaptif ini, yaitu makrofag. Makrofag akan menjadi aktif ketika ada stimulus primer (aktivasi sel T-helper), dan aktivasi sinyal dari lipopolisakarida bakteri dan muramil dipeptida). Makrofag yang sudah aktif dapat berfungsi sebagai antigen presenting cells (APC) Kelas II, berkolaborasi dengan sel dendritik pulpa serta sel limfosit B.

Sejatinya, makrofag merupakan bagian dari sistem imun bawaan. Namun, aktivitas makrofag akan efektif bila berkolaborasi dengan sel sistem imun adaptif dan bawaan lainnya.[1,2,7,8]

Respon Neurologis

Karies gigi berpotensi besar untuk berkembang menjadi pulpitis karena pulpa hanya memiliki waktu yang sedikit untuk bereaksi dan mengaktivasi perlindungan diri dengan menutup tubuli dentinalis.

Berdasarkan teori nyeri hidrodinamik, cairan tubuli dentinalis akan bergerak akibat ada jejas atau defek pada enamel dan dentin. Pergerakan cairan tubuli dentinalis ini akan mengaktivasi nosiseptor pada pulpa. Ujung dari nosiseptor (serabut saraf) yang menempel di jaringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu bermielin dan tidak bermielin.

Serabut saraf yang tidak bermielin merupakan serabut saraf C, dan yang bermielin adalah serabut saraf A-delta. Serabut saraf bermielin (A-delta) akan menghantarkan rangsang dengan lebih cepat dibandingkan dengan serabut saraf tidak bermielin (C). Sebesar 70-80% akson pulpa tidak bermielin.

Serabut saraf A-delta terlibat dalam pulpitis reversibel, dimana rasa nyeri akibat rangsangan pada serabut saraf ini akan memberikan gejala nyeri tajam dan cepat hilang. Sementara, serabut saraf C lebih dominan bekerja pada pulpitis irreversibel. Rangsangan pada serabut saraf ini akan memberikan gejala nyeri spontan, berdenyut dan tumpul.[1,6,9]

Referensi

1. Sacerdote P, Levrini L. Peripheral mechanisms of dental pain: the role of substance P. Mediators Inflamm. 2012;2012:951920. doi: 10.1155/2012/951920. Epub 2012 Feb 9. PMID: 22474402; PMCID: PMC3306979.
2. Chen E, Abbott PV. Dental Pulp Testing: A Review. International Journal of Dentistry, 2009. Article ID 365785. https://doi.org/10.1155/2009/365785
6. Rechenberg DK, Galicia JC, Peters OA. Biological Markers for Pulpal Inflammation: A Systematic Review. PLoS One. 2016 Nov 29;11(11):e0167289. doi: 10.1371/journal.pone.0167289. PMID: 27898727; PMCID: PMC5127562.
7. Abbott PV, Yu C. A clinical classification of the status of the pulp and the root canal system. Aust Dent J. 2007 Mar;52(1 Suppl):S17-31. doi: 10.1111/j.1834-7819.2007.tb00522.x. PMID: 17546859.
8. Fouad AF, Khan AA. Etiology and Pathogenesis of Pulpitis and Apical Periodontitis. Essential Endodontology: Prevention and Treatment of Apical Periodontitis, Third Edition, 2020. pp. 59–90. https://doi.org/10.1002/9781119272014.ch3
9. Syed GA, Mulay S. Pulpitis: A review Tomographic Evaluation of Canal Morphology of Mesiobuccal Root of Maxillary Molars in Saudi Sub-population. View project Pulpitis: A review. IOSR Journal of Dental and Medical Sciences (IOSR-JDMS), 2015. 14(8): 92–97. doi: 10.9790/0853-14869297.

Pendahuluan Pulpitis
Etiologi Pulpitis
Diskusi Terkait
dr. Pebrian Diki Prestya
Dibalas 02 Februari 2020, 12:09
Pemberian analgesik untuk mengatasi nyeri pada pasien irreversible pulpitis
Oleh: dr. Pebrian Diki Prestya
3 Balasan
Bismillah, Dok ingin bertanya pasien saya sakit gigi, pulpitis irreversible, nyeri hebat sudah minum asam mefenamat, kataflam, pct forte masih nyeri, apa...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.